Home / Rumah Tangga / Derita Istri Tak Diinginkan / Hukuman yang Harus Diterima

Share

Hukuman yang Harus Diterima

Author: Senja Berpena
last update Last Updated: 2025-06-05 02:05:11

Bugh!

Satu pukulan keras menghantam pipi kiri Melvin, membuat tubuh tinggi pria itu terlempar ke samping dan nyaris terhuyung ke lantai.

Rasa sakit langsung menyebar ke rahangnya. Darah terasa di ujung bibirnya. Ia mengangkat wajah dengan napas memburu, mata melebar penuh keterkejutan.

“Pa?! Apa yang kau lakukan?” teriak Melvin dengan suara tercekat. Tangannya menyentuh pipinya yang memerah.

“Apa aku berbuat salah lagi?” tanyanya dengan suara lebih keras, emosi mulai tersulut karena tidak tahu menahu alasan kemarahan ayahnya.

“Lebih dari salah, Melvin! Kurang ajar! Kau benar-benar membuatku emosi!” teriak Kalen, suaranya membahana, nyaris mengguncang seluruh rumah.

Wajahnya merah padam, nadinya menonjol di pelipis, napasnya seperti keluar dari dada yang membara oleh amarah.

Ia bukan lagi ayah yang penuh wibawa—melainkan pria yang merasa kehormatannya diinjak-injak oleh darah dagingnya sendiri.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (3)
goodnovel comment avatar
SumberÃrta
hadehhhh... baru mau adem adaa aja terus masalah yg menghantui kalian
goodnovel comment avatar
Nining Mulyaningsi
nahh kan Melvin ini akibatnya kalau kamu masih berhubungan sama rubah licik .jadinya kamu rugi sendiri kan .
goodnovel comment avatar
Kania Putri
ini pasti jebakan jesika deh ayo Melvin buktikan kalo kamu gak bersalah ini cari tau biar orangtuamu dan thania percaya sama kamu
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kemarahan Melvin yang Mengguncang

    "Argh! Joana sialan! Berengsek! Rupanya dia ingin menjebakku. Pura-pura bunuh diri padahal ingin membuat jebakan padaku!” teriak Melvin kemudian membanting ponselnya ke sofa dengan penuh amarah.Napasnya terengah, matanya merah menahan emosi yang membuncah. Ia berjalan mondar-mandir di ruang tengah yang berantakan, tak tahu harus berbuat apa lagi.Tangannya mengepal kuat-kuat, jemarinya bergetar menahan kemarahan yang tak mampu ia luapkan sepenuhnya.“Thania ….” gumamnya lirih, nyaris seperti rintihan yang meluncur begitu saja dari bibirnya yang bergetar. Napasnya tercekat, menggantung di tenggorokannya yang terasa sesak.“Bagaimana aku bisa hidup tanpanya jika tidak ada dia di sampingku,” lirihnya lagi.Ia menjatuhkan tubuhnya ke sofa, menunduk dalam, lalu menutup wajahnya dengan kedua tangan. Helaan napas panjang terdengar dari dadanya yang naik-turun tak beraturan.“Jika kau saja tidak percaya padaku, bagaimana mungkin orang tuaku percaya juga padaku. Aku tidak melakukan itu. Aku t

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Hukuman yang Harus Diterima

    Bugh!Satu pukulan keras menghantam pipi kiri Melvin, membuat tubuh tinggi pria itu terlempar ke samping dan nyaris terhuyung ke lantai.Rasa sakit langsung menyebar ke rahangnya. Darah terasa di ujung bibirnya. Ia mengangkat wajah dengan napas memburu, mata melebar penuh keterkejutan.“Pa?! Apa yang kau lakukan?” teriak Melvin dengan suara tercekat. Tangannya menyentuh pipinya yang memerah.“Apa aku berbuat salah lagi?” tanyanya dengan suara lebih keras, emosi mulai tersulut karena tidak tahu menahu alasan kemarahan ayahnya.“Lebih dari salah, Melvin! Kurang ajar! Kau benar-benar membuatku emosi!” teriak Kalen, suaranya membahana, nyaris mengguncang seluruh rumah.Wajahnya merah padam, nadinya menonjol di pelipis, napasnya seperti keluar dari dada yang membara oleh amarah.Ia bukan lagi ayah yang penuh wibawa—melainkan pria yang merasa kehormatannya diinjak-injak oleh darah dagingnya sendiri.

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kabar yang Sangat Mengejutkan

    “Ada paket untukmu, Kalen,” ucap Nadya sambil melangkah masuk ke ruang tengah. Ia menyerahkan kotak berwarna coklat polos tanpa pita, tanpa stiker, dan yang paling mencolok: tanpa nama pengirim. Kalen yang sedang membaca koran pagi di kursi santai, mengernyitkan dahi melihat benda itu. Ia menerima paket tersebut dan memutar-mutarnya. Matanya menyisir permukaan kardus itu, mencari-cari sesuatu yang bisa memberinya petunjuk. “Dari siapa, Kalen?” tanya Nadya, kini berdiri di belakangnya sambil melipat tangan di dada. “Tidak tahu,” jawab Kalen pendek. “Tidak tertera pengirimnya di sini.” Suaranya terdengar ragu, namun naluri kuat di dalam dirinya mendorong tangan itu membuka paket misterius itu. Dengan gerakan hati-hati, Kalen merobek segel tipis yang menempel di sisi kardus. Begitu tutupnya terbuka, matanya langsung membelalak. Helaan napasnya tercekat di tenggorokan. Di dalamnya terdapat dua benda: sebuah foto USG yang tampak masih baru, dan alat tes kehamilan yang menunjukkan dua

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Memenuhi Keinginan Thania

    Thania menganggukkan kepalanya pelan, senyum hangat terpulas di bibirnya. Matanya menatap Melvin dengan penuh cinta, sembari tangannya menggenggam gelas air mineral yang kini tinggal setengah.“Ya. Anak kita kembar. Jenis kelaminnya laki-laki semua. Aku baru saja memeriksanya dua hari yang lalu bersama Regina,” ucapnya dengan nada santai, namun tak bisa menyembunyikan nada bangga yang menyelip di suaranya.Melvin membelalakkan matanya sekali lagi, seperti belum benar-benar bisa memproses seluruh kabar luar biasa itu.“Jadi, Regina lebih dulu tahu daripada calon ayahnya?” tanyanya dengan suara meninggi karena syok, tapi raut wajahnya tetap dipenuhi kebahagiaan.Thania terkekeh pelan sambil mengangkat bahunya ringan. “I think so.” Ia sengaja menyelipkan candaan pada suaminya yang tampaknya sedang kesal lalu menyeruput airnya kembali.Melvin mengembuskan napas panjang, masih merasa seperti dalam mimpi.Kemudian, tanpa berkata apa-apa lagi, ia b

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kejutan Kecil Berdampak Besar

    “Thania ….” Melvin menelan salivanya dengan gugup. Suaranya lirih, hampir tidak terdengar.Ia menatap istrinya yang kini tengah meneguk air putih dari gelas kristal di depannya, seolah mencoba menenangkan emosi yang mungkin meletup dari hatinya.Melvin tahu ia harus berkata jujur—sepenuhnya jujur—jika ingin menjaga kepercayaan yang perlahan kembali mereka bangun sejak dua bulan terakhir.“Dia datang kemari untuk meminta maaf… dan mengucapkan selamat ulang tahun padaku,” ujar Melvin akhirnya, suaranya terdengar kaku.“Maaf, aku tidak memberitahumu lebih dulu. Aku hanya tidak mau kau salah paham dan marah lagi padaku.”Nadanya datar, tapi Thania bisa mendengar kekhawatiran yang tersembunyi di baliknya.Melvin menunduk sedikit, menatap meja kayu berlapis linen putih, seakan tidak sanggup menatap langsung mata istrinya yang menilai.Thania masih diam, hanya mengamati gerak-gerik suaminya. Wajah Melvin tampak murung, was-was. Raut cemas yang tak bisa ia sembunyikan.Ia tahu betul, Melvin t

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Untuk Bertemu Joana

    “Halo, Sayang. Apa kau sudah berangkat ke resto?” suara Melvin terdengar tenang saat ia menekan tombol sambung di layar mobilnya.Tangannya memegang kemudi dengan mantap, melajukan mobil hitamnya menyusuri jalanan sore yang mulai padat.“Aku masih siap-siap, Melvin. Lagi pula, waktunya masih satu jam lagi,” sahut Thania dari seberang sana.Ia tengah berdiri di depan cermin, menyesuaikan gaun berwarna lembut yang mulai sedikit sempit karena perutnya yang membesar.Melvin terkekeh pelan, mencoba terdengar santai. “Itu artinya, aku yang lebih dulu datang, Thania. Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku kau tahu?”Thania menghela napas, separuh geli separuh jengkel. “Terserah kau saja, Melvin. Meja VIP nomor tiga kalau kau lebih dulu yang tiba.”“Baik, Sayang. Aku menunggumu di sana.” Melvin menutup panggilan tersebut, lalu menghela napas panjang, kali ini tidak disertai senyum. Sorot matanya berubah, bibirnya mengatup rapat.“Setidaknya Thania masih di rumah,” gumamnya pelan. Ia menggigit bi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status