Share

144~DS

Penulis: Kanietha
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-14 21:07:49

Setelah menutup pintu mobilnya, Sinar tidak langsung melangkah pergi. Pandangannya tertuju pada sebuah city car putih, yang baru saja melintasi gerbang dan membunyikan klakson pelan ke arahnya.

Sinar tetap berdiri di tempat, menunggu hingga mobil itu parkir lebih dulu. Begitu pintu pengemudi terbuka dan Melati turun, bibir Sinar spontan mencebik.

“Baru, nih!” ujar Sinar mulai melangkah sambil menggandeng Asa. “

“Udah lama. Kamu aja baru lihat,” ujar Melati sambil melihat Asa, tetapi tidak melihat bayi perempuan dengan pengasuhnya. “Yang cewek nggak dibawa?”

“Nggak,” jawab Sinar melihat sekilas pada mobil Elo yang sudah terparkir sejak tadi. “Aku mau keliling sama bu Elia nyari barang. Jadi, Aya ditinggal daripada rewel.”

“Yang ini plek kayak El, ya!” Melati menatap sebentar pada Asa, sambil terus berjalan. “Kalau yang cewek, sekilas kayak kamu. Tapi, kalau dilihat bener-bener, kayak mas Bintang.”

“Hmm, untung aku masih kebagian,” balas Sinar berjalan bersama Melati memasuki kediaman K
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (3)
goodnovel comment avatar
Bunda Ernii
lama² Sinar str3sss beneran ngadepin Prass..
goodnovel comment avatar
Christina Natalia
ayo mas antr klu gtu sinarnya mumpung ank2 nggk pada ikut
goodnovel comment avatar
Dewi Soetanto
sinarrrrrr
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dear Secretary   147~DS

    Sinar baru memasuki mobil dan memasang sabuk pengaman, ketika pintu kaca mobilnya diketuk. Melihat Pras berdiri di luar sana, ia pun segera menurunkan kaca dan mendongak.“Apa?” tanya Sinar tidak lagi memiliki tenaga karena sudah terlampau lelah. “Keluar.”“Apa lagi siiih.” Sinar merengek. Meletakkan sisi wajahnya di bingkai jendela. “Aku capek. Belum sempat makan nasi. Jadi jangan diganggu pleaseee …”“Keluar aku bilang,” titah Pras mengulang perintahnya. “Praaas.” Sambil merengek, Sinar akhirnya melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil. “Dengar, aku–”“Masuk,” titah Pras menggeser tubuh Sinar, lalu masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi. “Duduk di depan! Bukan di belakang.”Sinar memekik kesal, menghentak kaki sambil mengitari mobil lalu memasukinya. Memasang sabuk pengaman dalam diam, lalu bersedekap. Rasanya benar-benar lelah jika harus berdebat dengan pria itu.Pras hanya melirik sekilas, lalu melajukan mobil ke jalan raya tanpa sepatah kata pun.“Mobilmu mana?” tanya

  • Dear Secretary   146~DS

    Sinar membeku setelah membuka pintu ruangannya. Saat matanya bersirobok dengan Pras, pria itu langsung membuka suara.“Buruan ke sini!” titah Pras yang sejak tadi tidak mengubah posisinya sama sekali. “Liurnya netes terus! Dia lapar! Separuh tangannya sudah masuk ke mulut.”Pikiran buruk seketika menguap dari kepala Sinar. Antara lega karena Aya baik-baik saja dan ingin tertawa lepas ketika melihat ekspresi Pras. Pria itu tampak kesal, khawatir, sekaligus jijik ketika tangannya sudah dibasahi oleh liur Aya. “Di meja ada tisu,” ujar Sinar akhirnya menghampiri pria itu. Mengambil tisu pada meja di hadapan Pras, lalu duduk di sebelahnya. “Tinggal kamu lap. Beres!”“Gimana mau ngelap.” Tangan Pras masih kaku memegang tubuh Aya, “Tanganku dua-duanya lagi megang ginian.”Sinar benar-benar harus menahan tawa, meski anaknya kembali disebut dengan kata “ginian”. Baru kali ini ia melihat Pras sungguh-sungguh tidak berkutik. Pria yang terkenal dengan kehebatannya itu, ternyata bisa sebodoh ini

  • Dear Secretary   145~DS

    Setelah melalui proses yang terbilang singkat, akhirnya toko roti yang diberi nama Brownies Bunda resmi dibuka. Namun untuk tahap awal, mereka baru melakukan soft launching terlebih dahulu. Langkah ini diambil untuk melihat antusiasme pelanggan, sekaligus mengukur sejauh mana produk roti dan brownies mereka bisa diterima pasar.Sinar pun tidak pernah menduga, jika acara yang digelar sederhana itu ternyata disambut dengan antusiasme yang cukup besar. Bagaimana tidak, jika tempatnya ternyata juga digunakan untuk pencitraan terselubung pencalonan Kaisar. “Aku mau bicara empat mata setelah semua ini selesai,” bisik Bintang menunduk dan bicara tepat di telinga Sinar. “Dan tolong jangan lagi menghindar, karena aku mau memperbaiki semuanya.”“Nggak ada lagi yang bisa kita perbaiki,” balas Sinar juga bicara tepat di telinga Bintang yang masih menunduk. “Biarkan semuanya tetap seperti sekarang. Kita besarkan Aya dengan baik, seperti Mas Bin dan bu Aster membesarkan Astro, meskipun kalian suda

  • Dear Secretary   144~DS

    Setelah menutup pintu mobilnya, Sinar tidak langsung melangkah pergi. Pandangannya tertuju pada sebuah city car putih, yang baru saja melintasi gerbang dan membunyikan klakson pelan ke arahnya.Sinar tetap berdiri di tempat, menunggu hingga mobil itu parkir lebih dulu. Begitu pintu pengemudi terbuka dan Melati turun, bibir Sinar spontan mencebik.“Baru, nih!” ujar Sinar mulai melangkah sambil menggandeng Asa. ““Udah lama. Kamu aja baru lihat,” ujar Melati sambil melihat Asa, tetapi tidak melihat bayi perempuan dengan pengasuhnya. “Yang cewek nggak dibawa?”“Nggak,” jawab Sinar melihat sekilas pada mobil Elo yang sudah terparkir sejak tadi. “Aku mau keliling sama bu Elia nyari barang. Jadi, Aya ditinggal daripada rewel.”“Yang ini plek kayak El, ya!” Melati menatap sebentar pada Asa, sambil terus berjalan. “Kalau yang cewek, sekilas kayak kamu. Tapi, kalau dilihat bener-bener, kayak mas Bintang.”“Hmm, untung aku masih kebagian,” balas Sinar berjalan bersama Melati memasuki kediaman K

  • Dear Secretary   143~DS

    “Wah! Senang rasanya bisa melihat keluarga bahagia berkumpul seperti ini,” sapa Pras sudah berdiri di belakang kursi yang diduduki Astro. Bocah itu berbalik sebentar untuk melihat Pras, lalu kembali ke posisinya semula.“Pras?” Aster spontan berdiri. Tersenyum ramah sambil mengulurkan tangan. “Apa kabar? Lama nggak ketemu.” “Baik.” Pras menyalami Aster dengan singkat. Kemudian, ia mengangguk sopan pada kedua orang tua Bintang sambil menyalami mereka satu per satu. Namun, tidak dengan Bintang. Pras hanya menatap pria itu dan tersenyum tipis.“Sendiri, Pras?” tanya Wira sudah mengenal Pras sejak lama. “Atau, ada janji dengan orang?”“Berdua.” Pras mengangkat tas hitam yang bertuliskan merek ponsel ternama. “Beli hape.”Wira sempat ke sekitar Pras. Namun, ia tidak menemukan siapa pun di dekat pria itu. “Sama Bima?”Pras kembali tersenyum tipis. Tatapannya kini tertuju pada ke Bintang. “Sama Sinar,” ujarnya datar. “Aku minta dia nunggu di mobil, karena …” Tatapan Pras tertuju pada Astro

  • Dear Secretary   142~DS

    “Kata bu Wati, nanti siang kamu pergi ke ruko,” tanya Bintang sambil memangku Asa di kursi makan. Ia menatap Sinar yang tengah mencuci piring kotor Asa setelah sarapan. “Yang mau dijadikan tempat toko roti.”Entah mengapa, Bintang merasa belakangan ini Sinar tidak sehangat dulu. Wanita itu juga tidak lagi pernah bermanja padanya seperti biasa. Sinar mencoba melakukan semua seorang diri dan tidak lagi pernah terdengar ucapan minta tolong dari mulut wanita itu. “Sekitar jam 10an,” ujar Sinar setelah mengangguk. “Mungkin cuma satu jaman, habis itu aku pulang. Tapi, aku pergi dari jam delapan, soalnya mau antar anak-anak ke rumah omanya. Kangen katanya. Mungkin, nanti sekalian tidur di sana. Entar deh aku kabarin kalau jadi. Biar besok pagi, mas Bin ke rumah ayah aja, nggak usah ke sini.”“Kakek neneknya juga kangen,” ucap Bintang pelan. “Kapan kita bisa ke sana?”Sinar menarik napas panjang setelah membilas piring dan sendok kecil milik Asa. Dengan segera ia meletakkan di rak basah, lal

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status