Share

Menculik Ratri

Kedua mahluk berbeda jenis dan sering berkelahi itu pun, kini sibuk menyadarkan Rendra. Wajah Kunit tampak sedih saat memandang Rendra.

"Kun ... Menurut mu, apakah sosok itu melihat kita?" tanya Posum cemas.

"Pulihkan saja dulu kekuatan kita, baru kita pikirkan kemudian," sahut Kunit.

Tiba-tiba, Kunit kini seperti transparan, Posum terkejut.

Kunit memandang Posum dengan sedih. Lalu berpesan, agar menjaga Rendra sahabat mereka itu.

"Katakan padanya, aku menyayanginya. Dia adalah manusia yang baik," pesan Kunit.

Perlahan-lahan tubuhnya menghilang. Posum meraung keras melihat sahabatnya itu musnah. Mahluk itu sedih sekali kehilangan sahabatnya. Suaranya itulah membuat Rendra siuman.

"Apa yang terjadi?" tanya Rendra.

Posum menjelaskan, bahwa waktu itu Kunit melihat Rendra dalam bahaya. Mereka berdua berusaha untuk ikut ke alam di mana Ningsih membawa Rendra.

Tanpa di sadari, usaha yang dilakukan Kunit untuk menolong Rendra, malah akan membuatnya musnah.

"Jadi ... Sekarang Kunit sudah musnah? Demi menyelamatkan aku?" tanya Rendra.

Rendra sedih sekali mendengar sahabatnya itu musnah.

"Iya, Rendra. Bahkan, dia berpesan, katanya dia menyayangimu. Kau adalah manusia yang baik," jawab Posum sedih.

Posum sangat sedih karena Kunit musnah. Wajahnya semakin menghitam tampak banyak belatung berjatuhan dari rongga matanya, serta bau busuk yang menusuk hidung. Posum pun menghilang membawa kesedihannya, meninggalkan Rendra yang kini tergugu sendiri di dalam kamarnya.

Sayup-sayup, terdengar suara azan. Dengan hati sedih, Rendra pun bangkit dari tempat tidurnya, menuju kamar mandi yang berada di luar kamarnya.

Rendra selesai mandi dan berwudu. Nampak ibunya juga akan ke kamar mandi. Lelaki itu menyapa ibunya, lalu berpamitan akan ke masjid untuk menunaikan salat. Lelaki itu memakai pakaian terbaik yang bersih, lalu bergegas menuju masjid.

"Rendra, apa yang kau lakukan di alam sana? Berapa kali sudah ku ingatkan, jangan pernah pergi ke tempat itu tanpa siapapun," sungut Soleh.

"Ayo ke rumah, akan ku ceritakan," tukas Rendra lesu.

Soleh namanya, dia adalah sahabat sekaligus sepupu Rendra, dari garis ibu. Sahabatnya itu, memiliki kemampuan yang berbeda dengan manusia lainnya. Mampu keluar masuk ke alam gaib dan memiliki kemampuan memusnahkan mahluk halus dengan mudah. Namun, hal ini jarang dilakukannya, jika tidak menganggu manusia. Juga mampu melihat apa yang terjadi di masa lampau dengan mudah, untuk kedua hal terakhir ini, akan memakan banyak energinya.

Kedua lelaki itu kini sudah sampai di rumah. Rendra duduk di teras, dia masih sedih karena kehilangan Kunit sahabatnya. Angin yang berhembus pelan serta awan hitam yang bergulung seolah menggambarkan suasana hatinya yang muram.

Soleh mengucapkan salam, lalu masuk ke dalam rumah. Tampak Ratri sedang sibuk di dapur, Soleh pun menyapa, dan mencium punggung tangan bibinya itu. Ratri adalah adik dari ibu Soleh yang bernama Rengganis.

Sebenarnya Soleh akan menuju kamar Rendra tetapi, tidak sopan jika tidak menyapa bibinya itu. Setelah berbasa-basi, Soleh kembali ke kamar Rendra.

"Ren ... Rendra, sini, aku di kamar," panggil Soleh.

Lelaki yang di panggilnya itu pun kini sudah berada di dalam kamar.

"Ini jejak arwah penasaran yang di bangkitkan dengan dendam dan memakai bagian tubuhnya. Kekuatannya sangat kuat dan hitam. Sepertinya, bersekutu dengan iblis. Apa yang sudah kau lakukan? Mengapa dia membawamu?" tanya Soleh dengan cemas.

Rendra menceritakan mimpinya semalam. Soleh mendengar tanpa ada yang terlewat. Tangan kanannya memutar tasbih dan bibirnya melafalkan zikir, menyebut nama Allah dan memohon perlindungan-Nya.

"Jadi ... Begitu ceritanya, Soleh," urai Rendi menutup ceritanya.

Praaaak

"Aaaah."

Terdengar suara piring jatuh serta jeritan Ratri dari arah dapur. Kedua lelaki itu segera menuju dapur dan melihat mangkuk yang tadinya berisi sayur masakannya, sudah berubah menjadi cacing dan banyak sekali belatung, serta bau yang sangat tidak sedap.

Sementara pelayan yang membantu Ratri memasak sudah tergeletak di lantai, pingsan.

Soleh membaca doa andalannya, lalu meniupkan ke arah mangkuk itu, namun tetap tidak berubah sama sekali.

"Arwah itu mulai kurang ajar!" sergah Soleh dengan geram.

Raut wajah Soleh tampak marah.

Rendra melihat wanita yang meminta tolong kepadanya, sedang berdiri tepat di belakang ibunya. Lelaki itu menyikut lengan Soleh. Sepupu Rendra itu terbelalak, Ningsih menarik Ratri dan menghilang bersamanya. Hanya jeritannya saja yang terdengar.

Rendra ketakutan, tangannya mulai dingin, jantungnya berdegup seolah akan melompat keluar.

"Ibu ... " teriak Rendra.

Soleh sudah mengejarnya ke alam lain. Rendra panik dan khawatir dengan ibunya, lelaki itu tak tahu apa yang akan di lakukan untuk mencari ibunya.

Tiba-tiba, sebuah kekuatan menyedot tubuhnya ke tempat di mana ibunya berada.

"Hentikan ... Jangan sakiti Ibuku!" seru Rendra.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status