Home / Young Adult / Dear My Lover / Bab 6- Sebuah Game

Share

Bab 6- Sebuah Game

Author: hnbyuuki
last update Last Updated: 2024-03-08 19:19:47

"Owalah, kamu nunggu?" Tanyanya, "padahal bisa loh di taroh sini aja."

"Gapapa, lagian ini bukan wilayah kami jadi tak sopan jika kami bertindak seenaknya seperti itu."

Aku mengangguk menyapanya saat kami bertatapan, tapi dia alihkan pandangan matanya itu dengan cepat. Diam, aku mendengarkan saja dua orang ini mengobrol. Untungnya Michio memahami posisiku, ia menutup obrolan lebih dulu dan pamit untuk kembali ke kelas.

"Kalian udah kenal dari lama ya?"

"Ah, ya.. Kami tetanggaan, dan satu SMP juga sih."

Aku hanya memberinya anggukkan karna kurasa tidak sopan jika bertanya lagi, tapi orang ini malah dengan sukarelanya memberitahu,

"Emm sejak kapan ya, akhir sekolah dasar sepertinya, dia mulai menunjukkan rasa yang lebih dari teman. Tapi sampai sekarang, ia tak pernah mengatakannya. Aku sendiri juga gak berani untuk membuka pintu yang ia tutup rapat."

"Bagi orang lain mungkin ia tak terlihat menutupi. Tapi sebenarnya ia sudah dengan sekuat tenaga menahan perasaannya." Lanjutnya.

Aku jadi teringat tentangku dan Kyohei. Bedanya, aku tak seberani itu menunjukkan pada setiap cewek yang bersama Kyohei dengan tatapan seperti tadi. Tak bisa menahan diri, aku menanyakan satu pertanyaan dimana jawaban yang Michio berikan cukup perih untuk kudengar.

"Apa kamu otomatis menjaga jarak darinya karna tau dia menyukaimu?"

....

Kembalinya kami ke kelas, sempat di tahan oleh salah satu teman kelas. Tapi aku tetap masuk begitu saja karena merasa aneh.

Ahhhhhh, gila.

Aku ingin menangis di tempat ini sekarang juga..

Sayangnya aku tak secengeng itu di depan orang lain. Aku masih bisa berakting untuk biasa saja dan tetap bertahan di kelas. Saat semua mulai keluar kelas, aku membereskan barangku dan pergi dari kelas juga.

Aku mempercepat langkahku setelah kurasa aku sudah jauh dari kelas. Mencari tempat yang tak pernah dikunjungi oleh murid lain ataupun guru sekalipun.

Ya, itu atap.

Setelah pintu kututup, aku langsung jongkok menutupi wajahku dengan dua telapak tangan dan menangis sekencang-kencangnya.

Malunya, ternyata ada yang mengikutiku sampai sini. Aku tak tahu kapan pintu itu terbuka, kusadari kehadirannya saat ia memelukku yang masih menangis.

"Gapapa, gak ada orang lain yang tahu. Cuma ada aku disini." Ucapnya.

Aku terus terpikirkan selama ini, kenapa saat kita sedih dan mendengar kata 'gapapa' baik itu pertanyaan ataupun penegasan, malah semakin runtuh pertahanan kita.

Sesenggukkan aku menangis cukup lama. Aku lepaskan pelukan orang itu dan mulai menghapus sisa-sisa air mata yang menempel.

"Udah nangisnya?" Tanya orang itu yang mana dia adalah Michio. Aku mengangguk saat menerima sapu tangan darinya.

"M-makasih.. Kamu- kenapa kamu bisa disini?"

"Emm, kenapa ya? Aku juga gak tahu." Tersenyum ia menarik tanganku.

Michio melepas jaketnya, menyuruhku untuk duduk disana. Awalnya aku menolak, tapi ia terus memaksa. Tanpa bertanya apapun, seakan ia langsung tau alasanku menangis seperti ini.

"Aku terlihat bodoh bukan, menangisi hal seperti itu.."

"Itu bukan 'hal seperti itu' aja kok. Emangnya, aku terlihat seperti tipe orang yang suka menghakimi orang lain ya?"

Aku menggeleng tak setuju.

“Maaf ya karna seenaknya ngikutin kamu gitu aja, juga.." ia memalingkan sejenak matanya dariku seperti ragu untuk melanjutkan ucapannya.

"Juga?"

"Emm, aku minta maaf soal jawabanku atas pertanyaanmu tadi."

"Ahhh, gak gak. Kamu bener kok, siapapun pasti risih kalau terlalu dekat dengan orang yang menyukaimu tapi kamu gak menyukainya. Kalau urusan mengikutiku kesini, gak masalah. Malah aku berterima kasih jadinya.."

"Ini bukan tentang risih atau enggak. Posisinya, kalau kami semakin dekat, takutnya malah menyakiti. Atau semakin diharapkan. Tapi kalo Kyohei, aku gak bisa kasih komentar apa-apa sih. Aku gak tahu isi hatinya, dan aku juga gak mau sok tahu."

Aku tersenyum mengerti akan apa yang ia ucapkan.

"Pasti menyakitkan ya melihatnya berci*man dengan orang lain. Ya walaupun mereka berdua sekarang udah pacaran ataupun karna katanya mereka kalah main game, tetep aja itu sangat menyakitimu bukan?"

Mengangguk aku tersenyum mengiyakan pertanyaannya. Dengan berbagai kalimat ia mencoba untuk menghiburku. Aku jadi bercerita tentangku dan Kyohei.

Banyak hal yang kuceritakan padanya, sampai tak sadar waktu semakin menarik matahari untuk tenggelam.

Tadinya, Michio ingin mengantarku pulang, tapi karna arah kami cukup berbeda, aku menolaknya. Untungnya, ia pun tak ragu untuk menerima penolakanku.

“Sampe jumpa lagi.” Ucapnya.

Sesampainya di kos, aku beruntung karena rumah masih kosong. Dan dengan percumanya, aku kembali menangis setelah masuk kamar sampai aku tertidur. Saat suara orang mengobrol terdengar, dengan cepat aku berlari meraih pintu kamar untuk menguncinya sebelum kudengar suara kak Aimi memanggil-manggilku. Waktu yang tepat.

Bersambung..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dear My Lover   Bab 50- Plot Twist untuk Yuuki

    “Yuu~” panggil Shima dengan sangat lantang. Dia berdiri, tangannya terpaku memegang tepian pintu. Kepala itu melongok ke dalam kelas, tepat lurus guna memandangku.Huft! Ini anak satu emang aneh!!Beberapa murid di kelasku, memang sudah mengerti kalau aku siswi yang sering bersama Shima. Namun, tetap saja mereka masih terheran saking lekatnya jarak di antara kami berdua. Padahal, dulu aku dan Kyohei tak sedekat ini di sekolah ini. Memang, semua tergantung orangnya bukan?“Hei, Yuuki. Bukannya itu, sahabat dekatmu? Samperin gih, keburu berisik!” tegas Hiromi sembarangan sambil cekikikan. Aku meliriknya sinis, kurang tepat candaan itu dilontarkan dengan nada bicara yang tak tanggung-tanggung.Karena sudah dibilang begitu dan memang aku tak ingin bising lebih lanjut, kuhampiri Shima daripada ia yang masuk melesat ke meja. Dia dan Souta kan seperti air dan minyak!“Apa, gimana, kenapa?” tanyaku sangat gemas. Lihat lihat, dia meringis kegirangan kini. Kalau saja dia ini anak kecil, sudah k

  • Dear My Lover   Bab 49- Kelas Baruuu!!

    "Kamu ngomong sama aku?"Souta mengangguk dengan pasti sebagai jawaban atas pertanyaanku. Dia menarik kursi tempat ia duduk di kelas ini, dan menaruh tasnya pada gantungan di samping meja.Karena aku cukup bingung atas ucapannya tiba-tiba, kulirik Takumi sambil berharap ia memberiku kunci jawaban atas sikap Souta, dia kan datang bersama Souta, harusnya ngerti dong..Namun, salah ternyata aku berharap.Takumi hanya mengedikkan bahunya sambil meringis. Seakan ia tahu, tetapi pura-pura tak tahu.Kocak ini anak, pikirku saat itu.Aku jadi terus penasaran apa yang sebenarnya Souta maksud, tetapi dia tak mau menjawab dan akhirnya kulupakan begitu guru yang menjadi wali kelas kami masuk.Bu Yukino, beliau yang akan jadi wali kelas duaku di sekolah ini. Beliau adalah guru yang jarang sekali kulihat semenjak aku masuk sekolah. Pernah kami berpapasan, dan hanya sekedar tegur sapa saja. Bahkan kala itu, aku belum mengerti namanya. Sedikit tak sopan, tetapi terlalu banyak guru yang ada. Daya ing

  • Dear My Lover   Bab 48- Naik Kelas

    “Sampahnya, udah semua kan? Gak ada yang ketinggalan?” tanya Kak Masao memastikan lagi. Puas sudah menikmati piknik bersama ini, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Tadinya.Ya, tadinya. Niat untuk pulang jadi tertunda saat Kak Kenta melihat ada kedai yang menjual teh sakura. Teh sakura ini, dibuat oleh kelopak bunga sakura yang diseduh dengan air panas. “Wah, enak ya. Manis!” kataku terlalu bersemangat. Sayangnya, yang merasakan minuman itu manis hanya aku dan Souta saja. Karena yang lain lumayan suka manis ternyata. Jadi, bagi mereka teh ini belum terasa manis.Tak lupa juga, kami membeli beberapa permen dan camilan bertema sakura untuk dibawa pulang. “Selamat datang,” ucap Kak Aimi menyambutku dengan senyuman hangat. Aku berikan oleh-oleh yang kubawa dari taman untuk semua orang di kos. Berbicara tentang kos, lagi-lagi keuanganku makin menipis. Aku harus mengumpulkan uang lagi untuk membayar kos. Sepertinya, aku butuh part time demi mengisi dompet unguku yang sudah tipis ini

  • Dear My Lover   Bab 47- Musim Dingin Berakhir

    “Selamat tinggal bukanlah sebuah kata yang menyedihkan Ia menghubungkan kita dengan mimpi kita masing-masing” Menggema, suara Shima disusul Kak Masao mengisi penuh aula ini. Semua siswa kelas tiga terharu mendengar lagu Ikimono Gakari yang berjudul Yell. Bahkan beberapa dari mereka meneteskan air matanya sampai mengalir ke lantai licin itu. Suasana semakin haru, aku semakin membayangkan bagaimana jadinya jika aku di posisi mereka. Perpisahan bisa menjadi hal yang menakutkan, bisa juga jadi hal indah. Semua tergantung bagaimana kita mengatur mindset kita, ya kan? Namun, bagaimana aku di masa nanti saat datangnya perpisahan itu? Apa aku mampu untuk berpikir positif? Atau …. Entahlah, biar diriku di tahun-tahun berikutnya yang menjalaninya. Aku percayakan saja, padanya. Usai acara perpisahan, semua siswa berfoto dengan teman dan keluarga mereka. Beberapa masih sibuk menyatakan perasaannya. Lihat, bahkan baru saja kami melewati salah satu kakak kelas yang sedang menyatakan perasaann

  • Dear My Lover   Bab 46- Seperti Tong Sampah

    “Sini, duduk.” Aku ditawari mama, ingin dibuatkan teh atau kopi untuk kuminum. Tanpa sungkan, kukatakan saja apa yang kumau. Itu bukan permintaan yang sulit, kan? “Jadi, ada apa Mama memanggilku?” tanyaku terus terang. Aku pikir, Mama hanya merindukanku setelah dirinya dan Papa telah resmi bercerai.Aku kira, Mama akan kesepian dan merindukan anak satu-satunya ini dengan tulus dan penuh rasa haru. Tetapi aku salah. Tujuannya memanggilku kesini hanya untuk dijadikan tong sampah atas segala unek-uneknya akan Papa. Seakan melepas beban, Mama terus bercerita tentang bagaimana ia tersakiti oleh mantan suaminya. Padahal, aku sudah mengetahui cerita-cerita itu. Entah Mama yang lupa, atau segala ingatan menyakitkan itu yang terlalu membekas padanya. Aku hanya diam, duduk, mendengarkan semua keluhnya. Sampai-sampai, aku seperti kurang darah dibuatnya. Kepala ini mulai berputar, dan aku ingin pergi dari sini. Srakk! Suara dari seragamku berpadu dengan tempat yang sejak tadi aku duduki be

  • Dear My Lover   Bab 45- Senior Gila

    Michio muncul dari belakang, ia bertanya sedang apa aku duduk sendirian di sini. Katanya, dia baru saja pulang dari rumah temannya. Kami mengobrol banyak hal setelahnya.Michio bercerita tentang temannya yang sedang sakit karena cedera saat bermain bola voli. Dia benar-benar menggambarkan bagaimana perasaan sedihnya akan temannya itu, seolah-olah dia sendiri yang merasakan.Karena terus menangapi ceritanya, Michio dengan sengaja mengganti topik pada pembahasan mengenai band sekolah kami. Dia khawatir, bagaimana perasaan setiap anggota setelah dicurangi oleh keadaan. Aku tersenyum pahit mendengar pertanyaannya. “Bisa ditebak mungkin, gimana suasana band saat ini,” jawabku lirih.Michio menyemangatiku dan terus membuatku yakin bahwa semua ini akan berlalu, “Kalian pasti akan kembali bangkit dan bahagia seperti semula,” katanya. Dia tak memberi banyak motivasi atau solusi, tetapi setiap ucapan yang ia beri itu membuatku lebih tenang di pikiran. Michio benar-benar fokus pada apa yang seda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status