"Yo bro!" teriakan suara pria nyaring masuk ke dalam ruangan sahabatnya.
"Hai Dav!" balas Nando santai menoleh ke arah pintu."Gimana nih?"Dava bertanya menggoda, menaik turunkan kedua alisnya bergantian."Gimana apanya?"Itu, rasa pernikahan." senyum penuh arti dari Dava."Ngomong apa sih lu Dav." cengir Nando merasa geli dengan pertanyaan sahabat gesreknya."Hei, ayolah sobat, bagi pengalaman tentang kehidupan pernikahanmu. gue kepo nih!""Kalau lo mah gak usah di ragukan lagi, lo kan manusia terkepo akut di muka bumi ini." ejek Nando membuat Dava tergelak."Eh Ndo, lo tahu gak? sekitar seminggu yang lalu Metha berhenti bekerja.""Gak tahu gue Dav, kan gue ambil cuti libur pasca menikah.""Nah, sekarang gue mau kasih tahu lo." Dava mendekati Nando seraya berbisik."Gue denger-denger, Metha hamidun. alias hamil duluan.""Astaga Dava! ngucap lo. apaan sih lo gosip hal kayak gitu, udah macam ibu-ibu komplek rumahan yang lagi ngegosip deh. heran gue, astagfirullah." ucap Nando mengelus dadanya sabar menghadapi tingkah sahabatnya tersebut."Ah elah, lu kayak gak biasa aja sama gue.""Iya emak Dava." ejek Nando lagi memanggil Dava dengan sebutan emak."Eh iya, btw gue mau nanya nih sama lo Ndo.""Apa tuh?""Waktu di acara resepsi pernikahan lo, lo tahu gak sama cewek yang pakai gaun seksi warna janda, eh gaun warna ungu?"Nando mengernyitkan dahinya bingung dengan pertanyaan Dava."Gila ya lo! tamu yang gue undang ke acara pernikahan gue banyak, mana gue inget siapa-siapa aja cewek yang datang pakai baju seksi. waah, parah lo!""Aiiissh, terus gue harus gimana buat nemuin tuh cewek!" teriak Dava meradang."Emang kenapa sih?""Kepo lo!" cecar Dava mendengus."Ya kali aja gue bisa bantu.""Caranya?""Hehehe, gak tahu!" Nando mengangkat jarinya tanda peace."Hhhh, bangke lu!"Karena kesal Dava keluar dan membanting pintu ruangan Nando. lagi Nando mengelus dadanya sabar."Lama-lama aku bisa terserang penyakit jantung kalau menghadapi sikapmu Dav." gumam Nando meringis.******Entah harus kemana dan kepada siapa lagi Dava harus bertanya mengenai wanita itu, Sih seksi bergaun ungu. Nando saja yang menggelar acara gak tahu tuh perempuan siapa."Huffftt!" helaan nafas kembali terdengar dari mulut Dava.Sepertinya Dava harus membagikan selembaran foto untuk mencari gadis bergaun ungu tersebut. Ya, kalau perlu Dava akan mengadakan sayembara. Siapapun yang menemukan gadis itu untuknya, maka Dava akan memberikan uang sebagai imbalan atas usaha mereka, tak tanggung-tanggung Dava akan memberikan imbalan uang dengan nominal yang fantastis.Dava tersenyum membayangkan ide-ide yang berputar di kepala tampannya. dia harus bertindak cepat agar segera memiliki gadis itu. Memiliki? Ya, sekarang Dava begitu tertarik dengan wanita itu. Jadi, mulai sekarang ia bertekad ingin memiliki gadis itu.Apakah Dava jatuh cinta padanya? Entahlah, sampai sekarang pun Dava masih tidak percaya dengan yang namanya cinta. Apalagi cinta padangan pertama, Dava meragukan hal itu. Walaupun Dava tak mempungkiri jika adanya getaran-getaran saat melihat wanita itu untuk pertama kalinya. Rasanya sulit untuk di jelaskan.Drrrrrtttt... Drrrrrtttt...Suara getar ponsel Dava yang tergeletak di meja kerjanya membuyarkan segala lamunan Dava mengenai wanita itu. Dava melihat layar ponselnya yang menampilkan nama sang papa sebagai tersangka sih penelpon.Dava mendengus, rasanya sangat menyebalkan sekali ingin mengangkat panggilan telepon papanya. Tak ingin menjawab panggilan telepon papanya, Dava pun membiarkan saja ponselnya terus bergetar berulang kali hingga berhenti.Sedikit bernafas lega setelah ponsel itu berhenti bergetar. namun hanya sebentar, karena ponsel Dava kembali bergetar. Dava melirik ke arah layar ponselnya yang kali ini menampilkan kata my mom.Seketika kedua mata Dava membulat besar dan langsung saja segera ia mengangkatnya."Halo ma," sapa Dava dengan suara lembut dan manis."Anak sialan kamu!" jerit suara seorang pria paruh baya di seberang telepon.Dava menjauhkan ponselnya dari telinganya, suara jeritan itu bisa-bisa memecahkan gendang telinganya.Sial!! Ini jebakan! batin Dava saat tahu suara siapa yang menjerit di seberang sana.Setelah mulai sedikit tenang, Dava kembali mendekatkan ponselnya ke telinganya. Dan kembali suara jeritan itu berseru..."Pulang-lah ke rumah nanti malam!" Shitttt!"Airaa tidak mau ma!" tolak Airaa tegas pada ibunya yang kini berdiri di depannya."Ayolah sayang, ini demi perjanjian yang telah kami sepakati. Kasihan ayahmu jika kamu menolak ikut." jelas Ratna menjelaskan agar putrinya itu mengerti."Ya, tapi gak kayak gini caranya ma. Seharusnya mama dan papa bilang lebih dulu dong sama Airaa, jangan langsung main sepakati pendapat berdua aja." kesal Airaa pada kedua orang tuanya."Di coba aja dulu sayang. Yah, mau ya ikut?" bujuk Ratna tanpa lelah agar Airaa mau."Hhhh, ya sudahlah. Tunggu dulu kalau begitu, Airaa mau dandan dulu." pamit Airaa dengan langkah yang kesal menaiki tangga memasuki kamarnya.Ratna sedikit bersyukur dan tersenyum karena pada akhirnya Airaa mau ikut pergi dengannya dan sang suami ke rumah kerabat bisnisnya.Airaa memasuki walk on closetnya dan langsung memilih-milih pakaian apa yang cocok untuk ia pakai malam ini. Kebiasaan Airaa yang memang selalu lama dalam menimbang-nimbang
Airaa merenggut kesal pada kedua orang tuanya, ternyata dugaan dia benar kan! jika kedua orang tuanya mengajak dirinya ikut hanya untuk mengetahui rencana perjodohan yang sudah mereka rencanakan.Kedua orang tuanya merencanakan perjodohan untuknya tanpa sepengetahuan dirinya maupun izin darinya. Itulah yang membuat Airaa kesal setengah mati, jika saja mama dan papanya bicara jujur lebih awal padanya. Kemungkinan besar, Airaa tak akan semarah ini.Dan kemarahan Airaa seakan mau meledak saat lelaki yang ingin di jodohkan dengannya tak kunjung datang. Ia merasa keluarga lelaki itu seperti ingin mengerjai dirinya beserta kedua orang tuanya."Sudah, cukup!" teriak Airaa kesal dan menutup kedua telinganya dengan tangan.Sejak pulang tadi Airaa langsung mengunci dirinya di dalam kamar, ketukan pintu dan suara sang ibu yang tak kunjung berhenti memanggil namanya pun tak ia gubris sama sekali.Masa bodo bagi
"Kakak ipar Kia!" teriak Dava gembira melihat kehadiran Kia di kantor, dengan menenteng sesuatu yang bisa Dava pastikan jika itu kotak bekal makan siang."Dava ya?" tebak Kia tersenyum ke arah pria tampan itu."Ah, ternyata kakak ipar Kia mengingatku. Yeeaayy!" lagi Dava berteriak kegirangan membuat resepsionis cantik di situ tertawa.Tanpa merasa malu karena ia bertingkah layaknya seperti anak kecil, Dava justru mengedipkan sebelah matanya pada resepsionis itu."Mau bertemu siapa? Aku, om Rasyid, atau Nando?" goda Dava.Pipi Kia merona merah malu, saat Kia membuka mulutnya ingin bicara. Dava mencegahnya."Tidak perlu menjawabnya, karena aku yakin pasti kakak ipar Kia ingin bertemu dengan Nando. Ayo, mari kuantar kak," ajak Dava tersenyum lembut pada Kia.Dava dan Kia berjalan bersisian menuju lift yang akan mengantarkan mereka berdua ke lantai di mana ruangan Nando berada."Dava?""Iya Kak?" "Bisakah kita bicara sebentar?" tanya Ki
Demi Airaa sang wanita incaran Dava yang telah membuat dunianya jungkir balik serta hari-harinya yang kacau. Untuk itu, Dava melakukan rencana kerjasama bersama Kia, istri dari Nando sahabatnya.Kia sudah berjanji pada Dava, apabila pria itu berhasil membongkar kedok kebusukan Aisyah, wanita ular yang menjelma menjadi malaikat di rumah mertuanya itu. Maka Kia akan dengan senang hati memperkenalkan Dava dengan sepupunya yang terkesan selalu berpenampilan seksi, Airaa.Mendengar itu, tentu saja mata Dava berbinar bahagia. Apa yang selama ini ia nantikan akan segera terkabul, dan untungnya wanita yang ia cari selama ini ternyata sepupu Kia. Ah, dunia memang terasa sempit sekali. Eh, tapi belum tentu juga jika Airaa sepupu Kia ini adalah wanita yang Dava cari, bisa saja mungkin bukan dia. Hhhhh, Dava jadi sedikit ragu."Sekarang aku harus apa?" tanya Dava bingung ke arah Kia.Kia tampak berpikir, bagaimana caranya agar penyamaran Dava berhasil menghalangi Aisya
Aisyah dibuat kesal setengah mati oleh Dava, bagaimana tidak? Pasalnya Dava malah membawanya berkeliling-keliling gak jelas. Awalnya Aisyah tetap kekeh tak mau ikut ke mobil Dava, tapi pria itu menakut-nakutinya jika terlalu lama di jalanan sepi itu, mau tak mau Aisyah akhirnya ikut dengan Dava."Hei, pria kacamata, kau sebenarnya ingin membawaku ke mana?" tanya Aisyah kesal."Ke neraka bersama, kau mau kan?""Apa maksudmu?" tanya Aisyah bingung."Di mana alamat rumahmu? Sejak tadi kau tidak memberitahukannya padaku. Makanya aku membawamu jalan-jalan saja." Dava pura-pura tak mengetahui di mana Aisyah tinggal, padahal dia tahu dan sangat hafal rumah Nando."Rumahku di jalan..." Aisyah mengatakan di mana alamat rumah Nando pada Dava.Dava menganggukkan kepalanya. "Di situ kau tinggal?""Iya, memang kenapa?" tanya Aisyah."Tidak apa-apa, hanya bertanya saja," jawab D
Happy reading!++++++++Dava berhasil membongkar kedok busuk Aisyah di hadapan Nando dan seluruh keluarganya. Untunglah, dan kini wanita licik itu sudah di bawa pergi jauh dari kediaman Nando.Syukurlah, sekarang semua masalah sudah terselesaikan dan nampak damai. Namun tidak untuk Dava, karena dia harus melakukan tugas terakhir yaitu mengurus Aisyah yang rencananya akan ia bawa tinggal di rumah sakit jiwa.Kenapa rumah sakit jiwa? Ya, menurut Dava dan atas persetujuan suami Aisyah, Aisyah memang layak dan pantas untuk di rawat di rumah sakit jiwa.Dava benar-benar bertanggung jawab akan tugasnya, mengurusi segala keperluan Aisyah selama proses perawatan wanita itu disana. Dava bahkan memberi tempat tinggal yang layak untuk suami dan anak Aisyah agar sewaktu-waktu apabila mereka merindukan Aisyah, maka tak terlalu jauh ke rumah sakit. Dava juga memberi pekerjaan untuk Ridwan, meskipun awalnya suami Aisyah itu menolak bantuannya, beruntungl
"Airaa, tunggu!" teriak Dava berlari mengejar Airaa yang keluar dari cafe."Lepas!" tekan Airaa marah ketika Dava berhasil mengejarnya, sebelah tangan Airaa di cekal Dava agar wanita itu berhenti."Mau apa kau sebenarnya? Lepas!" bentak Airaa muak dengan tingkah Dava."Aku mau dirimu."Sepertinya Dava harus menyumpal mulutnya sendiri ketika tanpa aturan bibirnya mengucapkan dua kata ajaib itu.Airaa yang sudah kesal pun semakin kesal setelah mendengar ucapan Dava. Apa-apaan pria di depannya ini mengatakan hal seperti itu? Apa dia kira Airaa ini seorang jalang?"Kau masih ingat aku, kan?" tanya Dava dengan masih mencekal tangan Airaa.Ingat? Tentu saja Airaa ingat, tapi situasi saat ini tak mendukung Airaa. Airaa menggeleng seraya berkata. "Maaf, aku tidak mengerti apa yang kau katakan, aku tidak mengenalmu." "Apa?!" Dava ternganga mendengarnya.Bagaimana bisa? Tidak mungkin! "Kau bohong!" sentak Dava kesal."Kenapa kau mem
Airaa meremas kuat pakaian yang di kenakannya setelah bu Hanum mengatakan semuanya. Tentang siapa Airaa dan soal wanita yang akan mereka jodohkan untuk Dava.Bagaimana reaksi Dava setelah mendengarnya? Jangan di tanya lagi, tentu saja pria itu berbinar bahagia.Sangking bahagianya bahkan pria itu merengek kepada sang ibunda, agar secepatnya di nikahkan bersama Airaa, bahkan kalau perlu hari ini juga mereka menikah."Ma, Dava mau menikah sekarang juga." pinta Dava yang masih merengek pada bu Hanum."Pria gila!" dengus bu Hanum sebal melihat tingkah putranya yang kelewat ajaib.Apa dia pikir menikah itu mudah, asal kita mengatakan mau maka langsung bisa di laksanakan, paling tidak mereka juga harus mempersiapkan segalanya bukan? Seperti gaun pengantin, cincin pernikahan dan masih banyak lagi.Tapi ya dasarnya Dava yang sableng dengan entengnya ia mengatakan, itu masalah gampang mama.Airaa yang sedari tadi hanya diam saja sedikit membuat Hanum jad