Share

Part 7

"Airaa tidak mau ma!" tolak Airaa tegas pada ibunya yang kini berdiri di depannya.

"Ayolah sayang, ini demi perjanjian yang telah kami sepakati. Kasihan ayahmu jika kamu menolak ikut." jelas Ratna menjelaskan agar putrinya itu mengerti.

"Ya, tapi gak kayak gini caranya ma. Seharusnya mama dan papa bilang lebih dulu dong sama Airaa, jangan langsung main sepakati pendapat berdua aja." kesal Airaa pada kedua orang tuanya.

"Di coba aja dulu sayang. Yah, mau ya ikut?" bujuk Ratna tanpa lelah agar Airaa mau.

"Hhhh, ya sudahlah. Tunggu dulu kalau begitu, Airaa mau dandan dulu." pamit Airaa dengan langkah yang kesal menaiki tangga memasuki kamarnya.

Ratna sedikit bersyukur dan tersenyum karena pada akhirnya Airaa mau ikut pergi dengannya dan sang suami ke rumah kerabat bisnisnya.

Airaa memasuki walk on closetnya dan langsung memilih-milih pakaian apa yang cocok untuk ia pakai malam ini. Kebiasaan Airaa yang memang selalu lama dalam menimbang-nimbang pakaian apa yang harus ia kenakan setiap kali ia ada acara penting maupun dalam keadaan genting.

"Sebenarnya ada apa sih? Kenapa mama dan papa ngotot ingin aku agar ikut kerumah kerabat bisnis papa?" gumam Airaa bertanya-tanya sendiri.

"Ah, sepertinya aku pakai yang ini saja." ucapnya riang setelah menemukan satu set gaun berwarna merah terang yang akan ia pakai malam ini.

Setelah selesai memakai gaunnya, Airaa sedikit memberi polesan make-up yang tipis ke wajah cantiknya. Setelah di rasa cukup puas dan bangga akan penampilannya, Airaa keluar dari kamar dan melangkah menuju ke lantai bawah yang ternyata kedua orang tuanya begitu setia menunggu dirinya hingga selesai.

"Sudah selesai?" tanya papanya.

Airaa mengangguk seraya berjalan terlebih dahulu, Airaa masuk ke bagian kursi belakang mobil bersama mamanya. Sedangkan papanya duduk di kursi depan bersama sang supir.

Pak Saipul selaku sang supir pun menghidupkan mesin mobil dan menjalankan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Mama Airaa menoleh dan tersenyum melihat putri kesayangannya terlihat begitu sangat cantik malam ini.

"Kamu cantik banget sayang." pujinya seraya mengelus rambut putrinya dengan sayang.

Airaa hanya menanggapinya dengan senyuman, karena sejujurnya pikiran Airaa tengah gamang saat ini. Entah kenapa keputusannya yang memilih ikut sepertinya sebuah pertanda buruk untuknya.

******

Pak Wira Atmadja mengeram kesal pada sang putra semata wayangnya. Dava mengingkari janjinya di telepon tadi yang mengatakan jika ia akan datang ke rumah nanti malam. Tapi kenyataannya, nihil. Pria itu sejak tadi tak kunjung juga menampakkan batang hidungnya.

Padahal ia dengan susah payah membuat janji dengan kerabat bisnisnya, yang tadinya akan memperkenalkan anak mereka dengan Dava, putranya.

Tapi dengan mudahnya Dava menghancurkan segala rencana yang sudah ia susun serapi mungkin. Rencana perjodohan ini seharusnya berjalan lancar dengan persetujuan dari kedua belah pihak.

Pak Wira harus menerima malu dan kemarahan dari kerabatnya, saat merasa jika ia telah menipu sekaligus membohonginya. Sahabatnya sekaligus kerabat bisnisnya pun memutuskan pulang dengan perasaan yang sangat amat marah, dan sepertinya rencana perjodohan anak mereka pun batal.

"Sabar mas," ucap bu Hanum seraya mencoba menenangkan amarah suaminya.

"Bagaimana mungkin aku bisa tenang ma, jika anak itu...." pak Wira tak melanjutkan kalimatnya saat melihat raut wajah istrinya yang sendu dan mata yang berkaca-kaca bersiap tumpah.

Pak Wira sangat tahu sekali jika istrinya sangat memanjakan Dava dan kelewat sayangnya terhadap putera mereka. 

"Ini karena kamu yang terlalu memanjakannya ma, hingga Dava dengan bebas dan se-sesuka hatinya melakukan semua hal atas apa ia yang ia mau. Sekalipun! sekalipun anak itu sama sekali tak pernah menurut atas perintah maupun keinginan dari kedua orang tuanya." ucap pak Wira sinis seakan menyalahkan istrinya yang terlalu memanjakan Dava.

"Apakah kamu pernah memperhatikan Dava walau sedikit saja mas?" sahut bu Hanum memberanikan diri pada suaminya.

Setidaknya, sedikit saja suaminya itu memperhatikan Dava putera mereka. Dava. selama ini serasa seperti tak di perhatikan papanya yang hanya memperdulikan semua yang berkaitan dengan perusahaan, bisnis, uang dan nama baik keluarga.

Hal itulah yang membuat Dava lebih memilih bekerja di perusahaan orang lain daripada perusahaan milik keluarganya sendiri yang menurutnya seperti neraka. Dava juga memutuskan untuk tinggal sendiri di sebuah apartemen miliknya, hal itulah yang semakin membuat Dava jauh dari keluarganya padahal masih di kota yang sama.

Pak Wira tak menjawab ucapan istrinya, ia lebih memilih menaiki tangga memasuki kamarnya. Urusan yang tadi sungguh mengacaukan pikirannya, kesempatan yang seharusnya menguntungkan perusahaan dan nama baik keluarganya pun pupus sudah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status