Share

#8 - ROSSA DICULIK

Author: Muthi Mozla
last update Last Updated: 2023-10-14 01:19:33

Rossa tidak dapat berlama-lama di rumah orang tuanya. Ia hanya menjenguk ibunya lalu memberi sejumlah uang. Rossa meminta supaya rumah mereka direnovasi segera karena begitu iba melihat ibunya berbaring lemah di lantai. Di hari itu juga ia mengirimkan kasur busa dengan tebal 30 senti supaya kedua orang tuanya bisa tidur dengan nyaman.

Sebelum keluar dari desa, mobil Jazz yang ditumpangi Rossa dihadang beberapa pria bertopeng dan bersenjata tajam. Pak Rudi mengerem mendadak hingga membuat Rossa yang sedang melayani chat dari Andra terlonjak kaget. Pria itu gemetaran. Rossa pun terlihat panik saat melihat dua pemuda memaksa Pak Rudi membuka kunci pintu dengan mengetuk-ketuk kaca. Sementara dua lainnya masih menghadang di depan.

Dua orang tadi segera membuka pintu belakang dan menarik tubuh Rossa keluar. Sementara Pak Rudi dibekap hingga pingsan. Rossa menjerit meminta tolong. Tapi suasana jalanan begitu sepi.

Gadis itu diseret menuju kebun di pinggir jalan. Rossa memberontak. Akhirnya salah satu pria bertopeng itu membopong tubuh Rossa dengan paksa. Tak peduli gadis itu terus memukuli punggungnya.

Rossa dibawa ke sebuah gubuk yang tampak sepi. Rossa sangat mengenali kebun milik ibu mertuanya ini. Tapi ia tidak tahu siapa keempat pria misterius bertopeng yang membawa paksa dirinya ini. Apakah orang-orang suruhan ibu mertua?

Lalu pria bertopeng yang membopongnya itu terlihat memberi isyarat pada ketiga temannya untuk menunggu di luar. Pria itu menutup pintu dan menguncinya dari dalam. Lalu memaksa Rossa untuk berbaring di atas amben yang tersedia di dalam gubuk itu. Pria itu berusaha menggagahinya dengan paksa. Rossa meronta-ronta dan berteriak meminta pertolongan. Ia menangis sejadi-jadinya sambil berusaha mempertahankan mahkota kegadisannya.

Tiba-tiba pintu gubuk yang terkunci dari dalam itu ambruk. Seorang pemuda yang sangat dikenali Rossa berdiri di ambang pintu dengan raut wajah emosi. Ketiga pria bertopeng yang berjaga di luar gubuk ternyata sudah babak belur.

“Kurang ajar kau bajingan!” umpat Rusydi. Sorot matanya marah. Kedua pria di hadapan Rossa itu pun bergelut mengadu ketangkasan. Hingga akhirnya Rusydi berhasil membuka topeng yang menutupi wajah lawannya.

“Bang Ilyas?!” Rossa terperangah. Ia semakin muak melihat lelaki itu. Ini kedua kalinya kakak iparnya itu berusaha merenggut mahkota kegadisannya. Wajah Ilyas sudah babak belur dengan lebam di sekitar mulut dan pelipisnya.

“Jahat sekali kamu, Ilyas!” umpat Rusydi. Hampir saja ia ingin menghabisi Ilyas jika tidak segera dilerai warga. Pak Rudi yang tersadar dan menyadari Rossa tidak berada di tempatnya tadi segera meminta bantuan warga sekitar.

“Aih, si Ilyas. Nekat sekali kamu berbuat jahat sama Neng Rossa, adik ipar sendiri,” ujar seorang warga.

“Hei, Ilyas. Licik sekali kamu. Ingat istrimu, Rahma,” hardik seorang pemuda yang ikutan geram dengan kelakuan Ilyas.

Ilyas memang sudah beberapa kali terpergok menggoda gadis atau janda yang terlihat cantik. Tapi kali ini aksinya begitu nekat dan berbahaya.

“Bawa aja ke kantor polisi. Udah ngga benar ini mah,” usul warga lainnya yang ditimpali riuh rendah warga yang menyerukan persetujuan. Ilyas yang sudah lemas hanya pasrah saat dirinya dan ketiga temannya diarak warga menuju kantor polisi terdekat. Senjata tajam yang dibawanya juga ikut diamankan sebagai barang bukti.

Rossa masih bergemetar ketakutan. Rusydi menghampiri dan gadis itu langsung menghambur ke dalam dekapan pemuda itu. Dia tidak peduli pada kondisinya yang acak-acakan dengan pakaian robek di sembarang tempat.

“Tenanglah, Rossa. Semua akan baik-baik saja,” ujar Rusydi berusaha menenangkan. Gadis itu dipapahnya keluar gubuk. Dengan jaket yang dikenakannya, Rusydi menutupi tubuh Rossa yang terlihat karena pakaiannya terkoyak.

“Bang, rahasiakan ini dari bapak dan ibu, ya. Jangan sampai mereka tahu,” pinta Rossa dengan wajah memelas sebelum tubuhnya terkulai hingga tak sadarkan diri.

Rusydi segera membopong tubuh Rossa menuju Jazz merah yang terparkir di pinggir jalan menuju kebun ini. Pak Rudi segera tancap gas dan melarikan gadis itu ke klinik terdekat.

***

Rossa mengerjapkan matanya. Ia baru saja siuman. Gadis itu terkejut mendapati kedua orang tuanya duduk di samping ranjang pasien. Rupanya ada warga yang menyampaikan berita penyekapan Rossa kepada kedua orang tuanya tadi.

“Maafkan ibu, Nak. Kemiskinan ini membawa nasibmu dipenuhi kesialan,” Jubaedah menggenggam erat jemari putrinya lalu mengecupnya. Dua bulir bening mengalir di atas kulit wajahnya yang mulai berkeriput.

Rossa mengulurkan lengannya yang berkulit putih bak pualam untuk menyeka air mata wanita yang telah bertaruh nyawa demi melahirkannya.

“Jangan menyalahkan nasib, Bu. Ini takdir yang harus kita jalani. Rossa ikhlas, Bu. Apalagi semua Rossa lakukan demi ibu dan bapak.” Jubaedah dan Kasimin tertunduk sambil menahan rasa haru.

Saat itu ponsel Rossa berdering. Tertera sebuah panggilan dari seseorang dengan kontak nama klien 1. Rusydi yang sekilas melihatnya hanya mengernyitkan dahinya. Rossa segera mengecilkan volume dering dan membalik ponselnya. Sang ibu menyadari putrinya menyembunyikan sesuatu.

“Angkat saja. Mungkin ada yang penting,” titah Jubaedah.

Rossa menggelengkan kepala. Raut wajahnya menjadi pias. Ia tidak ingin siapa pun tahu pekerjaannya saat ini demi menjaga nama baik kedua orang tuanya.

“Bukan sesuatu yang penting, Bu. Hanya sedikit ada urusan. Tapi bisa Rossa tunda, kok,” ujar gadis itu dengan nada bicara sedikit bergemetar.

Tapi Rusydi bukan pria yang mudah dibohongi. Pemuda yang sudah berpengalaman menghadapi kehidupan dunia luar itu tahu bila ada yang tidak beres dengan kehidupan Rossa, gadis yang diam-diam ia kagumi. Ponsel Rossa sudah beberapa kali berdering dari panggilan telepon yang sama.

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #30 - KEDATANGAN ANDRA DI RUMAH JUBAEDAH

    Urusan perpindahan sekolah Rani dan adik-adiknya sudah beres. Tinggal membantu bibinya melunasi utang-utangnya kepada rentenir. Rossa banyak menggelontorkan sejumlah uang demi membantu adik sepupu bapaknya itu. Di dapur, ibu dan Bi Sari sibuk mengadon kue. Ibu sudah dibekali Rossa usaha bakery. Sementara ini berproduksi skala rumahan karena baru merintis. Bila sudah berjalan lancar, barulah Rossa mencarikan tempat untuk disewa atau dibeli.Sementara bapak sudah dimodali mobil dan motor second untuk usaha angkot dan ojeknya. Masing-masing satu buah kendaraan. Bila usaha bapaknya lancar, barulah menambah jumlah kendaraannya. Tapi bukan bapak yang menyupiri. Bapak hanya tinggal menerima setoran dari supir angkot dan pengemudi ojeknya nanti. Rossa tidak ingin kedua orang tuanya di masa tua masih kerepotan mencari uang sana sini. Apalagi jika teringat masa-masa sulit dulu. Sekadar mencari pinjaman untuk sarapan saja sulit. Tidak jarang kedua orang tuanya harus menjadi kuli dulu agar m

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #29 - Terlilit Utang

    Rossa dan kedua orang tuanya telah sampai di lobby apartemen yang ditempati Rossa. Tampak Bi Inah dan ketiga anaknya sudah menunggu di sofa ruang tunggu. Mereka membawa tas berukuran besar yang tergeletak di atas lantai.Begitu melihat Rossa, mereka langsung menghambur dan memeluk gadis itu. Bi Inah mengisakkan tangis.“Mari kita ke apartemen Rossa dulu, yuk,” ajak Rossa sambil merangkul bahu Bi Inah yang masih terguncang dan mengisakkan tangisnya. Sementara Jubaedah menuntun Rani dan kedua adiknya. Mereka memasuki lift dan meluncur ke lantai tiga.Sesampainya di apartemen, Rossa menyediakan minum untuk para tamu kesayangannya ini. Bi Inah langsung meneguk hingga tandas minuman berwarna oranye dengan rasa jeruk. Lalu Rani dan kedua adiknya juga ikut meneguk minuman yang terlihat menyegarkan dahaga itu. Mereka terlihat sangat kehausan.“Maaf, minumnya jadi habis, Rossa. Kami kehausan. Mau beli minum tidak punya uang sepeser pun,” jelas Bi Inah dengan raut wajah yang sendu dan membu

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #28 - Bi Inah

    “Rossa lagi sibuk ngga?” tanya Rusydi dari seberang telepon.“Ngga, Bang. Ini habis ngobrol sama ibu soal keadaan Razan,” jawab Rossa sambil melepas jarum pentul yang mengunci hijab pashminanya. Gadis itu belum terbiasa mengenakan hijab. Tampak wajah cantik khas Timur Tengah miliknya sedikit berkeringat.“Abang lupa bilang. Tadi abang simpan box hadiah di minibar. Mudah-mudahan masih ada. Itu sengaja abang kirim buat Rossa. Karena tadi Rossa sibuk mengobrol dengan Razan, jadi abang kelupaan ngasih ke Rossa. Mohon diterima, ya.”“I-iya, Bang. Sebentar Rossa cek dulu, ya.”Rossa lalu berjalan menghampiri minibar. Benar, box berwarna merah muda itu masih tersimpan dengan baik.“Merah muda warnanya, Bang?” tanya Rossa memastikan.“Iya. Warna kesukaan Rossa, kan?” Rossa mengulum senyum dan tersipu malu. Ternyata pemuda itu masih ingat dan hafal apa warna kesukaannya. Rossa menyukai dua warna, merah muda dan ungu. Bahkan dekorasi kamarnya ini pun bernuansa pink dan ungu.Pelan-pela

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #27 - API CEMBURU

    Pandangan mata Rusydi mengawasi gerak-gerik pemuda yang sedang mengobrol dengan Rossa. Setelah acara tasyakuran, pria yang tidak dikenal Rusydi itu tidak langsung pulang. Dia sengaja menunggu Rossa.Sikap Rossa yang terlihat hangat dan ramah membuat hati Rusydi dibakar api cemburu. Namun ia harus bisa menahannya. Bagaimana pun mereka berdua tidak memiliki hubungan apa pun meskipun Rusydi sudah mengutarakan perasaannya. Rossa hingga kini belum memberi jawaban.“Baiklah, Rossa. Kapan-kapan aku mampir ke apartemenmu, ya. Jangan lupa simpan nomorku,” pesan Razan. Pemuda itu meninggalkan rumah ibu Rossa dan berjalan menghampiri mobilnya yang terparkir agak jauh dari rumah itu. Rossa berbalik hendak memasuki rumah.Namun tiba-tiba beberapa warga berteriak histeris. Terdengar suara rintihan kesakitan yang Rossa kenal. Bergegas Rossa menghampiri asal suara. Disusul Rusydi di belakangnya.Di luar rumah para warga berkerumun mengelilingi seseorang yang terluka akibat luka tusuk di perutnya.

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #26 - IDENTITAS INISIAL R TERUNGKAP

    Ponsel pintar Rossa berdering beberapa kali dan bersumber dari telepon nomor tidak dikenal. Bi Sari sampai kebingungan mengapa majikannya tidak mau mengangkat telepon itu. Padahal sejak tadi aktivitasnya menonton TV terganggu karena suara bisingnya.“Non, kenapa ngga diangkat dulu?” tanya Bi Sari dengan sopan. Wanita itu tengah membersihkan laci-laci menggunakan kemoceng dan lap basah.“Biarin aja, Bi. Nomornya ngga dikenal. Paling juga orang iseng,” jawab Rossa sambil terus mengunyah keripik singkong buatan ibunya. Jubaedah sudah tidak tinggal di apartemen ini. Ibu Rossa itu sudah menempati rumahnya sendiri. Malam ini akan diadakan tasyakuran. Pagi ini Rossa akan berkemas untuk menginap di rumah baru ibunya selama beberapa hari. “Bi, nanti tolong kemasi barang-barang keperluan saya, ya. Jangan lupa skincare yang saya pakai jangan sampai ketinggalan. Sekalian pakaian bibi juga dikemas. Kita akan menginap sekitar tiga hari di rumah ibu,” pinta Rossa.“Baik, Non. Siap, laksanakan!” sah

  • Demi Cuan, Aku Jadi Pelakor Bayaran   #25 - KEDATANGAN MAK NANI

    “Rossa ... keluarlah! Pangeranmu sudah datang!” Dengan begitu percaya diri Ilyas memanggil nama Rossa. Wanita yang sedang mengintip dari balik gorden itu tampak kesal dan tak menghiraukan. Rossa menoleh ke arah Rusydi yang tampak keheranan. Pemuda itu penasaran dan akhirnya ikut mengintip. Ia menertawakan tingkah kakak ipar Rossa yang begitu aneh itu.Bagaimana tidak? Lelaki itu datang dengan gaya berpakaian ala A Rafiq, penyanyi dangdut legendaris yang sering mengenakan celana jeans model cutbrai. Lengkap dengan kacamata hitam yang bertengger di batang hidungnya dan rambut klimis. Belum lagi, wanita yang selalu menempel di lengannya seperti prangko, si ‘janda herang’ Kartika. Perempuan itu seperti tidak punya harga diri, dengan beraninya menggaet suami orang.“Kakak iparmu itu lucu sekali, Rossa. Sifatnya tidak berubah sejak kecil, ya. Jauh berbeda dengan Saleh,” ujar Rusydi berkomentar. Rossa pun tersenyum sinis.“Iya, tuh. Entah kenapa Bang Saleh harus bersaudara dengan lelaki t

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status