Share

Pertanyaan dari Arion

Penulis: Senja Berpena
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-01 06:55:42

“Arion? Kau di sini juga?” Thania memiringkan kepalanya sedikit, lalu melangkah menghampiri pria itu yang sedang duduk di pojok rak buku, tertunduk membaca sebuah buku tebal dengan sampul berwarna cokelat tua.

Cahaya matahari sore yang masuk dari jendela besar perpustakaan menyorot setengah wajah Arion, membuatnya tampak tenang dan fokus.

Begitu mendengar suara Thania, Arion langsung menutup bukunya dengan satu gerakan halus dan mengangkat wajahnya.

Senyuman hangat segera terulas di bibirnya, seperti bias cahaya yang menyelinap lembut ke ruang hati Thania yang sepi.

“Ya. Aku di sini bersama dengan timku,” jawab Arion ramah. “Kami sedang menyiapkan beberapa materi literasi untuk program pameran komunitas.” Lalu, dengan nada penasaran, ia menambahkan, “Kau sendiri saja? Atau bersama dengan Regina?”

“Hanya sendiri. Regina sedang ada meeting bersama Tuan Kalen,” jawab Thania sambil menunduk sejenak, mengamati rak buku yang ada di sampingnya.

Arion mengangguk pelan, matanya masih memandang
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (12)
goodnovel comment avatar
Ika Dewi Fatma J
Melvin aja bisa seenaknya kenapa Thania g bisa?eleh sok paling penting lu Vin
goodnovel comment avatar
yesi rahmawati
Pinter ih si thania bikin melvin kesal. Hanya perkara mematikan telpon aja pasti melvin udah kesal banget itu
goodnovel comment avatar
MAIMAI.
hati hati thania, semoga saat kamu ngobrol sama arion, melvin gak tau. klo tau bisa bisa di julid banget sama kamu.
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Jangan Ganggu Hidupku lagi!

    “Apa yang kau lakukan di sini, Joana?”Mata Melvin membola, menatap tak percaya saat sosok wanita tinggi berambut cokelat bergelombang itu tiba-tiba muncul di ambang pintu kantornya.Joana melangkah masuk tanpa permisi, tumit sepatunya berdentum ringan di atas lantai marmer, menambah kesan dingin dari kehadirannya yang tak diundang.Ia mengenakan gaun formal selutut berwarna merah anggur, cukup mencolok di tengah suasana kerja yang biasanya tenang dan teratur.“Kenapa? Biasanya kau selalu senang kalau aku datang ke sini, bukan?” Joana menyandarkan tubuhnya di sisi pintu, senyum sinis tersungging di wajahnya.“Lihatlah. Sekarang kau tampak marah ketika aku datang.” Tawanya meletup, campah dan menggoda, mengiris keheningan ruang kerja yang sebelumnya tenang.Melvin tak segera menjawab. Kepalanya sedikit menoleh ke arah luar, seolah memastikan bahwa tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka.Ia tidak

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Bercinta dengan Membawa Harapan

    “Aku masih tak percaya,” gumam Thania, menatap mata suaminya, “kita benar-benar bicara soal… bayi.”Melvin mengangguk pelan, senyum hangatnya menjawab lebih banyak dari kata-kata.Ia menyentuh pipi Thania dengan penuh kelembutan, lalu membisik, “Bukan sekadar bicara. Aku ingin melihatmu menggendong buah hati kita. Bayi kecil dengan mata sepertimu… dan senyum usil seperti aku.”Thania tertawa pelan lagi, pipinya memerah, bukan hanya karena kata-kata Melvin, tapi juga karena cara dia menatapnya—penuh keyakinan, harapan, dan cinta yang dalam.Tanpa terburu-buru, mereka saling mendekap. Bukan sekadar karena hasrat, tetapi karena keinginan yang tulus untuk mencipta—bukan hanya kehidupan, tapi juga kenangan baru.Melvin mencium kening istrinya, lalu pelan-pelan bibir mereka menyatu dalam ciuman yang hangat, panjang, dan penuh makna.Ciuman mereka makin dalam, tapi tetap tenang—seperti dua jiwa yang saling menyatu dalam kepercayaan yang

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Beri Aku Bayi

    Melvin melangkah masuk ke kamar dengan langkah berat. Matanya tertuju pada sosok Thania yang tengah duduk di depan meja rias, menyisir rambutnya perlahan.Tanpa banyak kata, ia menyodorkan sebuah map berwarna krem, lusuh namun utuh, lalu meletakkannya di atas permukaan meja rias di hadapan istrinya.Thania mengernyit bingung, menghentikan gerakan tangannya. Ia menatap suaminya lalu perlahan membuka map tersebut, menelusuri setiap lembar dokumen di dalamnya dengan mata yang mulai membesar.“Apa ini?” tanyanya pelan, nyaris seperti bisikan. Suaranya terdengar ragu, seolah-olah ia takut pada jawaban yang akan keluar dari mulut Melvin.Melvin menghela napas kasar, berdiri tegak di belakang kursi istrinya. Sorot matanya tajam namun wajahnya tetap tenang.“Sertifikat rumah orang tuamu. Yang digadaikan oleh Archer… untuk membayar utangnya pada Victor,” ucapnya dingin, namun nadanya mengandung tekanan yang jelas.Thani

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Kabar yang Membuat Emosi Melvin Meledak

    “Pa?” panggil Melvin pelan saat ia melihat sosok ayahnya, Kalen, baru saja menutup panggilan telepon dan meletakkan ponsel ke atas meja kerjanya.Kalen menoleh, menatap anak sulungnya dengan raut wajah tenang. “Kau sudah pulang, Melvin,” ucapnya sambil bersandar di sandaran kursi, kedua tangannya menyatu di atas perutnya. “Aku dengar dari Regina, kalian pergi liburan. Kau dan istrimu.”Melvin tersenyum kecil dan menganggukkan kepala. Ia melangkah pelan ke dalam ruang kerja ayahnya yang terletak di sisi barat kantor utama perusahaan keluarga mereka.“Ya,” jawab Melvin sambil duduk di kursi tamu di hadapan ayahnya.“Kami hanya berlibur selama satu minggu. Sekadar menyegarkan pikiran. Kau sendiri? Ke mana saja selama ini tak pernah masuk kantor, Pa?”Kalen mengangguk paham. “Memangnya hanya pengantin baru saja yang butuh liburan? Pasangan paruh baya pun butuh istirahat dari rutinitas, M

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Takdir yang Membiarkan Dia Masih Hidup

    “Kondisi Joana sudah semakin mengkhawatirkan. Depresi yang dia alami semakin tidak terkendali dan sering membuatnya pingsan berkali-kali. Dia harus dirawat selama beberapa hari.”Suara tenang namun tegas dari Dokter John bergema di ruang perawatan yang hening.Di sisi ranjang rumah sakit, tubuh lemah Joana terbaring diam, hanya napas pelan dan mesin monitor yang menunjukkan bahwa ia masih hidup.Jesika berdiri di samping ranjang dengan wajah tegang. Matanya merah dan berkaca-kaca, hatinya diselimuti kecemasan yang menyesakkan.Tatapannya tak beranjak dari wajah Joana yang tampak jauh lebih kurus dari sebelumnya, pipinya cekung, dan matanya tampak sembab meski terpejam.“Apa yang harus aku lakukan, Dokter? Joana akan sembuh, kan?” tanyanya lirih, suara serak karena terlalu sering menangis.Ia menggenggam tangan Joana yang dingin, berharap putrinya akan membuka mata dan tersenyum seperti dulu.“Joana harus rajin terapi, Nyonya Jesika. Kalau bolong terus menerus, sampai kiamat pun Joana

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Senyum Sumringah di Pagi Hari

    Wajah Melvin hari ini terlihat sangat cerah. Senyumnya sumringah, langkahnya ringan seolah tak ada beban di pundaknya.Hatinya terasa penuh—penuh cinta, syukur, dan kedamaian yang sudah lama tak ia rasakan. Seolah-olah, pagi ini ia adalah pria paling bahagia di muka bumi.Yeah… efek pelepasan pagi-pagi buta sungguh luar biasa. Pagi tadi, ketika langit masih biru kelabu dan udara belum sepenuhnya hangat, Thania—dengan inisiatif yang manis dan keberanian yang menggetarkan—memuaskannya.Dengan sentuhan penuh cinta, tanpa kata-kata muluk, ia menghapus gurat resah di wajah suaminya. Sejak itu, dunia Melvin seperti berubah warna.Mood-nya melonjak naik, dan segala sesuatu yang dilakukannya terasa menyenangkan, ringan, dan bahkan… menggelikan.Di ruang makan, Melvin muncul sambil membawa dua piring dan dua cangkir. Ia tampak penuh semangat seperti seorang pelayan pribadi istimewa."Kau duduk saja, biar aku yang siapkan makanannya," ucap Melvin sembari mendorong bahu Thania agar duduk manis d

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Penyesalan Terdalam yang Baru Terungkap

    Melvin dan Thania berjalan berdampingan di tepi pantai. Telapak kaki mereka sesekali terbenam dalam pasir basah, dan tangan mereka saling menggenggam erat—seolah tidak ingin saling terlepas.Melvin tampak jauh lebih tenang dari biasanya, namun dari sorot matanya, masih tersimpan kerumitan yang belum seluruhnya reda.“Akhirnya kita bisa berlibur dengan tenang tanpa ada gangguan sedikit pun,” ucap Melvin memecah keheningan yang sejak tadi menyelimuti mereka.Thania menoleh dengan senyum hangat, menatap wajah suaminya yang diterangi sinar keemasan matahari. “Kau tampak bahagia sekali bisa berlibur, Melvin.”“Tentu saja. Setelah menyelesaikan semua pekerjaanku dalam semalam dan pulang pukul tiga pagi, akhirnya aku bisa berlibur denganmu.” Melvin terkekeh pelan, nada tawanya sarat kelelahan tapi juga kejujuran.Thania tertawa kecil, lalu menggelengkan kepala dengan takjub. “Aku tidak menyangka kau akan menyelesaikan semuanya dalam semalam. Kau bahkan lupa makan malam.”Melvin hanya terseny

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Rela Lembur Demi Bisa Berlibur

    “Hanya berjanji … bahwa dia akan melupakanmu dan tidak akan jatuh cinta padamu lagi,” ucap Melvin pelan. Senyum tipis terbentuk di bibirnya. Bukan senyum bahagia, melainkan senyum getir yang menyembunyikan luka yang belum pulih. Ia tidak menjelaskan lebih jauh, menyimpan dalam-dalam fakta bahwa ia dan Kalen—ayahnya—baru saja melewati perdebatan sengit yang menyeret luka lama, masa lalu kelam yang hampir menghancurkan rumah tangganya. Tidak perlu Thania tahu tentang itu. Bagi Melvin, cukup hatinya saja yang berdarah. “Oh, begitu.” Thania mengangguk pelan, mencoba mencerna maksud ucapan suaminya. Tatapannya sempat beralih pada Arion yang berdiri tak jauh dari mereka. Pria itu hanya mengangguk ringan, mengisyaratkan bahwa ia tak ingin memperpanjang pembicaraan. Ia pun segera berpamitan. “Ya, hanya itu,” sahut Arion singkat sebelum berbalik dan melangkah keluar dari ruang kerja tersebut. Langkahnya cepat, hampir terburu-buru, seperti ingin menjauh dari ketegangan yang tak kasatmat

  • Derita Istri Tak Diinginkan   Aku juga Menderita!

    Tiga minggu yang lalu ….“Apa yang terjadi pada wajahmu, Arion?” tanya Kalen saat memasuki ruang kerja Arion.Ia menunduk tak menjawab pertanyaan Kalen. Namun, Kalen sudah hapal yang terjadi pada Arion.“Kalian bertengkar lagi? Kali ini kenapa lagi?” tanya Kalen, tampaknya mulai lelah.Arion menghela napas kasar. “Apa Paman tidak tahu kalau selama ini Thania terganggu oleh Joana? Dia mengira kalau Joana dan Melvin saling mencintai, hubungan mereka lebih dari teman.”Kalen mengerutkan keningnya mendengar ucapan Arion tadi. “Aku sudah meminta Melvin untuk jangan mengikuti kemauan Joana lagi. Apa dia mengingkari janjinya?” ucapnya mulai emosi.“Aku tidak tahu. Tapi, yang jelas Thania ingin berpisah dengan Melvin. Dia ada di rumah sakit terkena tonjokan Melvin saat hendak menonjokku,” ucap Arion tanpa menatap wajah Kalen.Kalen mengusap wajahnya dengan pelan mendengarnya.

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status