LOGINSoal perjamuan yang akan diadakan istana untuk menyambut para utusan dari Kekaisaran Xianlong. Ying Xuan yang tidak ingin datang dengan penampilan gendutnya, berusaha mati-matian untuk diet sebelum hari perjamuan tiba.
Selama diet, Ying Xuan hanya memakan sayur saja, dan melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak ia lakukan. Contohnya, menimba air, atau naik turun tangga kuil yang ada di puncak bukit. Tidak lupa pula, Ying Xuan juga berkultivasi di malam hari dengan menyerap energi bulan. "Tubuh ini sangat bagus. Dia memiliki bakat kultivasi dan cocok dengan energi bulan. Sayangnya, pemilik tubuh sangat bodoh sampai tidak bisa menemukan bakatnya sendiri," ujar Ying Xuan. Setiap kali Ying Xuan selesai berkultivasi, di tubuhnya akan keluar berupa cairan hitam yang sangat bau. "Uekk....bau yang sudah lama tidak ku cium. Sebenarnya, sudah berapa lama si pemilik tubuh diberikan obat yang merusak tubuhnya?!" ujar Ying Xuan sembari melihat telapak tangannya yang berkeringat. Tidak ingin aktivitasnya selesai dengan mudah, Ying Xuan yang tidak punya banyak waktu, melanjutkan kultivasinya demi menurunkan berat badannya dengan drastis. Begitu Ying Xuan merasa ia sudah mencapai batas, ia mulai bangkit dari duduknya. "Rumei, kemarilah!" panggil Ying Xuan. "Saya akan menuntun anda, Yang Mulia," ujar Rumei yang sedari tadi menunggu Ying Xuan. "Rumei, tidakkah kau penasaran apa yang aku lakukan? Aku setiap malam duduk di gazebo dan mengeluarkan cairan bau ini dari tubuhku," ujar Ying Xuan memancing. "Saya tidak melihat apapun. Selir Agung hanya sedang menikmati pemandangan malam di gazebo teratai, kemudian berkeringat karna duduk terlalu lama," jawab Rumei tanpa mengubah ekspresinya. "Bagus, aku suka dengan tanggapanmu," ujar Ying Xuan. Setibanya mereka di Kediaman, Ying Xuan langsung dilayani oleh kedua pelayan yang lainnya. "Apakah suhu airnya pas, Yang Mulia?" tanya Shia. "Hum. Ini pas," jawab Ying Xuan. Menyadari kulit Selir Agung yang mereka layani itu kian melembut dan bentuk tubuhnya mulai terlihat kurus. Shia dan Shu yang membantu Ying Xuan mandi, saling melirik ke arah satu sama lain dengan tatapan kagum. "Yang Mulia, saya rasa, anda semakin kurus. Sepertinya diet anda berhasil," ujar Shia. "Iya Yang Mulia, bahkan sekarang, kulit anda terlihat sangat mulus dan lembut," sambung Shu. "Kalian berdua memang bermulut manis," ujar Ying Xuan. Sebenarnya, alasan Ying Xuan memakan sayur dan mengatakan dirinya sedang diet, agar para pelayan itu tidak curiga dengan caranya menurunkan berat badan secara drastis. Walau bagaimana pun, Ying Xuan harus tetap waspada, dan memastikan di sekitarnya tidak ada yang menyadari kalau ia sedang berkultivasi. "Meski aku hanya memakan sayur seperti kelinci, diet biasa tidak akan bisa membuatku menurunkan berat badan dalam waktu dekat. Hanya dengan berkultivasi, berat badan yang sudah seperti babi dan penuh kotoran ini akan segera hilang," batin Ying Xuan. Dan benar saja seperti yang Ying Xuan katakan. Setelah beberapa hari berkultivasi di bawah sinar bulan, akhirnya Ying Xuan berhasil membakar seluruh lemak yang membuatnya terlihat seperti babi. "Rumei, tuntun aku menuju ruang mandi!" titah Ying Xuan. "Baik, Yang Mulia," jawab Rumei dengan patuh. Selama ini, Rumei lah yang selalu menemani Ying Xuan ketika ia berkultivasi dan menyerap energi dari sinar bulan. Dan selama itu juga, Ying Xuan jadi tahu, kalau Rumei adalah pelayan yang paling pandai menjaga mulutnya. "Rumei ini, dia benar-benar penjaga lidah yang baik," batin Ying Xuan. Ketika Ying Xuan berhasil menguruskan badannya, ia mulai membakar semua hanfu besar yang pernah diberikan Ibu Suri dan Selir Shuan Shu padanya. "Ini akan menjadi awal mula, jatuhnya orang-orang yang menghinaku," ujar Ying Xuan seraya menatap api yang kian membesar. Setelah Ying Xuan menunggu beberapa hari, akhirnya, hari dimana pesta penyambutan untuk para rombongan orang-orang Xianlong tiba. "Rumei, Shia, Shu. Persiapkan aku dengan baik," ujar Ying Xuan. "Baik yang Mulia," jawab mereka bertiga dengan penuh semangat. Untuk tampil mempesona di depan sang Kaisar, Ying Xuan mengenakan hanfu terindah dengan kain mutiara yang dulu Kaisar hadiahkan untuknya. Hanfu itu berwarna merah. Umumnya, Hanfu berwarna merah seharusnya digunakan oleh Permaisuri. Tapi dengan beraninya, Ying Xuan juga mengenakan warna yang sama. Di tambah dengan hiasan kepala Phoenix yang menghiasi kepalanya, Ying Xuan tampak agung dan penuh karisma. "Anda cantik sekali Yang Mulia!" seru Rumei yang diikuti anggukan kepala Shu dan Shia. "Diet untuk beberapa hari tidak sia-sia," ujar Ying Xuan. Setelah berdandan rapi, Ying Xuan menaiki tandu yang akan membawanya menuju Istana utama. Setibanya Ying Xuan di depan Istana, ia melihat beberapa tandu kosong yang mengangkut para selir sudah diangkut kembali. "Sepertinya, para Selir di Harem sangat bersemangat untuk menarik perhatian Kaisar," ujar Ying Xuan. "Anda Tidak boleh kalah Yang Mulia. Walau bagaimana pun, anda adalah Selir Agung. Selain Permaisuri dan Kaisar. Di Harem ini, tidak ada yang bisa bersikap lancang pada anda," ujar Rumei "Apa kau sedang mengaturku, Rumei?" ucap Ying Xuan seraya menyeringai ke arah Rumei. "Hamba terlalu lancang, Yang Mulia," ujar Rumei yang dengan sigap berlutut. "Bangunlah, aku hanya bercanda," ujar Ying Xuan. Ketika Ying Xuan memasuki Istana utama, hal pertama yang ia lihat di mata para orang-orang di aula Istana adalah, raut terkejut. Bahkan Prajurit yang menjaga pintu aula tak kalah terkejut sampai ia tidak berkedip. "J-Jika boleh tahu, anda ini Selir dari kediaman mana? Ini pertama kalinya saya melihat anda," ujar Prajurit penjaga pintu. "Lancang sekali kau berbicara seperti itu pada Selir Agung!" ucap Rumei yang sukses membuat seisi ruangan terkejut untuk kedua kalinya. "Rumei, tahan amarahmu! Dan kau, apa yang kau tunggu? Cepat umumkan kedatanganku," ujar Ying Xuan. Dengan terbata-bata, Prajurit penjaga pintu aula utama langsung mengumumkan kedatangan Ying Xuan. "S-Selir Agung Ying Xuan, telah tiba!" Saat Ying Xuan berjalan untuk memberi hormat pada Sang Kaisar dan Permaisuri, semua tatapan kagum tertuju ke arahnya. Terutama, para Sarjana muda yang diundang untuk menghadiri pesta penyambutan tersebut. "Bukankah...Selir Agung terlihat seperti babi gemuk?" bisik seorang Sarjana. "Ya, aku juga mendengar hal yang sama. Tapi, keindahan seperti ini, bagaimana bisa dikatakan sebagai babi gemuk?!" bisik sarjana lainnya. Penampilan Selir Agung Ying Xuan memang sangat memukau setelah ia menurunkan berat badannya. Pinggang yang ramping, penampilan halus nan lembut, serta rambut merah muda dengan sedikit warna hitam disanggulnya. Pemandangan itu membuat mata para Sarjana, Selir, Permaisuri, para Mentri, bahkan Kaisar sendiri terpukau. "Selir Agung Ying Xuan, menghadap Kaisar dan Permaisuri," ujar Ying Xuan memberi salam. Seketika itu juga, Kaisar dan Permaisuri yang tadinya termangu, langsung sadar dari lamunan mereka. "Selir Agung, silahkan duduk di tempatmu," ujar Permaisuri, yang saat itu duduk di samping Kaisar. Tanpa menjawab sang Permaisuri, Ying Xuan langsung saja duduk di tempat yang sudah disediakan untuknya. Saat itu, Ying Xuan dapat merasakan tatapan tajam dari para Selir yang terfokus ke arah dirinya, terutama hanfu yang sedang ia kenakan. "Yang Mulia, tatapan Selir Shuan Shu sangat tajam," bisik Rumei. "Sajikan anggurnya untukku, Rumei!" titah Ying Xuan. Ketika Rumei menuangkan anggur, dengan anggun Ying Xuan meraih cangkir anggur itu, mencium aromanya sedikit demi sedikit, lalu mulai mencicipinya. "Anggur yang enak," batin Ying Xuan. Karna sedari tadi tatapan Selir Shuan Shu belum juga teralihkan, Ying Xuan memutuskan untuk menyapanya dengan ringan. "Apakah baju yang ku kenakan sangat indah, sampai matamu terus melihatku seperti akan keluar dari tempatnya, Selir Shuan Shu?" tanya Ying Xuan sembari menikmati secangkir anggur. "Anda benar Selir Agung Ying Xuan. Saya sangat terpukau melihat hanfu anda yang terlihat HAMPIR SAMA dengan Hanfu yang dikenakan Permaisuri," jawab Selir Shuan Shu seraya tersenyum palsu. Mendengar perkataan Selir Shuan Shu tadi, tentu para pejabat, tak terkecuali Permaisuri sendiri, mulai merasa risih. "Jangan memuntahkan sesuatu begitu mudah, Selir Shuan. Sebagai Selir Kaisar, kita harus pandai menjaga segala sesuatu yang ada dalam diri kita, terutama....lidah," jawab Ying Xuan seraya menatap lurus ke arah Selir Shuan Shu. "Apakah begitu? Tapi Selir Agung, di ruangan ini, siapa yang tidak berpikir seperti saya ketika melihat gaun merah anda," ujar Selir Shuan Shu memperovokasi. "Ini akan seru," batin Ying Xuan.Setelah Ying Xuan memberikan beberapa penjelasan kepada Jenderal Qin, dengan sedikit kepercayaan di hatinya dan demi memastikan Zian Rui tetap aman hingga akhir, Jenderal Qin memutuskan untuk menyarungkan kembali pedangnya. "Apa anda yakin, kalau hal ini adalah keputusan terbaik?" tanya Jenderal Qin. "Ya. Tidak ada tindakan yang lebih baik dari ini," sahut Ying Xuan dengan penuh keyakinan. Keesokan harinya, ketika pagi yang cerah membangunkan Zian Rui dari pingsannya, Zian Rui mendapati Jenderal Qin tengah menatapnya dengan sendu. "Jenderal?!" ujar Zian Rui seraya melirik ke arah kiri dan kanan, guna memastikan tidak ada siapa pun di kamarnya. Tanpa mengatakan sepatah kata pun, Jenderal Qin langsung memeluk Zian Rui dengan tangan dan tubuhnya yang gemetar. "Ada apa?! Apa kau terluka?" tanya Zian Rui cemas. "Maafkan aku, Rui'er. Kau benar, aku telah salah mempercayai seseorang. Karna kecerobohanku, kau hampir saja celaka," ujar Jenderal Qin. Mendengar hal itu, Zian Rui
Pertempuran antara Jenderal Qin melawan para Assassin tiba-tiba menjadi begitu sengit. Karna Jenderal Qin tidak ingin merusak kamar Zian Rui, atau bahkan mencelakai kekasih hatinya itu, dengan kecepatan penuh ia melesat keluar jendela, yang kemudian diikuti oleh kedua Assassin yang tampak haus darah itu. "Zhang Qin!!" teriak Zian Rui. Tapi karna Jenderal Qin sudah pergi terlalu jauh, ia tidak bisa lagi mendengar teriakan Zian Rui. Ketika Zian Rui melihat kilatan cahaya yang seperti tebasan pedang sedang beradu, ia merasa sangat khawatir pada Jenderal Qin. "Tidak bisa! Aku harus..." "Jangan kemana-mana!" potong seseorang yang baru saja tiba di Kediaman Phoenix, lebih tepatnya di kamar Zian Rui. Saat Zian Rui berbalik, ia mendapati seorang wanita dengan rambut merah muda, sedang menatapnya dengan dingin. "Kau!.....Apa yang kau lakukan di sini, Ying Xuan?!" teriak Zian Rui. "Aku datang untuk memastikan, agar Jenderal Qin tidak membunuh semua Assassin nya," sahut Ying Xuan.
Di situasi yang cukup menegangkan itu, Zian Rui yang tadinya jatuh terduduk karna menghindari para Assassin, langsung menerima uluran tangan Jendral Qin yang berniat membantunya berdiri. "Bagaimana kau bisa sampai di sini, Jendral? Bukankah saat ini seharusnya kau ada di perbatasan untuk memberantas para Bar-Barian?" tanya Zian Rui. "Permaisuri telah mengirim pasukan Menteri Yohan untuk urusan di sana. Jadi, aku bisa kembali ke Istana," sahut Jendral Qin. "Apa?! Permaisuri! Tapi, aku bahkan telah gagal mendapatkan hatinya. Aku juga tidak akan bisa meminta bantuannya mengingat aku telah memaksa Kaisar menjebloskannya ke penjara," ujar Zian Rui. "Ini bukan tentang bantuan. Tapi tentang keselamatanmu dan reputasi Permaisuri Permaisuri sendiri sudah menebak kalau rencana Ibu Suri untuk melengserkannya dari posisi Permaisuri, akan berbalik menyerang mu. Jadi, dia mengirim pasukan Ayahnya lalu membantuku terbebas dari tugas Perbatasan setelah aku setuju untuk ikut andil dalam rencan
Beberapa hari telah berlalu sejak terbebasnya Ying Xuan dari penjara. Tapi selama beberapa hari itu juga, Ibu Suri telah merencanakan sesuatu yang buruk, guna menjebak Ying Xuan dan menjatuhkannya dengan tepat. "Bagaimana rencananya?" tanya Ibu Suri. "Sudah dirancang dengan sangat baik, Ibu Suri. Malam ini, akan kami pastikan Permaisuri dihukum mati," ujar Menteri yang menyampaikan informasi soal Ying Xuan waktu itu. "Baiklah. Kalau begitu, mari kita lihat bagaimana Permaisuri bodoh itu akan menghindar kali ini," ujar Ibu Suri. Begitu malam hari tiba, di Kediaman Phoenix dimana Selir Agung tinggal, beberapa Assassin menyusup masuk untuk membunuh sang Selir. Begitu pun di Kediaman Lotus, tempat Ying Xuan berada. Namun berbeda halnya dengan Selir Agung yang menjadi target pembunuhan, Ying Xuan didatangi Assassin hanya untuk mencegahnya keluar dari Kediamannya malam itu. "Dari mana datangnya para Assassin ini?!" ujar Rumei sembari melindungi Ying Xuan di belakangnya. "Ini hadi
DI AULA SIDANG..... Dengan mayat Pelayan diletakkan disampingnya, Ying Xuan diminta berlutut oleh Kaisar, dan menjelaskan detail situasi sebelum Pelayan itu kehilangan nyawanya. "Yang Mulia, saat itu, aku hanya berbicara dengannya dan mencoba mencari tahu siapa yang memerintahkannya untuk memfitnahku," ujar Ying Xuan. "Kalau itu hanya sebuah pertanyaan, kenapa Pelayan itu bisa mati tiba-tiba. Bahkan pihak dari Aula obat menyatakan, kematian Pelayan itu tanpa sebab. Tidak ada racun atau semacamnya," sahut Kaisar. "Saya juga kurang tahu, Yang Mulia. Yang jelas, Pelayan ini ingin mengatakan sesuatu kemudian ia tiba-tiba berteriak histeris sambil memuntahkan begitu banyak darah," jelas Ying Xuan. Mendengar pernyataan Ying Xuan yang terbilang tidak masuk di akal, para Menteri yang hadir di Sidang untuk ke dua kalinya, mereka menggeram marah dan membantah perkataan Ying Xuan. "Bagaimana bisa seseorang mati begitu saja. Kecuali ada orang yang memang ingin membunuhnya untuk menutup
Karna suara teriakan Pelayan tadi cukup nyaring, para penjaga yang mengawasi dari pintu depan penjara, langsung bergegas masuk untuk melihat situasi. Saat para Prajurit itu tiba di sel Ying Xuan dan si Pelayan, mereka dikejutkan oleh pemandangan si Pelayan bersimbah darah, dan dalam keadaan sudah tidak bernyawa. "Apa yang kau lakukan padanya?!" teriak salah satu Prajurit. "Dari pada sibuk meneriaki ku, sebaiknya hal ini segera kalian laporkan pada Komandan kalian agar beritanya segera sampai pada Kaisar," sahut Ying Xuan. Saat para Prajurit itu melihat tatapan Ying Xuan, entah kenapa perasaan terintimidasi yang sangat kuat, membuat mereka mau tidak mau mematuhi perkataan Ying Xuan. "Aku akan melaporkan hal ini pada Komandan. Untuk kalian berdua, tetap disini dan awasi wanita ini!" tunjuk salah seorang Prajurit ke arah Ying Xuan. Setelah Prajurit tadi pergi untuk melaporkan situasi. Sekali lagi, Ying Xuan memperhatikan Pola mantra yang terukir di leher bagian belakang si Pelay







