Share

Part 6

"Yo bro!" teriakan suara pria nyaring masuk ke dalam ruangan sahabatnya.

"Hai Dav!" balas Nando santai menoleh ke arah pintu.

"Gimana nih?"

Dava bertanya menggoda, menaik turunkan kedua alisnya bergantian.

"Gimana apanya?

"Itu, rasa pernikahan." senyum penuh arti dari Dava.

"Ngomong apa sih lu Dav." cengir Nando merasa geli dengan pertanyaan sahabat gesreknya.

"Hei, ayolah sobat, bagi pengalaman tentang kehidupan pernikahanmu. gue kepo nih!"

"Kalau lo mah gak usah di ragukan lagi, lo kan manusia terkepo akut di muka bumi ini." ejek Nando membuat Dava tergelak.

"Eh Ndo, lo tahu gak? sekitar seminggu yang lalu Metha berhenti bekerja."

"Gak tahu gue Dav, kan gue ambil cuti libur pasca menikah."

"Nah, sekarang gue mau kasih tahu lo." Dava mendekati Nando seraya berbisik.

"Gue denger-denger, Metha hamidun. alias hamil duluan."

"Astaga Dava! ngucap lo. apaan sih lo gosip hal kayak gitu, udah macam ibu-ibu komplek rumahan yang lagi ngegosip deh. heran gue, astagfirullah." ucap Nando mengelus dadanya sabar menghadapi tingkah sahabatnya tersebut.

"Ah elah, lu kayak gak biasa aja sama gue."

"Iya emak Dava." ejek Nando lagi memanggil Dava dengan sebutan emak.

"Eh iya, btw gue mau nanya nih sama lo Ndo."

"Apa tuh?"

"Waktu di acara resepsi pernikahan lo, lo tahu gak sama cewek yang pakai gaun seksi warna janda, eh gaun warna ungu?"

Nando mengernyitkan dahinya bingung dengan pertanyaan Dava.

"Gila ya lo! tamu yang gue undang ke acara pernikahan gue banyak, mana gue inget siapa-siapa aja cewek yang datang pakai baju seksi. waah, parah lo!"

"Aiiissh, terus gue harus gimana buat nemuin tuh cewek!" teriak Dava meradang.

"Emang kenapa sih?"

"Kepo lo!" cecar Dava mendengus.

"Ya kali aja gue bisa bantu."

"Caranya?"

"Hehehe, gak tahu!" Nando mengangkat jarinya tanda peace.

"Hhhh, bangke lu!"

Karena kesal Dava keluar dan membanting pintu ruangan Nando. lagi Nando mengelus dadanya sabar.

"Lama-lama aku bisa terserang penyakit jantung kalau menghadapi sikapmu Dav." gumam Nando meringis.

******

Entah harus kemana dan kepada siapa lagi Dava harus bertanya mengenai wanita itu, Sih seksi bergaun ungu. Nando saja yang menggelar acara gak tahu tuh perempuan siapa.

"Huffftt!" helaan nafas kembali terdengar dari mulut Dava.

Sepertinya Dava harus membagikan selembaran foto untuk mencari gadis bergaun ungu tersebut. Ya, kalau perlu Dava akan mengadakan sayembara. Siapapun yang menemukan gadis itu untuknya, maka Dava akan memberikan uang sebagai imbalan atas usaha mereka, tak tanggung-tanggung Dava akan memberikan imbalan uang dengan nominal yang fantastis.

Dava tersenyum membayangkan ide-ide yang berputar di kepala tampannya. dia harus bertindak cepat agar segera memiliki gadis itu. Memiliki? Ya, sekarang Dava begitu tertarik dengan wanita itu. Jadi, mulai sekarang ia bertekad ingin memiliki gadis itu.

Apakah Dava jatuh cinta padanya? Entahlah, sampai sekarang pun Dava masih tidak percaya dengan yang namanya cinta. Apalagi cinta padangan pertama, Dava meragukan hal itu. Walaupun Dava tak mempungkiri jika adanya getaran-getaran saat melihat wanita itu untuk pertama kalinya. Rasanya sulit untuk di jelaskan.

Drrrrrtttt... Drrrrrtttt...

Suara getar ponsel Dava yang tergeletak di meja kerjanya membuyarkan segala lamunan Dava mengenai wanita itu. Dava melihat layar ponselnya yang menampilkan nama sang papa sebagai tersangka sih penelpon.

Dava mendengus, rasanya sangat menyebalkan sekali ingin mengangkat panggilan telepon papanya. Tak ingin menjawab panggilan telepon papanya, Dava pun membiarkan saja ponselnya terus bergetar berulang kali hingga berhenti.

Sedikit bernafas lega setelah ponsel itu berhenti bergetar. namun hanya sebentar, karena ponsel Dava kembali bergetar. Dava melirik ke arah layar ponselnya yang kali ini menampilkan kata my mom.

Seketika kedua mata Dava membulat besar dan langsung saja segera ia mengangkatnya.

"Halo ma," sapa Dava dengan suara lembut dan manis.

"Anak sialan kamu!" jerit suara seorang pria paruh baya di seberang telepon.

Dava menjauhkan ponselnya dari telinganya, suara jeritan itu bisa-bisa memecahkan gendang telinganya.

Sial!! Ini jebakan! batin Dava saat tahu suara siapa yang menjerit di seberang sana.

Setelah mulai sedikit tenang, Dava kembali mendekatkan ponselnya ke telinganya. Dan kembali suara jeritan itu berseru...

"Pulang-lah ke rumah nanti malam!"

Shitttt!

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status