Share

Chapter 65

Author: Els Arrow
last update Huling Na-update: 2025-08-30 23:49:16

Satu minggu kemudian.

Ruang terapi di lantai bawah mansion sudah dipersiapkan. Seorang fisioterapis profesional didatangkan langsung ke rumah. Pria paruh baya itu menyiapkan meja terapi, bola karet kecil, dan beberapa peralatan latihan genggam.

“Pak Devanka,” ucap dokter ramah. “Kita mulai perlahan saja. Ingat, tujuan bukan langsung kuat, tapi melatih fleksibilitas dan mengurangi kaku di tangan kiri setelah operasi pemasangan pen.”

Devanka mengangguk, duduk tegak di kursi. Nayara duduk di sebelahnya, siap menopang bila dibutuhkan.

Dokter menyerahkan bola karet berdiameter kecil. “Coba diremas pelan, lima detik tahan, lalu lepaskan. Ulangi beberapa kali.”

Devanka meremas bola itu dengan wajah tegang. Otot tangannya menegang, urat di lehernya terlihat. Namun saat mencoba yang ketiga kali, wajahnya meringis, bola itu jatuh dari genggaman.

“Sakit, Dok.” Napasnya memburu.

“Wajar,” jawab sang dokter tenang. “Tulang dan ototmu baru saja melewati trauma. Jangan frustasi, ini proses panjang.”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 90. Bermesraan

    Devanka sampai di mansion menjelang sore. Langkahnya terasa berat, wajahnya masih tegang, tetapi begitu ia melewati lorong menuju lantai tiga, aroma harum bunga melati menyambutnya.Pintu kamar utama terbuka. Nayara berdiri di sana, mengenakan gaun rumah elegan berwarna pastel, rambut panjangnya ditata rapi, wajahnya berseri dengan riasan tipis. Senyum tipis itu menyambut, membuat Devanka spontan mengulas senyum hangat.“Hai, Mas ... suamiku akhirnya pulang,” sapanya lembut. Nayara mendekat, mengecup pipi suaminya dengan penuh sayang. Ia meraih jas hitam Devanka, lalu tas kerja yang terlihat berat, lantas menaruhnya di kursi. “Mandi dulu, ya. Aku sudah siapkan air hangat.”Devanka sempat terdiam, lalu mengangguk kecil. “Hmm, makasih, Sayang. Aku benar-benar lelah.”“Makanya cepat mandi. Aku nggak mau lihat suamiku sakit karena kecapekan.” Nada Nayara mengandung canda manja, membuat sudut bibir Devanka terangkat tipis. Ia menurut, melangkah masuk ke kamar mandi.Sementara itu, Nayara s

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 89. Asal-usul Terbongkar

    Lorong lantai paling atas terasa hening setelah keributan di ruang rapat. Suara langkah sepatu Devanka dan Aska bergema, melewati meja kerja yang selama ini ditempati Melani—tepat di depan pintu ruang CEO.Tiba-tiba kursi berderit. Melani berdiri, wajahnya sembab, tapi sorot matanya tetap tajam menusuk.“Pak Devanka.” Suaranya dingin, menghentikan langkah kedua pria itu.Devanka menoleh sekilas, hendak melanjutkan jalan, tapi Melani menahan dengan suara lebih lantang. “Berhenti! Anda pikir semua ini selesai hanya karena saya dipecat?!”Aska langsung refleks berdiri setengah di depan Devanka, tapi Devanka mengangkat tangannya, memberi isyarat untuk membiarkan saja. Tatapannya dingin, menunggu ucapan Melani selanjutnya.Melani melangkah maju, wajahnya bergetar antara amarah dan dendam. “Anda menghancurkan hidup saya! Anda merebut semua yang saya perjuangkan. Tahukah Anda, rencana pernikahan saya hancur karena Anda?!”“Jangan salahkan orang lain atas kebodohanmu sendiri,” balas Devanka d

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 88. Membasmi Tikus Perusahaan

    “Pak Devanka, maaf, saya rasa kita tidak bisa langsung menyalahkan Pak Edwin begitu saja.”Semua kepala sontak menoleh. Melani—sekretaris pribadi Devanka—berdiri dari kursinya di sisi ruangan. Wajahnya tenang, tapi sorot matanya menukik tajam.“Melani?” bisik salah satu divisi, heran.Edwin sendiri terperanjat, tak menyangka ada yang berani angkat bicara membelanya.Devanka tidak menanggapi. Ia hanya melirik sekilas, kemudian menyandarkan punggung di kursinya, menyilangkan tangan, bibirnya menyeringai samar.Melani melangkah maju, kembali melanjutkan, “Saya bekerja cukup dekat dengan Pak Edwin dalam beberapa proyek, terutama terkait laporan-laporan mingguan. Menurut saya, ada kemungkinan besar kesalahan sistem, bukan manipulasi manusia. Data digital bisa saja error, server kadang overload. Dan soal mutasi rekening pribadi—” Ia menatap layar proyektor lalu mengangkat dagunya. “Bisa saja ada hacker atau penyalahgunaan identitas. Apalagi beliau adalah ketua divisi, punya banyak akses. Na

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 87. Mengungkap Pelaku

    Berbeda dengan Dian yang sibuk memanjakan menantunya, Seno justru melangkah mendekat ke arah putranya. Tatapannya serius, meski tetap berusaha ramah di depan keluarga.“Dev, Papa mau bicara sebentar soal perusahaan.” Nada suaranya rendah, seolah tak ingin terdengar oleh Dian maupun Nayara.Devanka menghela napas singkat, lalu menggeleng. “Nggak sekarang, Pa. Aku mau langsung ke kantor.”Seno mengerutkan kening. “Langsung? Baru turun pesawat, kamu pasti masih jet lag. Istirahat dulu, at least satu-dua jam. Besok pun masih bisa kita bahas.”“Enggak, Pa.” Devanka berdiri, merapikan jas yang tadi sempat ia buka. “Ada yang harus aku selesaikan segera. Aku nggak bisa nunda.”Seno menatap lekat wajah putranya, menyadari gurat pucat yang jelas terlihat. “Tapi kamu pucat banget. Jangan maksain diri.”Devanka tersenyum tipis. “Aku baik-baik aja.” Ia lalu menoleh ke bodyguard yang berdiri di sisi pintu. “Siapkan mobil, antar aku ke perusahaan sekarang.”“Baik, Tuan.”Dian sempat menahan, “Dev, m

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 86. Menyembunyikan Duka

    Nayara menarik napas panjang, mencoba menahan amarah yang sudah sejak kemarin menumpuk. Namun begitu Yoona makin menjadi-jadi, kesabarannya habis. Ia menurunkan kacamata hitamnya, menatap tajam dengan mata yang masih sembab.“Udah cukup, Mbak!” jawab Nayara lirih, tapi menusuk. “Saya nggak peduli kamu siapa, ya ... Yoona, Calysta, atau siapa pun yang pernah ada di masa lalu suami saya. Mau kalian punya seribu cerita sekalipun, itu urusan kalian. Saya berdiri di sini sebagai istrinya, dan ikatan kami berdasar pada hukum agama dan negara. Mau sejuta kenangan kalian pun, tetap saya pemenangnya. Titik!”Yoona tersentak, lalu tertawa kecil, sinis. “Istrinya? Hahaha … jadi kamu bangga banget jadi istri Devanka? Padahal jelas-jelas dia masih bisa digoda kapan aja. Kamu itu cuma pelengkap, Sayang. Bisa saja kamu bukan satu-satunya, tapi hanya salah satunya, kan?”Nayara berdiri dari kursinya, tegak menatap Yoona. Wajahnya pucat karena lelah, tapi sorot matanya tajam dan anggun. “Kalau memang

  • Dendam Pernikahan Pewaris Tampan    Bab 85. Memaksa Pulang

    Begitu mobil berhenti di depan villa, Devanka langsung turun. Gerbang terkunci rapat, lampu taman padam, dini hari benar-benar sepi. Ia cepat-cepat membuka pintu utama dengan kunci cadangan.“Semoga Nayara belum bangun,” gumamnya, meski nada suaranya berat, lebih seperti doa cemas.Langkahnya menapak tangga, jantung berdegup liar. Saat pintu kamar terbuka, pandangannya beku.Nayara tergeletak di lantai, bersandar lemah di tepi ranjang. Rambut berantakan, pipi basah bekas air mata, bibir pucat.“Nayara?!” suara Devanka pecah. Ia berlari, berlutut, mengguncang tubuh istrinya. Kulitnya dingin. “Astaga!”Ia buru-buru mengangkat Nayara ke ranjang, memeluk erat, lalu mencari minyak kayu putih di laci. Dengan tangan gemetar ia menggosokkan ke dada, leher, kaki istrinya. “Sayang, bangun … tolong buka mata.”Namun Nayara tetap terpejam. Hanya bibirnya bergerak kecil tanpa suara.Devanka panik. Ia meraih ponselnya—mati. Baterai habis. “Sial!” desisnya. Kakinya menginjak benda keras kala tak se

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status