Beranda / Rumah Tangga / Derita Pernikahan Paksa / part 1 aku ingin bercerai!

Share

Derita Pernikahan Paksa
Derita Pernikahan Paksa
Penulis: Asnafa

part 1 aku ingin bercerai!

Penulis: Asnafa
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-16 14:17:30

"Tolong ceraikan aku!" pinta Vivian.

"Bercerai? Hahaha...kau milikku sayang," balasan yang terdengar renyah tersebut terlontar dari bibir Maximilian Windsor, seorang aktor sekaligus suami di depannya.

Max menatap bola mata coklat yang selalu terlihat membara. Sementara Vivian beberapa kali menelan Saliva, kesal karena tubuhnya terus dihimpit disudut yang sempit.

"Sudah kukatakan lepaskan aku! Tidakkah kau sadar sikap obsesimu itu hampir membunuhku!"

"Membunuh? Kau tidak boleh terbunuh, permainannya akan jadi membosankan tanpamu."

Vivian benar-benar emosi, pikirannya berkali-kali menyuruhnya untuk memberi tamparan pada suaminya.

Disamping itu jari-jemari Max perlahan meraba ujung kening Vivian, sembari menggerakkan ibu jari dengan pandangan yang saling terkunci.

"Dengarkan aku baik-baik, malam ini dan seterusnya, kau akan terus bersamaku. Jika kau mencoba kabur, tunggu saja hadiah apa yang akan ku berikan padamu."

Deg

Mendengar ancaman itu, dada Vivian terasa di dobrak. Pikirannya tiba-tiba melintasi waktu, teringat saat-saat dimana rencana pernikahan disampaikan padanya.

Tiga setengah bulan yang lalu...

Malam ini, setelah mengikat rambut dengan tali, Vivian berniat mengerjakan tugas kuliah sambil menikmati secangkir kopi. Namun saat gadis itu hendak membuka laptop, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Di sana, sang ibu muncul dengan wajah tertunduk lesu.

"An, papa mau bicara sebentar, tidak apa-apa?" tanya Evelyn dengan selendang yang melingkar dipundaknya.

"Tidak ma, sebentar, aku akan segera kesana," jawab Vivian, dia langsung menutup kembali laptopnya secepat kilat.

Di ruang tengah, William duduk dengan wajah serius. Vivian mendekati kedua orang tuanya yang sedang menunggu, lalu duduk dihadapan mereka.

Terlihat William mengusap beberapa kali wajahnya, ada kekhawatiran dan ketidakmampuan yang tergambar dalam raut wajah sang ayah.

"An, kamu ingin cuti kuliah tidak?" tanya William.

"Enggak pa, memangnya kenapa?" Vivian secara bergantian melihat ayah dan ibunya.

"Sebelumnya Papa minta maaf, Papa bukan sengaja membuatmu menderita atau apapun itu, Papa hanya..." William tak kuat meneruskan kalimatnya. Evelyn lantas mengusap tangan sang suami untuk menguatkan.

"Pah, mah ada apa?" Alis Vivian berkerut bingung.

William mengusap kedua ujung matanya beberapa kali, terlihat berusaha kuat.

"Papa mendapat perintah untuk menjadikanmu menantu seseorang," ucap William dengan berat hati.

"Apa?" Sontak mendengar ucapan tersebut, bola mata gadis itu membulat sempurna.

"Tapi aku kan sedang kuliah pah, kenapa Papah tidak menolaknya saja?" Tanpa sadar Vivian meninggikan suara.

"Sayang, hanya dua sampai tiga bulan saja, setelah itu kamu bisa bebas sesukamu." Evelyn menambahkan.

"Papa mempunyai utang kepadanya untuk pengobatan Van dahulu, Papa jadi tidak bisa menolaknya sembarangan, jika seandainya kamu tidak mau, untuk sementara Papa akan meminjam dulu dari teman papa yang lain untuk melunasinya."

Lagi-lagi pinjaman, Vivian tak setuju dengan solusi itu. "Memang berapa jumlah utang Papa? aku punya sedikit tabungan di rekeningku, mungkin cukup untuk melunasinya."

"Cukup besar, mungkin kita bisa membayarnya hanya dengan menjual rumah ini."

Mendengar hal itu Vivian langsung termenung, jelas tabungannya tak akan mampu menutupi utang itu.

"Sudahlah ini memang tidak masuk akal, Papa akan bicarakan lagi dengan atasan Papa."

"Pah, apakah dengan aku menikah, utang papa akan lunas?"

"Hanya setengah utang papa yang akan lunas, sisanya Papa akan mencicil semampu Papa, Papa akan bekerja keras untuk meningkatkan produk perusahaan kita, Papa hanya membutuhkan sedikit waktu saja." Suara William terdengar pasrah.

Setelah berpikir sejenak, Vivian telah mengambil keputusan.

"Papa aku akan menikah saja, tapi apakah Papa bisa berjanji padaku satu hal?"

William mengangguk, dia tak berani memandang putrinya.

"Jangan berutang lagi, Papa bisa berjanji satu hal itu kan?" Vivian menodongkan jari kelingkingnya, sama seperti dulu saat Vivian membuat janji dengan setiap anggota keluarga.

William membalas jari kelingking tersebut dengan wajah penuh haru. "Papa janji."

Sementara Evelyn telah berada di samping Vivian bersiap untuk memeluk putrinya. Sambil meraih tubuh kecil Vivian, Evelyn berbisik pelan.

"An, tunggulah sampai dua atau tiga bulan, jika kamu tidak menyukai pria itu, langsung ceraikan saja dia, Mama akan selalu mendukungmu apapun keputusanmu, tapi tolong untuk dua bulan setidaknya kamu harus bertahan, kami disini akan berusaha membebaskan mu," ucap Evelyn sambil mengusap rambut putrinya.

"Ya, aku akan melakukan sesuai kemauanku, jangan berutang lagi!" tegas Vivian kembali sembari membalas pelukan sang ibu.

"Besok, kita akan menemui calon suamimu, tidurlah sekarang kamu pasti lelah."

Vivian mengangguk, lalu meninggalkan kedua orang tuanya menuju kamar.

Setelah malam penuh kebimbangan itu berlalu, di ruang kamar, Vivian sedang memikirkan rencana mendadak untuk menyelamatkan hidupnya.

"Menikah."

Dalam pikiran Vivian, pernikahan hanyalah sebuah ikatan antara seorang laki-laki dan perempuan, tak lebih dari itu. Rencana awal yang sempat Vivian pikirkan ketika menjalin hubungan dengan calon suaminya adalah usaha untuk menjalin kerja sama yang akan menguntungkan kedua belah pihak. Lantas Vivian mengambil pena lalu mencoret kertas dalam bentuk poin-poin berisi rangkaian rencana yang akan dia lakukan nanti.

"Sempurna, esok akan ku jalankan rencana ini."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Derita Pernikahan Paksa   part 87 maafkan papa (END SEASON)

    Sorot mata kosong kerap terlihat. Tubuhnya bersandar pada tembok, sangat putus asa seperti tak memiliki harapan untuk hidup. "Max jangan begini lagi, tolong demi mama, mama tak bisa hidup jika kau pergi juga." Seolah tak bisa mendengar, Max memejamkan mata. Waktu terasa lama sekali, telinganya tak ingin mendengar apapun, hanya ingin menghilang dan menghilang begitulah pikirnya. Justin yang melihat kejadian itu hanya bisa mematung terkejut. Rasanya seperti mendengar kabar kematian River dahulu, seketika membuat ujung kaki sampai ujung kepala dibuat lemas karenanya. "Jangan sampai, dia ikut pergi juga." Justin segera memanggil beberapa pelayan, dan begitu mereka datang "Bersihkan seluruh benda tajam dikamar ini termasuk benda yang mudah pecah, jangan ada yang tersisa!" Justin langsung pergi menuju ruang tamu, dia merebahkan diri sambil berusaha mengangkat ponsel yang terus menerus mengeluarkan nada pesan. "Haa... Dasar anj***," pekik Justin saat beratus pesan muncul setelah mereba

  • Derita Pernikahan Paksa   part 86 putus asa

    Dua hari telah berlalu sejak kepergian sang istri. Sejak itu pula Max tidak pernah menunjukan diri, dia tetap berada di ruang kamar sembari menanti kedatangan Vivian setiap hari. Dalam sunyi, Max memandang foto satu-satunya bersama sang istri. Senyum cantik yang terukir indah itu dia elus dengan lembut. "An... Apakah kau marah? Aku menunggumu sejak kemarin, apakah kau tidak ingin menemui ku lagi?" "Siapa yang perlu ku bunuh agar kau kembali, siapa yang harus ku marahi agar kau senang, tolong beritahu aku agar aku bisa melakukannya untukmu." Dengan pandangan kosong Max tersenyum gila, dan disaat itu tiba-tiba... Cklek... Seorang pria datang dengan nampan berisi makanan. "Max, makanlah kau belum makan apapun sejak kemarin." Justin menyimpan nampan diatas meja sementara Max tak bergerak seolah tak merasakan kehadiran siapapun. Justin melihat setiap sudut kamar yang dipenuhi pecahan kaca dan benda hias lainnya. Padahal baru saja kemarin para pelayan membersihkan kekacauan yang dibu

  • Derita Pernikahan Paksa   part 85 hanya agar dia bahagia

    Dibelahan tempat lain, semua prajurit telah berbaris rapi. Tegap sempurna mendengarkan komando dengan seksama. "Tim satu, persiapkan dari arah Utara. Tim dua awasi dari selatan, dan yang lainnya dengarkan perintah dari komandan mengerti!" "Siap mengerti!" Serentak seluruh prajurit berhamburan, memposisikan diri sesuai arahan. River yang berada di Tim satu segera mengikuti komandan menuju tempat persembunyian di bagian utara. Arah utara merupakan tempat diduganya penyelundupan dan sindikat obat-obatan terlarang berkumpul, maka dari itu jumlah prajurit dikerahkan dalam jumlah banyak dengan para prajurit terpilih saja yang di utus. Begitu sampai, River dan tim satu memposisikan diri. Rencana yang telah dibuat sematang mungkin dijalankan dengan hati-hati. Target mendekat, senapan diangkat dengan pandangan fokus memantau target. "Sekarang!" DOR! DOR! DOR! Penyerangan dilakukan serentak pada beberapa target. Secepat mungkin setelah itu muncul kawan lainnya menyerang dengan membab

  • Derita Pernikahan Paksa   part 84 kembalilah

    Mata berkaca-kaca terlihat tertuju pada wanita di sisinya.“Max,” panggil Vivian.Kata tersebut sangat jernih terdengar hingga rasa haru langsung menembus kalbu hanya dari lantunan suara lembut tersebut. Tangan nan lemah sang istri Max pegang erat, sementara kedua malaikat kecilnya tersimpan di dada sang ibu.Disaat itu anggota keluarga diperbolehkan masuk. Senyum lemah terukir indah dengan susah payah, setelah perjuangan menyelamatkan dua buah hati, dan di saat itu pula sebagaimana rencananya, tugas wanita cantik itu telah selesai. Perlahan Vivian menoleh memberikan seucap kata untuk pria di sampingnya.“Tolong jaga anak kita ya,” ucapnya dengan susah payah dan dibalas dengan genggaman erat penuh keyakinan.“Pasti, aku akan selalu menjaganya.” Haru tak bisa Max bendung lagi, tangis bayi telah meluluhkan hati Max yang teramat keras.Dengan pelan dia mengelus kepala anak-anaknya yang masih merah dan belum bisa membuka mata. Kelahiran mereka benar-benar memberikan kabar bahagia, semua o

  • Derita Pernikahan Paksa   part 83 persalinan

    Sudah genap sembilan bulan dua bayi kembar dikandungnya. Vivian terbaring di ranjang, tubuhnya tertutup selimut, matanya menutup untuk sejenak mengistirahatkan diri.Disamping itu, Max menyiapkan koper dan segala keperluan persalinan bersama Sophie dan Evelyn."Selesai," ucap Sophie sembari menepuk-nepuk tangannya selesai berkemas."Sekarang kita berangkat," lanjut Sophie.Saat Max melihat istrinya tertidur dengan tenang, dia langsung berkata. "Mama boleh pergi dulu membawa barang-barang, aku akan pergi bersama istriku nanti."Sekilas Evelyn dan Sophie melihat Vivian di ranjang sana."Ah baiklah, kami pergi dulu kalau begitu, hati-hati saat pergi nanti ya." Pelayan yang telah sedia didepan pintu untuk membawa barang-barang langsung bergegas menjalankan tugas.Disamping itu Evelyn tak melepas pandangan dari putrinya."Max bagaimana kalau Mama ikut dengan kalian saja nanti?" tawar Evelyn tak tega membiarkan Vivian bersama suaminya berdua.Begitu tawaran itu terdengar, suara dari ranjang

  • Derita Pernikahan Paksa   part 82 bingkai foto

    Usai menghadiri acara penghargaan, Justin menepuk pundak Max berkali-kali setelah Max meraih tropi sebagai most attention received actors of the year pada tahun ini. "Sudah kuduga kau pasti akan mendapatkannya," ucap Justin bangga. "Malam ini sutradara Wang mengajakmu untuk merayakan kemenangan ini, kau akan akan hadir kan?" Justin bertanya sambil terus melangkah menuju parkiran. Piala dengan ukiran bintang cemerlang itu Max tatap sejenak. "Max, kau akan datang kan?" tanya Justin lagi saat Max tak memberi balasan. "Tidak, aku akan pulang saja." Max segera membuka pintu, namun sebelum benar-benar masuk Justin terdengar menyela. "Max, tapi sutradara memintaku..." "Tolong wakilkan aku." Setelah mengucap kalimat terakhir Max mengambil alih kunci mobil dan segera tancap gas meninggalkan Justin sendiri ditempat. "Hah..." Justin mematung ditempat. ... Sunyi menyertai pagi, dengan perut yang semakin membesar Vivian pandang foto satu-satunya bersama kedua keluarga dengan pihak suami.

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status