Melihat sikap Ying Xuan yang tenang dan tegas, Kaisar yang merasa situasi itu semakin menarik, mulai melirik ke arah Ibu Suri yang tampak sangat kesal.
"Selir Agung, seperti yang kau katakan, atas dasar apa Pelayan rendahan sepertinya harus dipercaya. Kau sendiri tahu kalau dia hanya Pelayan rendahan. Lalu, dari mana dia akan memiliki keberanian untuk menghinamu yang jelas-jelas di atasnya. Bukankah itu...sedikit tidak masuk akal," sahut Ibu Suri Yang sudah tidak tahan untuk ikut campur. "Ibu Suri. Dia melakukan itu, karna kesombongannya," jawab Ying Xuan. "Dia adalah Pelayan dari kediamanku. Aku tahu betul bagaimana dirinya. Royi memang sedikit blak-blakan, tapi dia tidak bodoh. Bagaimana mungkin anak sederhana sepertinya berani menyinggungmu," bela Ibu Suri. Tanpa menjawab pernyataan Ibu Suri barusan, Ying Xuan melambaikan tangannya ke arah belakang, dan salah satu pelayannya yang bernama Shia, seketika maju ke depan. "Shia, apakah menurutmu, Kaisar itu bijak?" tanya Ying Xuan. "Tidak," jawab Shia. mendengar jawaban Shia, para Prajurit spontan menodongkan tombak mereka ke arah Shia, dan meminta Shia agar ia langsung bersujud di depan Kaisar. "Dari mana datangnya keberanian Pelayan rendahan itu mempertanyakan kebijaksanaan Kaisar," ujar Ibu Suri dengan penuh amarah. "Dari dukungan di belakangnya," jawab Ying Xuan. Dengan santainya, Ying Xuan menyentuh ujung tombak para Prajurit, kemudian ia melirik ke arah Kaisar. Hanya dengan melihat tatapan lurus Ying Xuan, Kaisar seketika paham, lalu ia meminta para Prajurit agar mengangkat kembali senjata mereka. "Lepaskan Pelayan itu!" titah Kaisar. "Baik, Yang Mulia," jawab para Prajurit sembari menarik kembali tombak mereka. Setelah membantu Shia berdiri, Ying Xuan berjalan ke depan Kaisar, lalu melirik ke arah Ibu Suri. "Jika seorang Pelayan memiliki dukungan yang kuat di belakangnya, mereka tidak akan takut merendahkan orang yang lebih tinggi dari dirinya. Persis seperti yang dilakukan Pelayanku tadi. Dengan mempercayai aku akan menyelamatkan nyawanya, ia bahkan tidak gentar mengatakan TIDAK untuk kebijaksanaan seorang Kaisar." Pernyataan Ying Xuan, secara tidak langsung menyinggung, kalau Ibu Suri telah mendukung Pelayannya itu untuk bersikap lancang pada Selir Agung. Selain berniat menyinggung Ibu Suri, dalam perkataan Ying Xuan, juga terdapat jebakan yang akan mencegah Ibu suri membela Pelayan itu lebih lanjut. Jika sampai Ibu Suri angkat bicara, maka sama saja ia mengakui, kalau dialah yang mendukung pelayan tersebut berbuat lancang. "Pelayan rendahan ini telah memaksa Selir Agung menghukumnya dan membuatku malu. Hukum dia dengan diusir dari Istana tanpa uang pesangon! Bagaimana menurut anda, Yang Mulia," ujar Ibu Suri yang dengan cepat merubah keputusannya. "Wanita tua ini tidak masuk dalam jebakanku. Sepertinya, dia cukup pintar," batin Ying Xuan. "Karna masalah ini sudah selesai, maka Selir Agung diizinkan kembali ke kediamannya. Dan untuk sikap bijaksana Selir Agung, Istana Kaisar akan memberikan 200 batang emas sebagai hadiah!" titah Kaisar. "Terimakasih atas kemuliaan hati anda, Yang Mulia," ujar Ying Xuan seraya memberi salam perpisahan pada Kaisar. Saat Ying Xuan dituntun oleh para pelayannya keluar dari ruang baca, Kaisar terus memperhatikan sosok Ying Xuan, sampai Ying Xuan tidak lagi tertangkap oleh pandangannya. "Selir Agung, sepertinya telah terjadi sesuatu padamu," gumam Kaisar. Sedangkan Ying Xuan yang saat ini dalam perjalanan kembali ke kediaman phoneix, ia merasakan hidungnya sedikit gatal. "Ada apa Yang Mulia? Apa ada yang mengganggu anda?" tanya Shia. "Hum...hidungku terasa gatal. Sepertinya, Ibu Suri sedang memakiku dengan penuh semangat," sahut Ying Xuan. "Melihat cara anda membuat Ibu Suri diam, sepertinya memang begitu, Yang Mulia," jawab Shu sambil terkekeh pelan. "Sudah...sudah, kita harus segera kembali. Aku ingi mandi dan beristirahat," ujar Ying Xuan. "Baik, Yang Mulia," jawab Shia dan Shu. Setibanya Ying Xuan di kediamannya, ia langsung meminta ketiga Pelayannya untuk membantunya mandi. "Yang Mulia, tidakkah anda ingin mendiskusikan sesuatu dengan Yang Mulia Kaisar," ujar Rumei membuka pembicaraan. "Hum? Apa itu?" tanya Ying Xuan balik. "Misalnya, tentang Pelayan di kediaman anda. Maaf jika hamba lancang. Selama ini, anda sudah ditekan oleh Ibu suri, sehingga satu persatu Pelayan di kediaman Phoenix mulai pergi karna takut akan ancaman dari Ibu Suri. Seorang Selir Agung seperti anda, bukankah seharusnya memiliki banyak pelayan." Awalnya, Ying Xuan tidak terlalu memperhatikan sekitarnya. Begitu mendengar perkataan Rumei, ia mulai berpikir, selama ia tinggal di Kediaman Phoenix, ia memang tidak pernah melihat Pelayan lain selain kepala Pelayan, Shu, Shia, dan Rumei. Padahal identitasnya adalah Selir Agung. "Kau benar Rumei, seharusnya...Selir Agung sepertiku memiliki banyak Pelayan," ujar Ying Xuan sembari menyeringai. "Apakah hal benar membuat Yang Mulia menemui Kaisar? Selama ini, Yang Mulia selalu takut dengan Kaisar. Tapi setelah mendengar cerita Shia, aku setidaknya harus mencoba agar Yang Mulia menjadi sedikit lebih berani. Ini semua agar orang-orang tidak meremehkan Yang Mulia lagi," batin Rumei. Keesokan paginya, Yiang Xuan langsung meminta Kasim Duan datang menemuinya di Kediaman Phoneix. "Ada perlu apa Selir Agung memanggil hamba?" tanya Kasim Duan. "Kasim Duan, aku ingin bertemu dengan Yang Mulia Kaisar, bisakah kau menyampaikan hal itu?" tanya Ying Xuan. "Mohon maaf Selir Agung. Karna sebentar lagi utusan dari Xianlong akan tiba, Kaisar saat ini tengah sibuk dengan urusan politik. Jadi, untuk sementara waktu, beliau tidak bisa menemui para Selir," ujar Kasim Duan. "Jika itu utusan Xianlong, berarti akan ada penyambutan di Istana, bukan?" tanya Ying Xuan. "Benar, Selir Agung. Seperti biasa, hanya Selir tingkat Lima dan di atasnya saja yang bisa hadir di acara penyambutan nanti," jelas Kasim Duan. Karna tidak bisa menemui Kaisar sementara waktu ini, Ying Xuan kemudian meminta Kasim Duan pergi. Setelah Kasim Duan pergi, Ying Xuan terpikir suatu rencana, agar ia bisa lolos dari cengkraman Ibu Suri sambil memilih pelayan sesuka hati. "Melihat wajah tersenyum anda, saya rasa, sekarang anda memiliki suatu ide bagus, Yang Mulia," ujar Shu. "Tentu saja," sahut Ying Xuan. "Sebenarnya Yang Mulia, sejak anda bangkit dari kematian, anda tidak lagi seperti diri anda. Bahkan tidak sekali saya berpikir kalau sekarang di tubuh anda ada jiwa orang lain," ujar Shia yang diikuti anggukan kepala Rumei dan Shu. Mendengar pernyataan berani dari Shia barusan, Ying Xuan sedikit tertegun. Tapi tak lama setelah itu, Ying Xuan tenang kembali. "Hal konyol apa yang baru saja kau katakan Shia. Jika aku bukan Ying Xuan, apa mungkin aku mengingat setiap orang yang mencelakaiku. Hanya saja, melihat gerbang kematian di depan mataku, membuatku berubah drastis," ujar Ying Xuan. "Hhhh....itu benar Yang Mulia, yang saya ucapkan tadi hanya pikiran konyol saya. Anda yang sekarang lebih baik. Dan saya harap, kedepannya anda akan terus berani untuk melindungi diri anda sendiri," ujar Shia seraya tersenyum hangat. Meski ketiga pelayan begitu perhatian, dalam benak Ying Xuan, ia tidak bisa benar-benar mempercayai ketiga orang terdekat sang pemilik tubuh. Itu karna, ia masih mengingat pengalaman ketika ia dulu dikhianati oleh teman yang sudah berjuang pahit dan manis bersamanya. "Di kehidupan ini, aku hanya harus percaya pada diriku sendiri," batin Ying Xuan.Soal perjamuan yang akan diadakan istana untuk menyambut para utusan dari Kekaisaran Xianlong. Ying Xuan yang tidak ingin datang dengan penampilan gendutnya, berusaha mati-matian untuk diet sebelum hari perjamuan tiba. Selama diet, Ying Xuan hanya memakan sayur saja, dan melakukan aktivitas yang sebelumnya tidak ia lakukan. Contohnya, menimba air, atau naik turun tangga kuil yang ada di puncak bukit. Tidak lupa pula, Ying Xuan juga berkultivasi di malam hari dengan menyerap energi bulan. "Tubuh ini sangat bagus. Dia memiliki bakat kultivasi dan cocok dengan energi bulan. Sayangnya, pemilik tubuh sangat bodoh sampai tidak bisa menemukan bakatnya sendiri," ujar Ying Xuan. Setiap kali Ying Xuan selesai berkultivasi, di tubuhnya akan keluar berupa cairan hitam yang sangat bau. "Uekk....bau yang sudah lama tidak ku cium. Sebenarnya, sudah berapa lama
Melihat sikap Ying Xuan yang tenang dan tegas, Kaisar yang merasa situasi itu semakin menarik, mulai melirik ke arah Ibu Suri yang tampak sangat kesal. "Selir Agung, seperti yang kau katakan, atas dasar apa Pelayan rendahan sepertinya harus dipercaya. Kau sendiri tahu kalau dia hanya Pelayan rendahan. Lalu, dari mana dia akan memiliki keberanian untuk menghinamu yang jelas-jelas di atasnya. Bukankah itu...sedikit tidak masuk akal," sahut Ibu Suri Yang sudah tidak tahan untuk ikut campur. "Ibu Suri. Dia melakukan itu, karna kesombongannya," jawab Ying Xuan. "Dia adalah Pelayan dari kediamanku. Aku tahu betul bagaimana dirinya. Royi memang sedikit blak-blakan, tapi dia tidak bodoh. Bagaimana mungkin anak sederhana sepertinya berani menyinggungmu," bela Ibu Suri. Tanpa menjawab pernyataan Ibu Suri barusan, Ying Xuan melambaikan tangan
Setelah Ying Xuan secara tidak langsung menentang otoritas Ibu Suri, para pelayan yang melayani Ibu Suri, mulai menunjukkan sifat sombong mereka terang-terangan. "Humph! Coba lihat siapa ini? Bukankah ini Selir Agung kita yang mulia," ujar salah satu Pelayan yang saat itu tidak sengaja berpapasan dengan Ying Xuan. "Pelayan dari kediaman mana dia?" tanya Ying Xuan. "jawab Selir Agung, dia pelayan dari kediaman Ibu Suri," jawab pelayan lainnya, yang juga kebetulan berpapasan dnegan Ying Xuan. Mengetahui Pelayan yang bernada sombong tadi berasal dari kediaman Ibu Suri, Ying Xuan langsung meminta Pelayannya, Rumei. Untuk menyeret Pelayan tadi ke hadapannya. "Rumei, biarkan dia berlutut di depanku!" "Baik, Yang Mulia. Setelah itu, Rumei memanggil Pelayan lancang tadi, kemudian menyeretnya. "Akhh! Lepaskan aku," berontak si Pelayan. Sesampainya di depan Ying Xuan, Rumei langsung mendorong Pelayan lancang tadi, sampai ia berlutut di depan Ying Xuan. "Apakah kau dari kediaman
sore harinya, Ying Xuan bersama dua pelayannya yang bernama Rumei dan Shia, tengah berjalan-jalan di taman samping di Istana Harem. "Yang Mulia, di sini adalah tempat kesukaan anda. Dulu, anda sering datang ke sini untuk memetik beberapa tangkai peony untuk dibawa pulang," jelas Rumei. "Benarkah? Kalau begitu, petikkan beberapa tangkai untukku, Shia!" titah Ying Xuan. "Baik, Yang Mulia," jawab Shia dengan patuh. Saat pelayan bernama Shia tengah sibuk memetik beberapa tangkai peony, Ying Xuan menatap kolam Ikan Koi yang tak jauh dari tempatnya berdiri. Kolam Koi itu hanya setinggi lutut dan tampak sangat indah. Namun, tersirat kenangan tidak menyenangkan di benak Ying Xuan, saat ia melihat kolam tersebut. "Di kolam itu, pemilik tubuh ini pernah terjatuh. Semua or
Di dunia kultivasi, terdapat tujuh Penguasa langit, dan lima Penguasa Bumi. Penguasa langit terdiri dari Penguasa Bulan, Penguasa Matahari, Penguasa Angin, Penguasa Awan, Penguasa Hujan, Penguasa Bintang, dan Penguasa Yin Yang. Sedangkan Penguasa Bumi, terdiri dari penguasa Gunung, Penguasa Lautan, Penguasa Tanah, Penguasa Danau, dan Penguasa Lembah. Penguasa langit dikatakan lebih dominan dari Penguasa Bumi, karna mereka lebih kuat dan lebih bijaksana. konon, hati para Penguasa Bumi dipenuhi dengan salah satu dari tujuh dosa duniawi, yaitu rasa iri. Namun, salah satu Penguasa langit bernama Ying Xuan, tidak mempercayai hal itu, karena ia bersahabat baik dengan salah satu Penguasa Bumi bernama Zimei. "Yiyi, ku dengar...sebentar lagi kau akan mencapai tahap Transformasi Immortal. Apakah itu benar?" Tanya Zimei sang Penguasa Lautan.