Share

148~DS

Author: Kanietha
last update Last Updated: 2025-07-17 19:23:19

Sinar baru menarik pagarnya dari luar, ketika sedan hitam yang mengantarnya pagi tadi berhenti di depan rumahnya. Melihat pria berjas yang berada di balik kemudi, Sinar lantas berdecak. Segera mengunci pagar dan menunggu pria itu keluar dari mobil.

“Ke mana mobilku?” tanya Sinar membuka kaca helmnya. “Kok nggak diantar-antar?”

“Mau ke mana?” Pras berdiri di samping motor Sinar dan menatap rumah yang pintunya tertutup rapat. Tidak menjawab pertanyaan wanita itu.

“Mau beli popok di depan sana!” jawab Sinar mengerucutkan bibir, sambil menunjuk gerbang di depan gangnya. “Harusnya aku jalan sama anak-anak ke supermarket. Tapi nggak bisa karena mobilku nggak dibalik-balikin.”

Pras mengulurkan kunci mobil yang sejak tadi ia pegang. “Kamu pake mobil itu sekarang. Satu jam lagi aku dijemput Arkan ke sini.”

“HAH!” Sinar hanya melihat kunci tersebut tanpa meraihnya. “Mobilku ke mana?”

“Mobilmu jelek,” ujar Pras. “Aku nggak suka.”

“Mobil itu itungannya masih baru, Praaas.” Sinar menghentak kedua
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (8)
goodnovel comment avatar
Dewi Soetanto
sinarrrrrrrrrrre
goodnovel comment avatar
Azzahra Syifa
enteng banget ngomong nya
goodnovel comment avatar
Niino's Hasriani
di Bab ini Kelakuan Pras mengingatkanku sosok Gu Jun Pyoh yg caper ke Geum Jan Di xixixi. Dan kumakin kecewa sm Pak Bintang
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Dear Secretary   150~DS

    “Kamu ngomong apa sama bu Aster?” tanya Sinar setelah memasuki ruangannya bersama Pras. “Kenapa dia mendadak pergi?”Melihat Pras dan Sinar ada di ruangan, Wati pun segera berpamitan ke luar. Meninggalkan Aya masih tidur nyenyak di kasurnya. “Bukan urusanmu.”Sinar berdecak kesal. Kendati sangat penasaran, tetapi ia tidak bisa memaksa Pras untuk bercerita. “Terus ngapain kamu ke sini? Bukannya pak Arkan yang diutus jemput?”“Kenapa ke sini naik taksi?” tanya Pras mengabaikan pertanyaan Sinar. “Aku yakin mobilku nggak bermasalah.”Sinar menghempas tubuhnya di kursi kerja. “Aku lagi nggak bisa nyetir tadi pagi. Lagi banyak masalah.”“Uang?” Sinar kembali berdecak. Kali ini lebih keras. “Nggak semua masalah itu karena uang, Pras.”“Kalau begitu jelaskan.”“Ihh! Sejak kapan aku harus laporan sama kamu.”“Sejak sekarang.”“Eh, siapa elo!” sahut Sinar meninggikan suaranya. Dan detik itu juga, Aya tiba-tiba merengek dan terbangun. Untuk itu, Sinar langsung berlari kecil menghampiri. Menep

  • Dear Secretary   149~DS

    “Tumben ngajak ke resto tapi nggak di ruang VIP?” protes Melati menatap Lex yang duduk di samping Pras. Pria itu tidak menatapnya sama sekali dan hanya sibuk dengan tabletnya. “Kita masih nunggu orang,” ujar Lex akhirnya menatap Melati, lalu mengangkat tangan pada pelayan. “Kamu pesan dulu. Kami sudah, tinggal nunggu makanan datang.”Melati segera memesan makanan dan minuman setelah pelayan datang. Sesudahnya, barulah ia mengajukan pertanyaan lagi.“Kita lagi nunggu siapa?” tanya Melati lalu berdecak kecil. “Padahal aku sudah janji mau ngajak Zetta jalan.”“Tunda dulu,” ujar Pras melihat jam tangannya sekilas. “Ada pekerjaan yang harus kamu selesaikan.”“Tapi ini bukan agenda Pak Kaisar, kan?” Melati mencondongkan tubuh setelah melipat kedua tangan di atas meja. “Jadi, apa pekerjaannya dan siapa yang lagi kita tunggu.”“Dia.” Lex menyerahkan tablet yang dipegangnya pada Melati. “APA!” Saat melihat nama sekaligus data yang tertera di layar, Melati langsung terbelalak. “Jadi kita lagi

  • Dear Secretary   148~DS

    Sinar baru menarik pagarnya dari luar, ketika sedan hitam yang mengantarnya pagi tadi berhenti di depan rumahnya. Melihat pria berjas yang berada di balik kemudi, Sinar lantas berdecak. Segera mengunci pagar dan menunggu pria itu keluar dari mobil.“Ke mana mobilku?” tanya Sinar membuka kaca helmnya. “Kok nggak diantar-antar?”“Mau ke mana?” Pras berdiri di samping motor Sinar dan menatap rumah yang pintunya tertutup rapat. Tidak menjawab pertanyaan wanita itu.“Mau beli popok di depan sana!” jawab Sinar mengerucutkan bibir, sambil menunjuk gerbang di depan gangnya. “Harusnya aku jalan sama anak-anak ke supermarket. Tapi nggak bisa karena mobilku nggak dibalik-balikin.”Pras mengulurkan kunci mobil yang sejak tadi ia pegang. “Kamu pake mobil itu sekarang. Satu jam lagi aku dijemput Arkan ke sini.”“HAH!” Sinar hanya melihat kunci tersebut tanpa meraihnya. “Mobilku ke mana?”“Mobilmu jelek,” ujar Pras. “Aku nggak suka.”“Mobil itu itungannya masih baru, Praaas.” Sinar menghentak kedua

  • Dear Secretary   147~DS

    Sinar baru memasuki mobil dan memasang sabuk pengaman, ketika pintu kaca mobilnya diketuk. Melihat Pras berdiri di luar sana, ia pun segera menurunkan kaca dan mendongak.“Apa?” tanya Sinar tidak lagi memiliki tenaga karena sudah terlampau lelah. “Keluar.”“Apa lagi siiih.” Sinar merengek. Meletakkan sisi wajahnya di bingkai jendela. “Aku capek. Belum sempat makan nasi. Jadi jangan diganggu pleaseee …”“Keluar aku bilang,” titah Pras mengulang perintahnya. “Praaas.” Sambil merengek, Sinar akhirnya melepas sabuk pengaman dan keluar dari mobil. “Dengar, aku–”“Masuk,” titah Pras menggeser tubuh Sinar, lalu masuk ke mobil dan duduk di belakang kemudi. “Duduk di depan! Bukan di belakang.”Sinar memekik kesal, menghentak kaki sambil mengitari mobil lalu memasukinya. Memasang sabuk pengaman dalam diam, lalu bersedekap. Rasanya benar-benar lelah jika harus berdebat dengan pria itu.Pras hanya melirik sekilas, lalu melajukan mobil ke jalan raya tanpa sepatah kata pun.“Mobilmu mana?” tanya

  • Dear Secretary   146~DS

    Sinar membeku setelah membuka pintu ruangannya. Saat matanya bersirobok dengan Pras, pria itu langsung membuka suara.“Buruan ke sini!” titah Pras yang sejak tadi tidak mengubah posisinya sama sekali. “Liurnya netes terus! Dia lapar! Separuh tangannya sudah masuk ke mulut.”Pikiran buruk seketika menguap dari kepala Sinar. Antara lega karena Aya baik-baik saja dan ingin tertawa lepas ketika melihat ekspresi Pras. Pria itu tampak kesal, khawatir, sekaligus jijik ketika tangannya sudah dibasahi oleh liur Aya. “Di meja ada tisu,” ujar Sinar akhirnya menghampiri pria itu. Mengambil tisu pada meja di hadapan Pras, lalu duduk di sebelahnya. “Tinggal kamu lap. Beres!”“Gimana mau ngelap.” Tangan Pras masih kaku memegang tubuh Aya, “Tanganku dua-duanya lagi megang ginian.”Sinar benar-benar harus menahan tawa, meski anaknya kembali disebut dengan kata “ginian”. Baru kali ini ia melihat Pras sungguh-sungguh tidak berkutik. Pria yang terkenal dengan kehebatannya itu, ternyata bisa sebodoh ini

  • Dear Secretary   145~DS

    Setelah melalui proses yang terbilang singkat, akhirnya toko roti yang diberi nama Brownies Bunda resmi dibuka. Namun untuk tahap awal, mereka baru melakukan soft launching terlebih dahulu. Langkah ini diambil untuk melihat antusiasme pelanggan, sekaligus mengukur sejauh mana produk roti dan brownies mereka bisa diterima pasar.Sinar pun tidak pernah menduga, jika acara yang digelar sederhana itu ternyata disambut dengan antusiasme yang cukup besar. Bagaimana tidak, jika tempatnya ternyata juga digunakan untuk pencitraan terselubung pencalonan Kaisar. “Aku mau bicara empat mata setelah semua ini selesai,” bisik Bintang menunduk dan bicara tepat di telinga Sinar. “Dan tolong jangan lagi menghindar, karena aku mau memperbaiki semuanya.”“Nggak ada lagi yang bisa kita perbaiki,” balas Sinar juga bicara tepat di telinga Bintang yang masih menunduk. “Biarkan semuanya tetap seperti sekarang. Kita besarkan Aya dengan baik, seperti Mas Bin dan bu Aster membesarkan Astro, meskipun kalian suda

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status