Share

3. memanggil

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-06-12 08:18:40

Dua jam berikutnya ....

"Permisi!" Seorang wanita menghampiriku saat aku sedang sibuk bekerja di layar komputer. Dia adalah Fani asisten pribadi nyonya Valeri. Wanita itu bertumbuh kurus dengan wajah yang selalu terlihat ketakutan karena dirundung oleh bosnya sendiri. Berhari-hari hidupnya selalu tertekan dan menerima teriakan wanita jahat itu. 

Bahkan jika kopinya kurang gula, Velerie tidak akan segan-segan untuk menyiramnya ke wajah Fani. Makanya gadis itu paling tidak harus membawa dua atau tiga pakaian ke kantor. 

"Tadi kulihat kau pakai baju biru sekarang kau sudah ganti kemeja putih," ucapku yang sengaja membuat gadis itu malu sekaligus marah pada bosnya. 

"Biasalah," balasnya dengan senyum getir. 

"Ada apa Fani?"

"Nyonya memanggil Anda. Dia ingin bertemu dan bicara sesuatu."

"Tapi aku berada di departemen yang berbeda darinya, secara teknis kita memang satu gedung tapi kantor kita berbeda. Aku bekerja sebagai asisten untuk suaminya yang mengelola departemen keuangan sementara dia adalah CEO. Ada apa bos besar ingin bertemu denganku?" 

"Ah, entahlah!" Gadis muda itu hanya mengangkat bahu. Aku tutup buku besar yang sedang kucatat lalu mengikuti langkahnya pergi ke kantor Nyonya Valeri yang ada di lantai 10. 

Di tengah lorong aku bertemu dengan Rudi sahabatku, teman sekantorku yang sangat perhatian dan baik. Dia juga adalah asisten Tuan Ghazali. Pemuda itu memberi isyarat padaku dengan lirikan matanya seakan bertanya aku akan kemana. 

Lalu aku pun membalas dengan lirikan bahwa ini adalah sinyal bahaya. Dia memahaminya, dan dia pasti akan memberitahu Tuan Ghazali. 

*

Begitu tiba di ruangan  Valerie,  wanita itu terlihat sedang duduk dan berputar-putar dengan kursi kerjanya. Begitu melihatku datang, wajahnya yang selalu terlihat kasar itu makin cemberut saja. 

"Boleh saya duduk Ibu?"

"Tidak usah! Berdiri saja karena kau bahkan tidak layak duduk di kursi itu!" Dia tertawa sinis sementara aku hanya mengangguk dengan hormat. 

Tetap bersikap penuh hormat. 

"Oh, baik." Aku selalu bersikap polos dan rendah hati padahal sebenarnya--andai punya waktu berdua saja---akan kulempar wanita itu dari lantai 10 untuk memuaskan dendamku. 

"Kau tahu kan posisimu sebagai apa di kantor ini?!" Ucapnya membuka percakapan sambil menekan pulpennya di atas permukaan kertas. 

"Iya Nyonya!"

"Kenapa aku mulai merasa bahwa kau mengambil kesempatan lebih dari yang pantas kau dapatkan!"

"Maaf, saya tidak mengerti!" Aku menggeleng sementara wanita itu tertawa sinis memutar bola matanya. 

"Begini saja biar cepat! Tolong jawab dengan jujur,  apa kau menyukai suamiku!?"

"Hah? Tidak!" tegasku.

"Tapi ada yang melihatmu dan kalian terlihat mengobrol dengan intens. Tatapan suamiku  sangat mendalam dan kau juga menerima sentuhan darinya! Apa kau ingin menyangkal?"

"Itu memang tidak benar!" Aku menggeleng cepat sambil menatap matanya dengan tegas. 

"Jadi orang-orang yang menyampaikan berita itu padaku, adalah orang-orang yang bohong!"

"Saya tidak tertarik pada suami Anda! Saya hanya asisten yang cukup tahu diri dengan posisi saya!"

"Beraninya kau melawan dan menatap mataku!" Wanita itu berdiri dan menggebrak meja, aku terkejut tapi aku berusaha tenang. 

"Kalau aku mau, aku bisa memecatmu sekarang juga atau membuatmu lenyap dari jalanan!"

"Tapi saya hanya asisten pribadi. Memecat saya melanggar undang-undang ketenagakerjaan, juga sangat tidak etis karena saya bekerja dengan profesional. Jika saya selalu mengikuti Tuan Ghazali... Itu karena bagian dari tugas saya sebagai asisten pribadinya. Saya harus ikut dan mencatat apapun yang ia sebutkan!"

"Tapi Rudi bisa menggantimu!"

"Rudi juga punya tugas lain! Begitu Tuan Gazali memerintahkan, saya tidak berani menolaknya, Nyonya!"

"Kau hanya cari-cari alasan agar bisa selalu lengket dengan suamiku!"

"Itu tidak benar Nyonya. Ini hanya kecemburuan Anda!"

"Beraninya kau bilang aku cemburu! Aku tahu suamimu memberi bonus 10 juta dari bulan yang lalu. Bonus apa sampai sebesar itu! Karyawan di perusahaan ini hanya mendapatkan 20% dari total gajinya untuk bonus. Kenapa kau mendapatkan dua kali lipat?'

"Saya juga tidak tahu nyonya! Anda dan suami Anda adalah pemilik perusahaan ini jadi saya tidak akan mempertanyakan kenapa dia melakukan itu! Bos bisa lakukan apapun!'

"Oh kau benar juga! Jika posisimu sudah terlalu tinggi kurasa aku bisa menurunkannya sampai kau lebih pantas menjadi pesuruh di tingkat paling rendah!"

"Saya tidak masalah selagi alasannya bisa diterima dan saya memang membuat kesalahan!"

"Dasar arogan!" Wanita itu melempar pulpennya dan nyaris mengenai wajahku, lalu membalikkan badan sambil berkacak pinggang, mendengus seperti sapi yang sedang kepanasan. 

"Ada apa ini??" Tuan Ghazali tiba-tiba merangsek masuk ke dalam ruangan Nyonya Valerie. Dia datang dengan kemarahan diikuti oleh Fani di belakangnya. Melihat suaminya masuk, wanita itu terbelalak dan kaget sekali. 

"Maaf ibu saya sudah beritahu Tuan kalau Anda sedang sibuk," ucap Fani dengan suara gemetar dan ketakutan. Kelihatannya asisten  wanita itu memang menghadang Tuan Ghazali di depan pintu tapi dia tidak berdaya melakukannya. 

"Kenapa kamu memanggil asistenku?!" 

"Aku sedang menanyakan sesuatu padanya!"

"Tapi aku baru saja mendengar ancamanmu!" 

"Astaga ini konyol!" Wanita itu tertawa sambil meletakkan kedua tangannya di atas meja. 

"Apanya yang konyol! Kenapa kamu memanggil asisten yang sama sekali tidak bekerja di bawah departemenmu! Apa keperluanmu dengannya!"

"Aku sedang menanyakan sesuatu!"

"Menanyakan tentang aku dan kegiatanku?!"

"Bisa jadi!"

"Untuk apa kau tahu! Selama ini kau tidak pernah peduli padaku. Jangankan memperdulikan kegiatanku kau bahkan tidak pernah membuatkan kopi untukku. Ada apa tiba-tiba kau ingin tahu segalanya!"

Mendengar suaminya membentak wanita itu hanya mengedarkan pandangannya, melirik padaku dengan delikan mata penuh kebencian. Lalu berteriak meminta kami untuk meninggalkan ruangan. 

"Keluar kalian semua!"

Aku segera beranjak dari sekitar Tuan Ghazali dan Nyonya vallery. Dua manusia yang terikat pernikahan tapi terjebak dalam hubungan cinta dan  benci. Aku tidak mengerti kenapa orang-orang kaya begitu rumit, kalau tidak suka, kenapa tidak bercerai saja?

Tapi sepertinya ada nilai aset dan warisan yang harus dipertahankan dan akan lebih baik jika tetap utuh daripada dibagi dua. Ada uang serta  kekayaan yang harus dijaga dan reputasi yang tidak boleh tercoreng. 

"Lain kali jangan ikut campur dengan urusanku!"

"Kenapa kau melindunginya!"

"Dia adalah asistenku!"

"Kenapa kau memperlakukan dia layaknya kekasihmu!"

"Kau terlalu berlebihan!"

"Aku tidak berlebihan aku adalah istrimu dan aku merasakan perasaanmu!" Wanita itu terdengar membela diri. 

"Tahu apa kau tentang perasaanku. Kau hanya wanita keji berhati dingin!"Tuan Ghazali balas membentaknya. 

"Pantaskah kau mengatakan itu di kantor! Kamu mempermalukanku Mas!" 

"Aku sudah tidak tahan denganmu!" Dari balik dinding kaca Tuan Ghazali terlihat mengacak rambutnya sendiri dengan frustasi sementara Nyonya Valeri membuang tatapan dari suaminya dengan sedih. 

Aku dan Fanny hanya saling lirik melihat drama itu, gadis muda itu menghela napas sementara aku mohon pamit darinya. Aku tidak prihatin dengan yang terjadi, karena itulah yang kuinginkan untuk terjadi. 

Kedua orang itu harus terpecah belah dan terpisahkan. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   18

    "Pak?" Aku mengetuk pintu memasuki ruangan pria yang beberapa jam lalu bertengkar dengan istrinya. Apa yang kuhadapi di kantor ini sudah tidak kondusif meski sebenarnya aku tidak terlalu peduli. *Aku ingin memberi kesempatan pada diriku sendiri untuk berpikir dengan jernih, sekaligus melangkah keluar dengan integritas. Jika aku bertahan orang-orang akan menilaiku tidak tahu malu, memberi mereka alasan bahwa aku benar-benar berselingkuh dengan Tuan Ghazali juga, juga membenarkan mereka untuk menghinaku. Jadi, kukemasi barang-barangku ke dalam kotak, mematikan komputer dan mengumpulkan berkas, lalu memasukkannya ke kotak yang sama. "Ada apa Mbak? Mau kemana?" Seorang wanita terlihat heran, kenapa aku berkemas-kemas. "Saya harus pergi dari tempat ini.""Kenapa?""Lebih baik saya mundur daripada ...kau tahu kan, Nyonya Valerie tidak menyukai kehadiran saya, terlebih saya adalah asisten suaminya. Kamu juga pasti sudah dengar isu yang beredar di kantor ini kan?""Aku dengar tapi aku t

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   17

    "Perbuatan yang mana?!' tanya Nyonya Valeri dengan santainya. Seakan dia lupa kalau kemarin dia menganiaya diri ini Dan hampir melenyapkan nyawaku. "Akan kutelepon ayahku sekarang dan kuberitahu apa yang telah kau lakukan. Ia pasti akan sangat marah jika seorang CEO yang dia banggakan melakukan perbuatan rendahan!""Tunggu apa maksudmu!' Valerie panik, dia segera merampas ponsel Tuan Ghazali dari tangan suaminya. "Akan ku beritahu kalau kau memukuli dan hampir menguburkan Arimbi hidup-hidup!""Ayah tidak akan marah karena itu! Dia tahu kalau aku sangat membencinya dan bagaimana sepak terjang wanita ini. Seharusnya kalau Arimbi punya malu dia sudah lama mengundurkan diri mengingat ia telah menerima uang dari ayahmu.""Uang itu tidak ada pada Arimbi! Uang itu ada padaku!" Tuan gak saling berbohong untuk membela diri ini di muka istrinya. Wanita itu semakin meradang saja, nafasnya memburu naik turun dengan jelas. "Kau jangan keterlaluan Mas! Apa kau benar-benar akan memilih wanita itu

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   16

    Dendamku bertumpuk, setelah menghancurkan keluarga dan melenyapkan nyawa orang yang kucintai. Wanita itu memukuliku, menyebarkan gosip, selalu mencurigaiku dan sekarang memfitnahku sebagai pencuri. Ditambah kemarin dia hampir menguburkanku hidup-hidup. Sekarang aku akan menjawab perbuatannya, aku akan membuat dia membayar dengan cara yang lebih keji lagi. *"Kudengar kau berpengalaman dalam bidang ini?" Aku bertemu seorang pria yang berprofesi sebagai escort, gig0l0 pemuas nafsv wanita. Dia cukup tampan, terkenal di kalangan sosialita dan berpenampilan menarik. Selain itu dia terlihat seperti seorang pebisnis yang begitu meyakinkan. Tampilannya rapi, tatanan rambut dan bau parfumnya juga berkelas. "Ya, aku berpengalaman. Tapi siapa targetnya?!'"Wanita ini!" Aku menyodorkan amplop berisi foto Valeri yang sedang duduk di ruang kerjanya. Wanita itu tampak sangat berkarisma dengan perhiasan berlian yang ia kenakan. "Bukankah ini adalah Valeri Sanjaya.""Iya.""Berapa bayarannya.""

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   15

    Wanita itu salah perhitungan ingin menyakitiku, tapi akan kuikuti alur permainannya dan kubiarkan dia bersenang-senang. Mungkin dia ingin membunuhku tapi aku tidak akan dipatahkan oleh ancaman dan sedikit kesakitan. "Jadi kau ingin membunuhku sekarang?!""Aku akan melakukan, akan kucor mayatmu di balik di dinh, sehingga tidak akan yang menyadari kalau aku membunuh seseorang.""Kalau begitu tunggu apa!""Aku akan memberimu harga betapa sakitnya konsekuensi menggoda suami orang!" Wanita itu mendekatkan wajahnya sambil tertawa tapi aku yang membencinya, mengingat betapa sakitnya kematian suamiku langsung meludahi wajah wanita itu sembari menghantamkan kepalaku ke hidungnya.Gubrak!Wanita itu terjengkang, jatuh menabrak tumpukan papan yang tergeletak di lantai, hidungnya berdarah, ia menjerit, salah satu pria yang memegangiku sigap menolongnya, membantunya berdiri dan memberinya sebuah sapu tangan untuk mengelap darah dari hidungnya. "Pukuli dia, masukkan dia ke dalam bak mandi dan tu

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   14

    Melihat Valeri menangis, melihat Tuan Ghazali dan Tuan Sanjaya saling bersitatap dengan netra yang berkobar atas kemarahan masing-masing aku berinisiatif untuk kembali memanaskan suasana. Alih-alih diam saja dan bersikap lemah seperti seorang gundik, aku memutuskan untuk bermain drama. "Pak Ghazali... Sebaiknya Anda dengarkan perkataan ayah anda. Toh saya dan Anda tidak berpacaran. Hubungan kita hanya sebatas atasan dan bawahan. Mendengarkan istri dan ayah anda!""Ada apa denganmu? Aku sudah meyakinkanmu bahwa semua ini akan berhasil. Aku juga sudah tidak tahan lagi dengan pernikahan penuh sandiwara ini!""Sandiwara apa Mas!" Wanita itu sontak terdiam sambil mengusap air mata. "Apa maksudnya, aku dan kamu menjalani pernikahan penuh kepura-puraan?" Wanita berambut sebahu itu kembali bertanya pada suaminya dengan heran. "Kau dan aku sudah lama tidak akur. Kita tak lagi bahagia dan saling mencintai, tidak ada lagi percakapan sehat atau sentuhan yang menyenangkan. Aku sudah tidak tahan

  • Dendam Setelah Kematian Suamiku   13

    Aku keluar sambil menggebrak pintu ruangan Nyonya Valeri dengan marah, begitu melihatku muncul dari sana para pegawai yang sedangs sibuk dengan tugasnya memperhatikanku.Mereka semua memandangku seakan ingin mengkonfirmasi isu yang sedang terjadi. "Kenapa??!" Aku mendengus dengan kesal sambil mengedarkan pandangan tajam. "Apa yang kalian lihat!" Aku tidak bisa mengendalikan kemarahanku tapi untungnya mereka tidak menanggapiku. "Sialan!" Aku menggeram lalu kembali ke mejaku. Aku mulai merasa bahwa wanita itu sedang mengacaukan dan ingin menyingkirkanku. Aku tahu bahwa dia tidak akan tinggal diam melihat sinyal bahaya dalam rumah tangganya, terlebih aku dan Tuan Ghazali makin hari makin dekat saja. Wanita itu jelas melihatku tapi sebagai saingan yang akan menghancurkan hidupnya, hingga dia merasa penting untuk menyingkirkanku. Tapi aku tidak akan berhenti, semakin ia berusaha untuk membuatku menjauh, aku akan semakin dekat dan nekat. Sebelum ia mengatur langkah untuk membuat renca

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status