Share

10. Sang Monster

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2025-12-07 15:18:00

Zona Konflik Perbatasan Utara

Helikopter transport terbang rendah di atas pegunungan berbatu, suara rotornya bergema di lembah yang sunyi. Kabut tipis menggantung di udara pagi, menyamarkan bayangan kendaraan udara itu dari radar musuh.

"Target zona drop dalam dua menit," pilot melaporkan melalui headset. "Kondisi angin stabil, visibilitas baik."

Evan duduk di kompartemen belakang dengan seragam tempur hitam dan perlengkapan minimal. Senapan sniper custom tergantung di bahunya, pisau combat di pinggang, dan granat asap di sabuk taktis. Mata robotiknya sudah mulai melakukan scanning awal medan perang.

"Ingat, Pendragon," suara Jenderal Magnus terdengar melalui komunikator. "Prioritas utama adalah sandera. Jangan ada korban sipil!"

"Dimengerti, Jenderal," Evan menjawab sambil memeriksa tali rappelling untuk terakhir kali.

Pintu helikopter terbuka, angin kencang langsung menerpa wajahnya. Di bawah sana, asap hitam mengepul dari desa yang terbakar. Suara tembakan sporadis bercampur dengan
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   26. Kepala Sipir Eric

    "Evan, aku percaya kau kuat, tapi... kau tidak mengerti. Monster Boys itu….""Yang tidak mengerti justru mereka," Evan naik ke tempat tidurnya dengan santai. "Chicken Boys tidak tahu siapa yang baru saja masuk ke wilayah mereka."—Kantor Kepala Penjara.Eric menerobos masuk ke ruang kerja Anna tanpa mengetuk pintu lebih dulu. Wajahnya merah padam, keringat mengucur di pelipis, dan napasnya memburu seperti habis berlari maraton."Bu Anna!" Eric berbicara dengan nada antara marah dan panik. "Kita punya masalah besar… sangat besar!"Anna sedang merapikan berkas-berkas sebelum bersiap pulang. Mata cokelatnya menatap Eric dengan dingin, alis terangkat menunjukkan ketidaksukaan atas cara Eric memasuki ruangannya."Eric," Anna berkata dengan nada yang tenang namun tajam. "Sejak kapan kau masuk ke ruanganku tanpa permisi?""Maaf, Bu. Tapi ini darurat," Eric berjalan mondar-mandir di depan meja Anna seperti singa dalam kandang. "Evan Wijaya bukan tahanan biasa. Dia melakukan teror, dimulai de

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   25. Sekutu Pertama di Inferium

    Patrick dan Amir saling bertukar pandang, mata mereka kini juga membelalak tak percaya. Bagaimana mungkin tahanan baru yang kemarin baru masuk bisa mengalahkan Boris yang sudah bertahun-tahun menguasai Blok E?Evan mengangkat pandangan dari bukunya dengan gerakan yang sangat lambat, menatap ketiga sipir itu dengan pandangan datar tanpa ekspresi."Ah, kalian datang," Evan berkata dengan nada santai seolah menyambut tamu. "Kebetulan sekali… bisakah kalian membawanya pergi?"Eric masih terpaku di ambang pintu, otaknya berusaha memahami pemandangan yang mustahil ini. Boris yang tidak terkalahkan... pingsan di tangan seorang anak baru?"Bagaimana…?" Eric akhirnya berhasil mengeluarkan suara, meski terdengar bergetar.Evan tersenyum tipis saat menutup novelnya. "Pria ini terpeleset dan kepalanya terbentur rangka besi tempat tidur. Hmm, kalian harus lebih hati-hati dengan lantai yang licin di sini."Kebohongan Evan disampaikan dengan nada paling polos yang pernah mereka dengar, tapi tidak ad

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   24. Boris Tumbang

    BRAKK!Boris menabrakkan tubuh Theo ke tembok beton. Suara benturan menggema di sel sempit itu. Theo terbatuk-batuk dan meringis kesakitanSeketika mata Evan berubah. Aura dingin mengalir dari tubuhnya, energi naga berputar dengan kecepatan tinggi. Boris boleh menyakiti dirinya, tapi tidak orang lain yang tidak bersalah."Lepaskan dia!" perintah Evan dengan suara serak. Boris yang merasa ditantang malah semakin marah. Dia menendang perut Theo sebagai bentuk tantangan balik."Theo, keluar dari sini!" perintah Evan.Dengan menahan sakit di seluruh tubuh, Theo berlari keluar sel sambil memegangi tulang rusuknya yang nyeri bukan main.Kini tinggal Evan dan Boris dalam ruang sempit itu. Atmosfer berubah mencekam, seperti sebelum badai dahsyat."Akhirnya!" Boris menyeringai sambil meregangkan jari-jarinya. "Sekarang kita bisa bermain dengan serius, Bocah!"Boris mengangkat kedua tangannya dalam posisi siap bertarung. "Ayo duel seperti pria sejati! Atau kau mau terus bersembunyi di ketiak ka

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   23. Terror Boris

    Dada Evan bergemuruh mendengar konfirmasi itu. Dr. William, satu-satunya orang baik di neraka ini, telah dibunuh."Kasusnya ditutup begitu saja sepuluh tahun yang lalu," Sasha melanjutkan dengan suara bergetar. "Polisi menganggapnya kecelakaan biasa. Ibuku berusaha memperjuangkan keadilan karena dia yakin suaminya dibunuh, tapi sia-sia. Tekanan dan stres itu akhirnya membuat ibu terkena stroke."Hati Evan tersentuh mendalam mendengar penderitaan yang dialami keluarga William. Pria baik itu tidak hanya kehilangan nyawa, tapi keluarganya juga hancur karenanya.*Aku bersumpah,* Evan mengetatkan gerahamnya, *aku akan mencari pembunuh Dr. William dan membalaskan dendam kalian.*"Di mana Dr. William ditemukan meninggal?" Evan bertanya ingin tahu.Sasha mengusap air mata dengan punggung tangannya sebelum menjawab. "Ayahku ditemukan di hutan, hanya satu kilometer dari Penjara Inferium. Kondisinya..." suaranya terputus sejenak. "Kondisinya mengerikan, ia disiksa sebelum dibunuh."Evan mengepal

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   22. Dokter Budiman Itu Telah Pergi

    Evan dan Theo berjalan bersama menuju ruang medis di lantai satu. Saat mereka menuruni tangga menuju lantai satu, semua mata memandang Evan dengan tatapan penasaran dan heran. Bisikan-bisikan mulai terdengar di antara para napi."Itu dia anak baru yang baru dihajar Boris tadi," salah satu napi berbisik."Lihat mukanya, kok seperti luka ringan saja?" yang lain menimpali.“Aneh, biasanya Boris menghajar orang pasti sampai buat mereka merangkak pun tak sanggup. Mengapa anak ini masih berjalan gagah?”Theo yang sebenarnya gugup diperhatikan napi begitu banyak, malah berbisik berusaha menenangkan Evan, "Jangan takut, aku akan melindungimu."Evan menahan senyum geli mendengar kata-kata itu. Dengan nada dingin ia menjawab, "Aku tak butuh perlindunganmu.""Aku adalah mastermu di sel 47," Theo bersikeras dengan bangga. "Jadi sudah sewajarnya aku melindungimu dari bahaya."Mereka melewati area tempat Boris sedang berkumpul dengan Samson dan beberapa napi lain. Boris sedang menceritakan dengan p

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   21. Menahan Diri

    Evan berpegangan erat pada lis pagar, menahan keseimbangan tubuhnya agar tidak benar-benar terjatuh. Sebenarnya sangat mudah baginya untuk menghancurkan Boris hingga menjadi serpihan, tapi ia harus menahan diri demi menjaga penyamarannya.Boris dalam hati mulai merasa aneh. Ketika ia memukul perut Evan tadi, tangannya sendiri yang terasa sakit seperti menghantam baja. Dan sekarang, meski ia sudah menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong, pemuda ini tidak bergeming sama sekali.*Ada yang tidak beres dengan anak ini,* Boris berpikir sambil terus menekan. *Tapi di depan semua orang, aku tidak boleh terlihat lemah.*"Lihat dia gemetar ketakutan!" Boris berteriak ke bawah, menyembunyikan kebingungannya. "Inilah yang terjadi pada siapa saja yang berani melawan kekuasaan Monster Boys!"Para napi di bawah bersorak lebih keras, tapi Evan hanya tersenyum. Dia tahu penyamaran ini harus dimainkan dengan hati-hati. Terlalu kuat akan membongkar penyamarannya, terlalu lemah akan membuatnya me

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status