Share

Bab 4

Lucas melemparkan gelas kaca yang dia pegang, sungguh dia tidak menyangka Belarus berani melakukan pengajuan peraturan seperti itu. Sejak nenek moyang, sistem kerajaan tidak pernah berubah, Lucas harus menetapkan hal itu. Di usianya yang sangat muda ini, Lucas masih labil dan terkadang dia bingung bagaimana mengelola keuangan. Semua keputusan ada di tangannya, terlalu rumit baginya jika menentukan semuanya sendiri. Lucas belum terbiasa menjadi pemimpin. Di usianya yang masih jauh lebih muda daripada kakaknya, dia masih ingin bersenang-senang. Lucas, sebelum diangkat menjadi raja, sangat menyukai seni pahat dan berkebun. Dia memiliki rumah kaca tersendiri dan studio pahat. Dia nyaris tidak pernah ingin menjadi raja, itulah mengapa dulu saat ayahnya meninggal dia langsung setuju ketika Axton diangkat menjadi raja.

Di saat seperti ini, Lucas ingin mengunjungi kakaknya, dia sangat ingin bercerita tentang keluh kesahnya menjadi seorang raja. Semua permintaan masyarakat telah dia penuhi, harga pajak berkurang drastis, tetapi kas pemerintah juga tidak ada pemasukan untuk biaya pendidikan dan subsidi makanan. Lucas masuk ke dalam kamar Axton, dia miris melihat kakaknya yang masih terbaring kaku di atas ranjang.

“Kak, cepatlah bangun, aku tidak sanggup berjalan sendirian. Aku mohon segeralah bangun dan cepat menikah. Sungguh aku bukan orang cerdas yang bisa mengelola dengan baik. Maaf, Kak,” ucap Lucas. Meski tidak ada jawaban dari kakaknya, setidaknya hatinya lebih tenang melihat kakaknya. Dia benar-benar berharap jika Axton segera bangun.

“Pelayan!” teriak Lucas. Tak lama salah satu pelayan laki-laki segera masuk ke dalam ruang kamar Axton, dia membungkuk hormat kepada Lucas.

“Selamat siang, Tuan, apa ada yang bisa saya bantu?” tanya pelayan itu.

“Aku ingin kamu menjaga kakakku di sini, dua puluh empat jam. Kalau perlu kau awasi, kalau ada pergerakan darinya, kabari aku. Selain itu, perintahkan para prajurit untuk mencari penyihir yang bisa melepaskan kutukan ini. Aku ingin kakakku bisa hidup normal kembali.”

Pelayan itu mengangguk, dia lalu membereskan ranjang Axton dan mengganti sprei dan bantalnya dengan yang baru. Sedangkan Lucas masih menatap kakaknya dengan tatapan iba.

“Kak, aku kembali dulu bekerja, aku harap kau akan selalu baik-baik saja.” Meski tidak menjawab, Axton menggerakkan-gerakkan matanya yang terpejam. Lucas tersenyum, dia menitikkan air matanya, sungguh tidak ada yang menyakitkan di dunia ini selain melihat saudaramu sendiri menderita. Lucas memeluk kakaknya dan hampir saja menangis, dia ingin kakaknya cepat kembali. Di mata masyarakat, Axton adalah pangeran kejam yang gila akan harta, namun semua itu salah. Axton adalah keluarga dan kakak yang terbaik bagi Lucas.

Sementara itu, di kapal, Helena masih belum dilepaskan. Dia diikat dalam keadaan berdiri, rasanya pegal sekujur tubuhnya. Berada di atas kapal selama tiga hari dalam posisi diikat membuat tubuh Helena kesakitan, belum lagi dia merasakan lapar yang tak tertahankan.

“Bolehkah aku mendapatkan makanan? Aku sangat lapar,” pinta Helena. Dia benar-benar lemas, tak sanggup berdiri lagi, bahkan tubuhnya seolah hanya disanggah oleh tali yang mengikatnya.

“Untuk apa penyelundup meminta makanan?” ucap salah seorang awak kapal.

“Aku bukan penyelundup, aku hanya menumpang,” ucap Helena. Dia sangat resah, tidak tahu harus bagaimana. Helena sangat bingung bagaimana cara dia bertahan hidup.

“Menumpang? Memangnya kau mau kemana?”

“Aku ingin pergi ke Balkan.”

Semuanya sontak tertawa. Kapal ini menuju Amerika, untuk apa Helena menaiki kapal ini. Helena membulatkan matanya, dia kira kapal ini akan menuju Balkan, dia sangat terkejut dan bingung, panik. Seharusnya dia tidak mencari informasi dulu sebelum menaiki kapal ini.

“Baru kali ini aku menemukan wanita yang bodoh, bagaimana bisa kau menaiki kapal ini untuk ke Balkan? Darimana asalmu?” tanya nahkoda kapal itu.

“Aku dari Castile La Mancha,” jawab Helena.

“Kau salah menaiki kapal.”

Nahkoda itu merasa iba dengan Helena, sudah tidak memiliki izin, menyelundup dan salah naik kapal pula. Dia akhirnya menawarkan Helena untuk ikut kembali ke Spanyol.

“Kapal ini akan berhenti di Amerika, lalu kita baru kembali ke Spanyol. Kalau kau mau tunggu, aku akan mengantarmu kembali ke Spanyol.”

Helena berbinar mendengarkan ucapan si nahkoda. Dia sangat senang, setidaknya dia bisa kembali walau gagal ke Balkan. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana jadinya jika dia tersesat di Amerika. Dia tidak memiliki kerabat di sana.

“Lepaskan dia,” ucap nahkoda. Sebagai kapten dan berasal dari warga negara yang sama, dia mengasihani Helena dan membiarkan gadis itu lepas.

Helena bernafas lega, akhirnya dia bisa terlepas dari ikatan tali ini. Dia langsung membersihkan diri dan memakan makanan yang disediakan.

“Kau benar penyihir?” tanya kapten yang bernama Harith itu.

“Iya, benar. Kenapa?”

“Aku boleh meminta bantuanmu sebagai balasan telah melepasmu?” tanya Harith.

“Boleh, asalkan bukan hal yang buruk, aku bukan penyihir jahat. Semua energi Mana-ku digunakan untuk melakukan hal yang baik.”

Harith tersenyum mendengar Helena, entah kenapa dia terpikat pada Helena yang begitu cantik.

“Kalau aku minta kau membuat orang jahat menderita, apakah itu hal yang buruk?” tanya Harith. Helena mengetuk-ngetuk jarinya di atas meja, menimang-nimang, dia sendiri tidak tau pasti apakah itu hal yang baik atau buruk.

“Aku tidak bisa mengutuk, aku penyihir yang bisa menyembuhkan sesuatu, jadi tidak bisa melakukan hal seperti itu, maaf.”

Harith agak kecewa dengan ucapan Helena, dia sangat berharap bisa mengutuk seseorang yang telah membunuh salah satu awak kapalnya. Harith benar-benar ingin membalaskan dendamnya kepada salah satu musuhnya, tetapi rupanya Helena tidak bisa membantunya.

“Baiklah, aku tidak ada permintaan lain. Tetapi mungkin di lain waktu aku akan membutuhkanmu,” ucap Harith. Helena sangat berterima kasih karena Harith mau melepasnya.

Baru saja mereka hendak bangkit dari duduk, mereka kembali mendengar suara ledakan. Harith segera berlari mengambil pistolnya, lautan sangat rawan dengan banyaknya musuh tak tahu diri. Apalagi kapal yang Harith bawa adalah kapal yang membawa rempah-rempah untuk diekspor ke Amerika. Banyak orang rakus pasti mengincarnya, tidak hanya menginginkan kapalnya, tetapi rempah-rempah dan bir yang dia bawa.

Harith segera memerintah awak kapalnya untuk bekerja lebih keras mendayung. Helena sangat was-was ketika melihat sebuah kapal musuh yang semakin mendekat.

Helena mencoba mengucapkan mantra pertahanan untuk melindungi kapal dari tembakan, namun kekuatannya tidak begitu besar. Sebisa mungkin dia mencoba sementara suara tembakan kapal musuh semakin kencang. Mereka semakin dekat. Jantung Helena berdegup kencang, kalau kapal ini terus ditembak, bisa-bisa akan mengalami kerusakan yang parah. Helena tidak terlalu kuat membuat pertahanan magis.

Mendadak segerombolan musuh berhasil melompat ke kapal Harith. Pertarungan pecah dan terjadi begitu sengit.

Hanya satu harapan Helena, semoga dia tidak akan mati di laut lepas ini.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status