Share

3. Duka

Duka mendalam bukan hanya dirasakan oleh keluarga James. Xavier sendiri merasa sangat kehilangan karena kematian sahabatnya. Lelaki itu hanya diam mengamati proses pemakaman yang begitu khidmat.

Jaccob berjalan mendekat ke arah anaknya. Dia menepuk pundak anaknya, menyampaikan dengan isyarat jika dirinya ikut berduka dengan hal ini. Sedangkan Maria tak kuasa untuk tidak memeluk anak pertamanya. Wanita yang sudah berumur itu jelas masih terlihat cantik. Matanya terlihat sembab karena menangis. Maria juga merasa kehilangan, apalagi Maria sudah mengenal James sejak Xavier duduk di bangku Junior High School. James adalah salah satu sahabat Xavier yang selalu ada untuk Xavier.

"Jangan berlarut dalam kesedihan, jaga dirimu baik-baik. Mommy akan pulang sekarang." kata Maria.

"Thanks, Mom." Hanya kalimat itu yang keluar dari mulut Xavier. Dia bahkan mengabaikan ketika kedua orang tuanya beranjak pergi dari sana.

Satu-persatu orang yang ada di sana membubarkan diri. Hanya ada keluarga inti dari James yang masih tertinggal di sana. Xavier berjalan mendekat, ke arah wanita paruh baya yang umurnya mungkin saja setara dengan orang tuanya.

"Tante."

Wanita yang merupakan ibu dari James itu menoleh ke arah Xavier. Dia langsung memeluk tubuh Xavier, menumpahkan semua tangisan yang masih tersisa di matanya. "Xavier," ucapnya lirih.

"Aku pasti akan membalaskan kematian James. Tenang saja, Tante. Aku berjanji." kata Xavier.

Ibu James hanya bisa mengangguk. Hampir setengah jam mereka hanya diam di sana. Setelah dipaksa pulang Amelia, adik James. Akhirnya ibu James mau untuk pulang. Xavier memastikan ibu dari sahabatnya itu benar-benar pulang ke rumah, dia dan Noah bahkan membuntuti mobil mereka sampai benar-benar sampai di rumah. Setelah itu mereka baru beranjak untuk pergi.

"Apa yang akan kau lakukan sekarang?" tanya Noah yang sedang menyetir mobil.

"Apa Alexander sudah bangun?" tanya Xavier balik, pandangannya menatap lurus ke arah depan.

"Belum," jawab Noah lirih menggelengkan kepalanya.

"Di mana wanita yang semalam?" tanya Xavier lagi.

"Aku membawanya ke rumah." kata Noah.

Xavier tak menjawab, dia hanya diam entah apa yang dipikirkannya. Porsche hitam itu melaju dengan kecepatan tinggi membelah jalanan. Tujuannya adalah pulang ke rumah. Xavier tak sabar untuk bertemu dengan wanita yang semalam, entah mengapa dia berpikir jika wanita itulah yang membunuh James.

Mobil memasuki rumah yang sangat megah. Ada beberapa penjaga yang berjaga di sekitar rumah ini. Melihat bos besar mereka turun dari mobil, mereka serempak menunduk dengan hormat.

"Di mana dia?" tanya Xavier yang melangkah memasuki rumahnya.

"Ada di gudang."

Noah memberitahukan di mana wanita semalam, dia mengikuti Xavier yang berjalan ke arah sana. Mereka berdua saling diam, hanya ada suara langkah tapak sepatu yang berbunyi di keheningan rumah ini.

Sesampainya di gudang, ternyata ada 2 orang yang berjaga di depan pintu. Mereka membukakan pintu itu agar Xavier bisa masuk ke dalam. Barang yang berserakan, udara pengap, ditambah dengan debu yang menempel pada barang-barang di sana menunjukan jika ruangan ini jarang digunakan.

Xavier melihat seorang wanita tergolek di lantai. Ada noda darah yang sudah mengering di sekitarnya. Tapi Xavier tak memperdulikan hal itu. Dia menatap tajam sambil mengamati tubuh wanita itu.

"Ambil air dan bangunkan dia!" perintah Xavier.

Salah satu anak buah Xavier menuruti permintaan Xavier. Sedangkan salah satunya bergerak mengambil sebuah kursi yang telah dibersihkan. Dia membawanya ke hadapan Xavier agar Xavier bisa duduk.

Xavier duduk, tak lama kemudian salah satu anak buahnya datang membawa air setengah ember. Melihat tatapan Xavier yang mengarah pada wanita itu, anak buah Xavier langsung mengerti dan mengguyur air pada wanita itu.

Byur...

Bukan hanya kaget, nafas Bianca langsung sesak karena hidungnya kemasukan oleh air. Dia mencoba bangun, pusing di kepalanya menyerang tiba-tiba, membuat tubuhnya benar-benar terasa lemas. Apalagi ketika dia sadar jika kakinya terluka, membuat rasa nyeri menderanya.

Mengatur nafasnya, Bianca lalu memfokuskan pandangannya. Dia terhenyak melihat beberapa lelaki di depannya sedang menatapnya tajam. Dia terlihat bingung dengan yang terjadi saat ini.

"Di mana Constantin bersembunyi?" tanya Xavier dengan tajam setelah wanita itu terbangun.

Bianca masih diam, dia mengamati sekitarnya, mencoba memahami situasinya saat ini. Matanya bergerak liar mengamati ruangannya saat ini. Mengabaikan pertanyaan Xavier yang membuat Xavier dengan cepat naik pitam.

Kaki Xavier terulur ke depan. Karena posisinya dan posisi Bianca dekat, kaki Xavier berhasil menggapai kaki Bianca. Xavier terlihat menendang kaki Bianca.

"Hei, aku berbicara padamu, bodoh!" bentak Xavier.

Mendengar itu, Bianca langsung menatap Xavier. Tubuhnya bergetar ketakutan ketika mengingat, jika semalam yang menembak dirinya adalah dia.

"Apa kau bisu? Tak bisa bicara?" Xavier berdiri dan langsung berjongkok di depan Bianca. Lelaki itu mencengkram pipi Bianca dengan kuat sambil menatapnya tajam.

"Katakan di mana Constantin saat ini, aku tahu jika kau adalah jalangnya." geram Xavier.

"Aku tak tahu siapa itu Constantin, yang aku tahu kau adalah lelaki bajingan yang membuat kakiku terluka." lirih Bianca.

Xavier terkekeh, tanpa sepatah kata dia menampar wajah Bianca dengan kuat. "Kau pantas mendapatkannya, karena kau telah membunuh temanku," bisik Xavier.

Merasakan sakit yang teramat sangat di pipinya. Bianca tersadar dengan ucapan Xavier. Membunuh temannya? Apa yang lelaki itu pikir adalah lelaki yang semalam. Dengan menahan sakit dan air mata, Bianca mendongak untuk menatap Xavier.

"Aku tak membunuhnya, aku bahkan menemukannya secara tak sengaja dan berniat menolongnya." kata Bianca.

"Kau pembohong." desis Xavier.

"Aku benar-benar tak membunuhnya," teriak Bianca lagi dengan frustrasi. Kebenarannya dia memang bukan pembunuh.

Tapi Xavier tak mempercayai hal ini. Dia masih bersikukuh dengan apa yang ada di pikirannya. "Kau pintar berakting, jalang. Aku akan buat kau menderita agar kau mau mengaku."

Belum sempat Xavier melanjutkan perkataannya. Tiba-tiba seorang maid mengetuk pintu gudang tersebut.

"Maaf, Tuan. Tuan besar datang ingin bertemu dengan Anda."

Xavier hanya mengangguk, dia kembali menatap tajam pada wanita yang ada di bawahnya. "Mulai sekarang, aku akan buat hidupmu seperti di neraka."

Setelah berkata seperti itu, Xavier dan Noah segera pergi dari sana. Penjaga kembali mengunci Bianca di ruangan yang pengap itu. Sedangkan Bianca hanya bisa menahan sakit di kakinya sambil menangis meratapi nasib sial yang datang padanya.

**

Sinokmput

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Julee
keren...♡♡♡♡♡
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status