Emosinya seakan dipermainkan ketika tatapan kagum lelaki muda itu tak kunjung berpaling. Wajahnya menggelap dengan napas yang mulai menyesakkan dada. Regan tidak pernah merasa semarah ini hanya karena masalah yang sepele. Namun, sepertinya lelaki sialan itu memang sudah melewati batas.Skylar nyaris menghampiri laki-laki itu ketika sang istri menahan dirinya yang membuat ia merunduk menatap wajah tegang milik Starla. Wanita itu menggeleng pelan, mengisyaratkan agar ia tidak berbuat ulah di tempat keramaian.Sesaat, Skylar membuang napas kasar. Mengarahkan pandangannya pada sosok laki-laki yang masih belum menyadari kemarahannya, lalu kembali pada wajah sang istri."Kita pergi!"Starla menatap Skylar dengan tatapan heran. "Buahnya—""Lupakan!"Pria itu kemudian menarik lengan Starla, memaksa wanita itu untuk meninggalkan tempat tersebut sebelum kemarahannya kembali membuat amarahnya menghancurkan apa pun yang ada di sekitarnya.Shit!****Dua puluh menit setelah itu, mereka akhirnya ti
Bahagia dan sedih adalah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan. Kebahagiaan akan selalu tercipta ketika kesedihan itu ada, begitupun sebaliknya.Senyum getir kini menghiasi wajah kelam Starla ketika pikirannya kembali berputar di mana kebahagiaan itu selalu berpihak pada kehidupannya yang biasa-biasa saja. Ia teringat saat-saat kebersamaannya dengan Arlan sebelum semuanya terjadi. Betapa bahagianya ia ketika sang kakak yang saat itu kembali lebih awal dari biasanya dan mengajak dirinya menikmati makan malam di luar. Melewati momen yang sangat jarang mereka cecapi hingga larut malam tiba. Dan Starla benar-benar bahagia pada saat itu.Namun, siapa yang menyangka bahwa malam itu rupanya malam terakhir kebersamaan mereka sebelum ia menerima kabar perihal tragedi yang menimpa kakaknya di keesokan hari. Sebuah kecelakaan tragis yang berhasil merenggut nyawa Arlan dengan begitu ganasnya. Meninggalkan dirinya dalam keterpurukan dan segudang masalah yang membuat hidupnya menjadi seperti ini.
Wanita itu tidak pernah menyangka bahwa kesalahan yang pernah ia lakukan rupanya berdampak buruk bagi semua orang yang begitu dikenalnya. Kesalahan yang membuat sang kakak menjadi sosok lelaki bengis yang tidak lagi mengenal kelembutan dan belas kasih. Suatu kesalahan fatal yang mengubah kehidupan orang-orang terkasihnya, dan itu benar-benar tidak termaafkan. Ia tidak bisa menampik ketika rasa sesal Itu menyerang lubuk hatinya secara tiba-tiba. Membuat ia harus menahan rasa sakit akan penyesalan yang begitu besar ketika indra pendengarannya acap kali menangkap percakapan para pelayan yang merawat dirinya.Dia tahu benar seperti apa kebejatan yang dilakukan sang kakak pada wanita yang sama sekali tidak bersalah itu. Sungguh, ia takut, benar-benar takut jika perlakuan Skylar sudah melebihi batas. Keinginan untuk menjelaskan semuanya kepada lelaki itu begitu kuat, namun dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. Ia tidak mengerti dengan keadaan tubuhnya yang terlalu lemah dan rapuh, sehingga u
Skylar meraih kunci mobil di atas meja. Tatapannya lalu tertuju pada Andreas yang baru saja memasuki ruang pribadi miliknya. Pria itu hendak membuka mulut untuk menanyakan alasan sang tuan memanggilnya ketika suara berat dan panjang itu lebih dulu terdengar."Aku akan mengunjunginya," kata Skylar setelah mengenakan jaket kulitnya. "Tidak perlu menemaniku. Hari ini kau hanya harus mengawasi Starla. Jangan sampai lepas kendali. Jangan biarkan dia menjauh dari pandanganmu."Andreas mengangguk mengerti. Skylar memang memberi waktu istirahat untuk para pengawal dan pekerja lainnya jika hari libur tiba. Hanya ada satu orang pramuwisma khusus penyedia makanan yang tetap bekerja. Dan untuk hari ini, ia meminta Andreas agar mengawasi situasi kediamannya. Tentu saja Skylar tidak mungkin membiarkan dirinya meninggalkan istri pelacurnya hanya berdua dengan seorang pramuwisma wanita, terlebih lagi Gavino masih mengincar istrinya itu. Dia tentu tidak ingin kejadian itu kembali terulang kembali, kec
"Lepaskan aku, brengsek! Jangan sentuh aku!"Wanita itu tidak tahu keberanian dari mana yang didapatkan saat bibirnya seolah tidak takut melontarkan kalimat penolakan terus-menerus. Kaki-kakinya bergerak tidak karuan di atas lengan Skylar, bersamaan dengan tangannya yang tak kalah lincah memukul brutal dada pria itu."Aku tidak mau! Lepaskan aku monster sialan! Kau benar-benar menjijikkan!"Rahang Skylar mengeras. Dia berusaha keras untuk menahan dirinya untuk tidak melempar wanita murahan itu hingga patah tulang ketika tubuh polos itu menggelinjang hebat di atas kedua lengannya. Wanita yang teramat sangat sialan yang masih berani membangkang hingga detik ini. Fuck!Starla menutupi bagian-bagian tubuhnya dengan tangan-tangannya yang kecil ketika Skylar merebahkan dirinya kasar ke dalam bathup yang berisi air hangat. Ia terus bergerak gelisah dengan pandangan was-wasnya yang tertuju pada wajah keras tersebut. Oh, tentu saja wanita itu mempersiapkan diri untuk melawan Skylar sekuat tena
"Kau mau mati? Sudah bosan hidup, huh?" Skylar menggeram marah. "Apa tadi yang kau lakukan, jalang?""Tidak ada ...." Perempuan itu semakin menjerit ketika Skylar mendorongnya ke dinding dengan kasar."Kau memang tidak bisa diperlakukan dengan lembut.""Skylar, dengarkan aku dulu—""Tidak ada yang perlu didengarkan, wanita murahan!" bentak pria itu kasar."Aku hanya—""Shut up your fucking mouth! Kau akan mendapatkan yang lebih buruk lagi di bibirmu jika kau masih berani bersuara!" Skylar menatap bengis wanita itu. Sungguh, ia juga tidak mengerti mengapa dirinya semarah ini.Tidak ada yang bisa dilakukan oleh Starla. Ia hanya menangis sesenggukan, tidak bisa berbuat apa-apa. Skylar bahkan sudah tidak mau mendengar penjelasannya. Tidak, laki-laki itu bahkan tidak akan pernah mau mendengar alasan apa pun yang keluar dari bibirnya.Skylar menekan kuat tubuh itu dengan tangan kekarnya yang menahan dada Starla."Setelah membunuh Gaby, kau juga sengaja ingin menghabisi Xander menggunakan ta