Home / Urban / Dendam Membara Sang Dewa Perang / 11. Membebaskan Sandera

Share

11. Membebaskan Sandera

Author: Evita Maria
last update Last Updated: 2025-12-08 13:45:51

Benteng Berlapis Baja Jenderal Dalton

Evan berdiri di lereng bukit menghadap benteng yang menjulang mengerikan. Struktur beton bertulang setinggi lima belas meter dengan menara pengintai di setiap sudut. Dinding setebal dua meter dipenuhi lubang tembak untuk senapan mesin.

Mata Naga mendeteksi sistem pertahanan yang rumit:

Ranjau darat Claymore: 15 unit tersebar di jalur pendekatan Senapan mesin otomatis: 8 unit dengan jangkauan 360 derajat Sniper musuh: 6 posisi di menara pengintai Kawat berduri listrik: Tegangan 50.000 volt Sandera tersisa: 47 orang di courtyard dalam

"Benteng seperti ini biasanya butuh satu batalion untuk ditembus," Evan bergumam sambil menganalisis rute masuk terbaik.

Ia bergerak di antara pepohonan, mendekati perimeter pertahanan dengan sangat hati-hati. Mata Naga mendeteksi setiap ranjau yang terkubur, menghitung jalur aman yang hanya selebar beberapa sentimeter.

Tembakan senapan mesin mulai menghujani posisinya ketika sensor gerak mendeteksi pergerakan. Peluru-
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   25. Sekutu Pertama di Inferium

    Patrick dan Amir saling bertukar pandang, mata mereka kini juga membelalak tak percaya. Bagaimana mungkin tahanan baru yang kemarin baru masuk bisa mengalahkan Boris yang sudah bertahun-tahun menguasai Blok E?Evan mengangkat pandangan dari bukunya dengan gerakan yang sangat lambat, menatap ketiga sipir itu dengan pandangan datar tanpa ekspresi."Ah, kalian datang," Evan berkata dengan nada santai seolah menyambut tamu. "Kebetulan sekali… bisakah kalian membawanya pergi?"Eric masih terpaku di ambang pintu, otaknya berusaha memahami pemandangan yang mustahil ini. Boris yang tidak terkalahkan... pingsan di tangan seorang anak baru?"Bagaimana…?" Eric akhirnya berhasil mengeluarkan suara, meski terdengar bergetar.Evan tersenyum tipis saat menutup novelnya. "Pria ini terpeleset dan kepalanya terbentur rangka besi tempat tidur. Hmm, kalian harus lebih hati-hati dengan lantai yang licin di sini."Kebohongan Evan disampaikan dengan nada paling polos yang pernah mereka dengar, tapi tidak ad

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   24. Boris Tumbang

    BRAKK!Boris menabrakkan tubuh Theo ke tembok beton. Suara benturan menggema di sel sempit itu. Theo terbatuk-batuk dan meringis kesakitanSeketika mata Evan berubah. Aura dingin mengalir dari tubuhnya, energi naga berputar dengan kecepatan tinggi. Boris boleh menyakiti dirinya, tapi tidak orang lain yang tidak bersalah."Lepaskan dia!" perintah Evan dengan suara serak. Boris yang merasa ditantang malah semakin marah. Dia menendang perut Theo sebagai bentuk tantangan balik."Theo, keluar dari sini!" perintah Evan.Dengan menahan sakit di seluruh tubuh, Theo berlari keluar sel sambil memegangi tulang rusuknya yang nyeri bukan main.Kini tinggal Evan dan Boris dalam ruang sempit itu. Atmosfer berubah mencekam, seperti sebelum badai dahsyat."Akhirnya!" Boris menyeringai sambil meregangkan jari-jarinya. "Sekarang kita bisa bermain dengan serius, Bocah!"Boris mengangkat kedua tangannya dalam posisi siap bertarung. "Ayo duel seperti pria sejati! Atau kau mau terus bersembunyi di ketiak ka

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   23. Terror Boris

    Dada Evan bergemuruh mendengar konfirmasi itu. Dr. William, satu-satunya orang baik di neraka ini, telah dibunuh."Kasusnya ditutup begitu saja sepuluh tahun yang lalu," Sasha melanjutkan dengan suara bergetar. "Polisi menganggapnya kecelakaan biasa. Ibuku berusaha memperjuangkan keadilan karena dia yakin suaminya dibunuh, tapi sia-sia. Tekanan dan stres itu akhirnya membuat ibu terkena stroke."Hati Evan tersentuh mendalam mendengar penderitaan yang dialami keluarga William. Pria baik itu tidak hanya kehilangan nyawa, tapi keluarganya juga hancur karenanya.*Aku bersumpah,* Evan mengetatkan gerahamnya, *aku akan mencari pembunuh Dr. William dan membalaskan dendam kalian.*"Di mana Dr. William ditemukan meninggal?" Evan bertanya ingin tahu.Sasha mengusap air mata dengan punggung tangannya sebelum menjawab. "Ayahku ditemukan di hutan, hanya satu kilometer dari Penjara Inferium. Kondisinya..." suaranya terputus sejenak. "Kondisinya mengerikan, ia disiksa sebelum dibunuh."Evan mengepal

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   22. Dokter Budiman Itu Telah Pergi

    Evan dan Theo berjalan bersama menuju ruang medis di lantai satu. Saat mereka menuruni tangga menuju lantai satu, semua mata memandang Evan dengan tatapan penasaran dan heran. Bisikan-bisikan mulai terdengar di antara para napi."Itu dia anak baru yang baru dihajar Boris tadi," salah satu napi berbisik."Lihat mukanya, kok seperti luka ringan saja?" yang lain menimpali.“Aneh, biasanya Boris menghajar orang pasti sampai buat mereka merangkak pun tak sanggup. Mengapa anak ini masih berjalan gagah?”Theo yang sebenarnya gugup diperhatikan napi begitu banyak, malah berbisik berusaha menenangkan Evan, "Jangan takut, aku akan melindungimu."Evan menahan senyum geli mendengar kata-kata itu. Dengan nada dingin ia menjawab, "Aku tak butuh perlindunganmu.""Aku adalah mastermu di sel 47," Theo bersikeras dengan bangga. "Jadi sudah sewajarnya aku melindungimu dari bahaya."Mereka melewati area tempat Boris sedang berkumpul dengan Samson dan beberapa napi lain. Boris sedang menceritakan dengan p

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   21. Menahan Diri

    Evan berpegangan erat pada lis pagar, menahan keseimbangan tubuhnya agar tidak benar-benar terjatuh. Sebenarnya sangat mudah baginya untuk menghancurkan Boris hingga menjadi serpihan, tapi ia harus menahan diri demi menjaga penyamarannya.Boris dalam hati mulai merasa aneh. Ketika ia memukul perut Evan tadi, tangannya sendiri yang terasa sakit seperti menghantam baja. Dan sekarang, meski ia sudah menggunakan seluruh kekuatannya untuk mendorong, pemuda ini tidak bergeming sama sekali.*Ada yang tidak beres dengan anak ini,* Boris berpikir sambil terus menekan. *Tapi di depan semua orang, aku tidak boleh terlihat lemah.*"Lihat dia gemetar ketakutan!" Boris berteriak ke bawah, menyembunyikan kebingungannya. "Inilah yang terjadi pada siapa saja yang berani melawan kekuasaan Monster Boys!"Para napi di bawah bersorak lebih keras, tapi Evan hanya tersenyum. Dia tahu penyamaran ini harus dimainkan dengan hati-hati. Terlalu kuat akan membongkar penyamarannya, terlalu lemah akan membuatnya me

  • Dendam Membara Sang Dewa Perang   20. Perkenalan Dari Boris

    Evan tetap sibuk merapikan tempat tidurnya, memasang sprei tipis dengan gerakan tenang seperti tak ada seorang pun di dalam sel kecuali dirinya. Sikap acuh tak acuh yang membuat Boris naik pitam. Ia belum pernah diremehkan sebelumnya."Hei Tuli, kau tidak dengar aku bicara?!" bentak Boris nyaris meledak karena merasa diabaikan habis-habisan.Evan akhirnya menoleh dengan gerakan sangat perlahan, menatap Boris dengan mata yang datar dan kosong dari emosi apapun. "Aku dengar. Tapi aku tidak tertarik dengan permainan anak kecil."Boris tertegun sejenak, tidak ada tahanan baru yang pernah meresponnya dengan sikap sedingin es seperti itu. Biasanya mereka sudah gemetar ketakutan atau berlutut memohon ampun sebelum ia berbuat apa-apa."Kau butuh pelajaran tentang rasa hormat," Boris melangkah mendekat dengan mata yang menyala berbahaya, tangannya yang sebesar palu godam hendak mencengkeram kepala Evan. "Dan aku akan memberikannya dengan sangat... sangat menyenangkan!"Tapi yang tidak disadari

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status