Bayu melihat isi lemari pendinginnya, setelah selesai melepaskan rasa dahaganya.
"Masak spaghetti saja." Bayu mengeluarkan bahan-bahan untuk memasak spaghetti.
"Mas masak apa ?" Rania selesai mandi, mencari keberadaan Bayu dan melihatnya sedang berkutat didapur.
"Masak spaghetti " jawab Bayu sembari melirik Rania yang sudah wangi shampoo, dan terlihat rambutnya yang basah.
"Sini mas, biar Rania saja yang masak. Mas mandi saja dulu" ujar Rania, dan mengambil alih spaghetti yang akan dimasak Bayu.
"Rania nakal ya, kenapa pintu kamar mandi dikunci. Mas tadi ingin mandi bersama" kata Bayu dan menarik Rania kedalam pelukannya.
"Kalau kita mandi bersama, dua jam juga tidak selesai mas mandinya" kata Rania, dan melepaskan pelukan tangan Bayu yang berada diperutnya.
"Sana mandi mas, biar masalah dapur Rania yang tangani." Rania mendorong tubuh Bayu untuk keluar dari dalam dapur.
"Oke..oke Nyonya ." Bayu meninggalkan Rania yang
Setelah mobil yang dikemudikan Bayu hilang dari pandangan mata Rania, baru Rania masuk kedalam rumahnya. "Cepat pulang Ran, tidak jadi nontonnya ?" tanya ibunya, yang sedang mengerjakan pesanan roti yang dipesan oleh para tetangganya. "Mas Bayu, harus kembali kekantor Bu, ada pekerjaan mendadak yang harus ditangani oleh mas Bayu dengan segera," kata Rania. "Oh..ibu kira kalian bertengkar." Ibunya kembali melanjutkan pekerjaannya kembali, Yaitu menyelesaikan pesanan roti dari tetangganya. Rania masuk kedalam kamar, dan kembali keluar sudah berganti baju rumah. "Apa ada yang bisa Rania bantu Bu ?" Tanya Rania dan duduk disamping ibunya. "Tidak ada, semua sudah selesai," ucap ibunya. "Enak Bu ." Rania mencomot roti yang dibuat oleh ibunya, dan memasukkan kedalam mulutnya. "Sudah tentu enak, kalau tidak enak. Tetangga tidak mau pesan dengan ibu dan toko roti kita tidak berjalan sampai sekarang ," ujar ibunya. "Hihh
Alex pulang kerumahnya, diikuti oleh Leo. Yang ingin menjenguk Arumi. Alex turun dari dalam mobilnya, dan Leo juga turun dari dalam mobilnya. "Ayo, apa yang kau lihat? Rumah ini masih sama seperti yang dulu, hanya satu yang berubah. Yaitu tidak terdengar suara Arumi yang berteriak, begitu dia pulang dari bepergian," kata Alex dengan ekspresi wajah yang terlihat sedih. Mata Leo mengitari sekitar rumah Alex, sudah hampir lima bulan Dia tidak datang kerumah Alex. Sejak Arumi kecelakaan dan Alex sibuk dengan mengurus Arumi, Leo yang selalu ditugaskan Alex untuk tugas keluar kota. Untuk memantau proyek pembangunan yang ditangani oleh perusahaan Alex. "Kenapa?" tanya Alex/Bayu, saat dilihatnya. Leo melihat kesekitar rumah saat mau masuk kedalam rumah. "Aku sudah lama tidak datang kesini," kata Leo. "Ya, kau berhenti datang. Saat tahu Arumi sudah punya pacar. Kau patah hati ." ledek Alex kepada Leo, dan sedikit m
Alex dan Leo berbicara dengan Arumi, seakan-akan Arumi mengerti apa yang mereka katakan. "Arumi, ayo bangun. Katanya Arumi ingin pergi melihat komodo, mas akan menemani Arumi kesana" kata Leo kepada Arumi, seolah-olah Arumi dapat mendengar apa yang dikatakannya. "Apa! Kau ingin menemani Arumi kesana," kata Alex kepada Leo. "Ya, aku akan menemaninya kesana. Kau waktu itu menolak untuk menemani Arumi," kata Leo. "Ya, aku tidak mengizinkannya pergi kesana. Bagaimana jika nanti komodo menyerang Arumi, Arumi adekku satu-satunya. Adekku ini tidak tergantikan," kata Alex seraya mengusap pipi Arumi yang tirus. "Lex, kau kira pengamanan disana tidak ketat. Ada jarak dari tempat kita melihat hewan itu, bukan asal masuk saja," kata Leo. "Bagaimana, kalau kau saja yang duluan kesana. Jika kau tidak pulang lagi, mungkin saja kau sudah menjadi santapan makan siang atau makan malam binatang purba itu," kata Alex kepada Leo sembari tertawa kecil.
"Aku akan berangkat ke Bali ," ucap Alex tiba-tiba. "Untuk apa,?" tanya Leo. "Aku akan buat perhitungan dengan laki-laki itu, kenapa Dia menghilang. Dia tidak menjenguk Arumi sekalipun ke rumah sakit ," ucap Alex dengan emosi. Tangan Alex terkepal, rahangnya mengeras. Jika orang yang dicarinya ada didepannya saat ini, kemungkinan besar. Orang itu akan kehilangan nyawanya. "Biar aku yang kesana Lex, kalau kau yang menemuinya. Aku takut nanti, anak itu akan kehilangan nyawanya ditanganmu. Dan kau menjadi penghuni penjara," kata Leo. "Tidak bisa, aku harus berhadapan sendiri dengan bocah itu!" Alex meremas kedua tangannya dengan perasaan yang geram. "Tapi besok ada client yang ingin bertemu dengan dirimu," ujar Leo. "Kau wakilkan aku" kata Alex yang tetap Keukeh ingin menghadapi Andre secara langsung. "What..! Orang itu ingin bertemu dengan dirimu langsung. Kau itu pimpinan perusahaan, bukan aku!" Kata Leo.
Rania dan Jesi, masih disibukkan dengan tugas-tugas yang diberikan Dosen. Tapi hanya Jesi yang sibuk mencari bahan-bahan yang harus diketiknya, sedangkan Rania melamun jauh. Entah apa yang ada dalam benaknya, yang pasti hanya Rania yang tahu."Aduh ! banyak sekali tugas ini, sepertinya didalam kepala Pak Danil. Hanya ada tugas-tugas terus, dikiranya kita hanya mengambil mata kuliahnya saja ." Jesi ngedumel, sembari mengetik tugas yang besok sudah harus diserahkan kepada Dosen. Tangannya sesekali dipijat-pijatnya dan dikibas-kibaskannya.Sedangkan Rania, masih asik dengan lamunannya. Sehingga Dia tidak tahu apa yang dikatakan oleh Jesi."Hei Rania, kau dengar tidak. Apa yang kukatakan ?" Tanya Jesi, sembari menyikut lengan temannya tersebut. Membuat lamunan Rania buyar seketika."Apa ?" Rania kaget, dan melihat Jesi yang duduk disisinya."Kau tidak menyimak apa yang kukatakan, sudah sampai mana hayalanmu itu ?" Tanya Jesi."Sorry ," jawab Ran
Rania duduk termenung dikantin, tatapan matanya kosong. Dia tidak menyadari Jesi sudah duduk didepannya.'ini minum, jangan bengong saja. Mungkin Mas Bayu sedang sibuk, jangan pikirkan yang tidak-tidak ," kata Jesi sembari meletakkan minuman dan makanan yang dibawanya.'kenapa ponselnya juga tidak aktif?""Kau lupa, kau juga yang katakan. Jika Mas Bayu keluar kota tidak pernah menghubungimu ," ucap Jesi untuk menenangkan hati dan pikiran Rania."Mungkin signal sulit ya, ditempatkan ia berada .""Mungkin, sudahlah. Jangan berprasangka buruk dulu. Makan kita dulu, aku sudah lapar. Tadi pagi aku telat bangun, sehingga tidak ada waktu untuk sarapan." Jesi mulai menyantap makanannya."Aku tidak lapar," ucap Rania, mendorong makanan yang dipesankan Jesi untuk dirinya."Makanlah Ran, jangan nanti begitu Bayu melihat mu kaget. Karena kau kurus tinggal tulang dan kulit," kata Jesi dan mendorong roti tersebut kembali kehadapan Rania."Aku tidak
Setelah beristirahat sejenak di Hotel Horiz, salah satu hotel yang sahamnya di miliki oleh keluarga Samudra. Alex dan Leo berangkat bersama anak buah Leo yang selama ini mengamati keberadaan Andre di Bali. Alex/Bayu berjalan cepat keluar dari hotel, menuju mobil yang akan membawa mereka ketempat persembunyiannya Andre. "Bro, nyantai saja jalannya. Laki-laki itu tidak akan bisa pergi kemana pun juga, sudah ada yang mengawasinya," kata Leo kepada Alex, karena Alex melangkah dengan cepat. "Aku tidak sabar lagi, ingin mematahkan tulang-tulangnya!" Seru Alex/Bayu dengan nada suara yang dingin dan datar. Sangat terlihat dari raut wajah Alexander Bayu Samudra, yang merah. Memendam rasa marahnya. Dalam perjalanan, Alex/Bayu duduk dengan diam. Matanya Nyalang menatap keluar mobil yang berjalan diatas kecepatan rata-rata. "Kenapa lama sekali? Apa tidak bisa dipercepat jalan mobil ini?" tanya Alex yang kesal, sejak b
Leo berdiri disamping Alex yang masih berlutut diatas pasir, sekujur tubuh Alex sudah Basah diterpa hempasan ombak yang datang bergulung-gulung ketepi pantai. Tubuh Alex goyang terkena hempasan ombak yang datang, tetapi dia tidak bergeming. Dia masih betah berlutut di pasir putih. "Lex, ayo kita ke villa. Badanmu sudah basah semua, nanti kau sakit Lex," kata Leo kepada Alex. "kenapa kau mencegahku Leo ? Aku ingin menghabisi bocah sialan tersebut, dengan tanganku sendiri!" Alex meninju-ninjukan tangannya kepasir, sehingga buku-buku tangannya luka terkena kerikil. Dan terlihat luka sobekan tersebut mengeluarkan darah. "kalau aku tidak mencegah mu Alex !, kau akan menjadi pembunuh ! Apa kau ingin membuat kedua orangtuamu menjadi terguncang. Sedangkan Arumi masih dalam keadaan koma, dan kau berakhir didalam penjara." "Aku tidak akan membunuhnya, aku hanya ingin membuatnya menjadi se