Rumah keluarga Wijaya banyak orang keluar masuk mengurusi beberapa keperluan sang pemilik rumah. Regina Wijaya sangat memperhatikan semua detail untuk acara yang sudah ditunggu-tunggunya. Dia sangat bahagia akhirnya Kevandra dan Selena bertunangan walau bukan pernikahan yang seperti diharapkannya, tapi mereka mau bertunangan itu sudah lebih dari cukup.Regina masuk ke kamar Selena, dia melihat betapa cantiknya wanita yang dicintai anaknya, Kevandra. Dia tidak menyangka Selena mau menggunakan kebaya pada hari pertunangannya. Dia lah yang menyarankan agar Selena menggunakan kebaya walau mereka tinggal di Amerika. Selena terlihat sangat pas dengan kebaya model kerah sabrina lengan pendek berwarna peach. Kebaya model sabrina memiliki model yang khas memperlihatkan pundak yang cukup lebar sehingga memberi kesan anggun saat Selena mengenakannya.Di sana juga ada Sean yang menunggu Selena sambil melihat ponsel, dia yakin cucunya tersebut sedang bermain game online."Ibu, kenapa cuma di depa
Tanpa Kevandra dan Wijaya sadari ada orang yang mendengarkan pembicaraan mereka di luar pintu kamar Kevandra yang tidak tertutup. Wajahnya memucat tidak percaya dengan semua yang mereka katakan. Seorang anak kecil berusia 5 tahun sangat terkejut mendengar perkataan Daddy dan Kakeknya. Sean yang memiliki kepintaran dan kecerdasan di atas rata-rata usianya mengerti apa yang mereka katakan.Jadi aku bukan anak kandung Daddy, nama Mommy ternyata beneran Selena bukan Amira. Selena bukan nama panggilan kesayangan Daddy ke Mommy. Selena Johanson berarti itu nama belakang suami Mommy atau bisa dikatakan itu nama belakang Daddy kandungku itu Johanson. Sean berkata dalam batinnya."Sean... kamu ini dicariin Nenek dari tadi ternyata di sini." Suara Regina mengagetkan Sean yang berada di samping kamar Kevandra.Wijaya dan Kevandra sangat terkejut mendengar suara Regina memanggil Sean. Kevandara dan Wijaya saling melihat satu sama lain dengan khawatir Sean mendengar pembicaraan mereka. "Aduh Ne
Jarum jam berdenting di dalam detik berselimutkan bayang-bayang sepi. Seorang pria menikmati keheningan menutupi serpihan malam masih seperti kemarin. Seorang lelaki yang merasakan kesepian dan rasa sakit yang mendalam mencoba untuk menghapus bayangan wanita yang dicintainya. Waktu terus berlalu, lelaki itu mencoba mengalahkan waktu, berusaha untuk mengulang kisah yang sama. Namun semuanya hanya sia - sia, penyesalan selalu datang terlambat. Apa yang sudah terjadi tak bisa diulang kembali, tak bisa untuk diperbaiki. Pria yang bersembunyi dalam bayangan malam yang sepi adalah Devandra. Devan merasakan sakitnya kehilangan Selena, dia dulu tak pernah menyadari arti Selena dalam hidupnya. Membuat wanita yang dia cintai menderita dan selalu menangis."Maafkan aku Lena. Maafkan aku," ujarnya lirih.Seandainya waktu bisa diputar kembali, Devan ingin meminta maaf pada Selena. Berlutut dan memohon kata maaf agar wanita yang dia cintai kembali padanya, agar anak dalam kandungan Selena yang s
Selena bersiap-siap melakukan promo tur di 3 negara yang menjadi distributornya. Carla dan Sean ikut serta bersamanya tanpa Kevandra. Kevandra tak dapat menemani Selena karena berbagai macam kesibukkannya. Selena menemui Kevandra di kantornya bersama Sean."Besok kamu ke mana dulu Lena?" tanya Kevandra."Pertama ke Thailand, ke dua ke Singapore, dan terakhir ke Jakarta," ujar Selena."Maaf aku tidak menemanimu.""Ga apa-apa Kev. Aku juga hanya sebentar saja terlanjur terikat kontrak kalau ga aku malas.""Terutama di Jakarta.""Kenapa dengan Jakarta? Kamu tenang aja aku kan tunanganmu dan kenyataan itu tidak akan berubah."Seandainya kamu tahu kalau salah satu sponsor utama di Jakarta adalah Johanson Company tentu kamu akan lebih khawatir lagi. Selena berkata dalam batinnya."Bukan masalah itu, kamu kan tahu bagaimana Jakarta dan semua permasalahannya.""Iya aku tahu. Ingat Kev namaku sekarang Amira bukan Selena.""Kenapa nama Mommy bukan Selena? Kenapa Amira?" tanya Sean yang dari tadi
Hari ini hari keberangkatan Selena, Clara, Sean dan Yesi sekretaris Gustav yang mengurusi semua keperluan promosi juga yang berhubungan dengan novel LOVE karya Amira. Kevandra mengantarkan Selena di bandara John F Kennedy. Kevandra sudah berusaha menyakinkan Selena untuk naik private jetnya, tapi Selena menolaknya. Selena tak ingin memanfaatkan semua fasilitas dari keluarga Wijaya. Dia memilih untuk naik pesawat komersil dan di kelas bisnis. "Hati-hati itu pesawat komersil banyak orang," ujar Kevandra sambil menggendong Sean. "Iya Kev." "Daddy turunkan aku, aku malu digendong begini," ujar Sean dengan wajah cemberut. "Iya.. iya Boy, Daddy akan menurunkanmu. Jangan cemberut gitu dong nanti ga cakep lagi." "Tidak mungkin Daddy, aku tuh ganteng dari lahir jadi tidak akan pernah terjadi aku berubah jadi jelek." "Daddy akan merindukanmu, Boy. Selama 5 tahun baru kali ini kita berpisah selama ini." "Daddy jangan khawatir, aku juga merindukan Daddy."Sean dan Kevandra saling
Marlina menangis dan memohon pada Kevandra ingin bertemu dengan Selena dan Sean. Bukannya dia tidak ingin mempertemukan Selena dan Sean pada Marlina, tapi keadaannya sekarang sedang tidak memungkinkan. Selena dan Sean sedang pergi ke Luar Amerika. "Mohon maaf, tapi Selena dan Sean sedang tidak ada di Amerika. Selena sedang melakukan promosi novelnya yang terbaru LOVE." "Selena menjadi penulis." "Iya Bu Johanson. Selena sudah merilis 5 novel selama 5 tahun walau novel baru sedikit, tapi best seller."Kevandra menceritakan awal mula Selena berkarir menjadi penulis. Juga menceritakan tentang tumbuh kembang Sean Darel tanpa dia menyebutkan nama Johanson di nama belakang Sean. Memperlihatkan foto-foto Sean sewaktu bayi, ulang tahun pertama hingga ke lima. Marlina melihat Kevandra sangat membanggakan Sean. "Apa kamu menyayangi Sean, Pak Kevandra?" tanya Marlina. "Saya sangat menyayangi Sean lebih dari apapun. Saya merawatnya dari kecil, saya bergantian dengan Selena menggendong da
Wajah Selena terasa pegal setelah 4 hari dia di Thailand dan Singapore tersenyum manis pada para penggemar bukunya. Clara yang tersenyum bahagia dengan tulus, akhirnya Selena bisa tersenyum tanpa perlu di ajari seperti dulu. "Begitu dong Bu Selena, senyum itu ibadah," ujar Carla. "Iya aku tahu." "Tante Carla ga usah beri tahu Mami. Mami itu susah di suruh senyum coba suruh Mami marah-marah dan ngomel paling jago loh," sahut Sean. "Kamu memang anak jenius Sean. Tante Carla salut denganmu yang bisa berkata sejujur itu." "Tentu dong Tante."Selena melirik tajam ke arah Carla juga Sean. Dia tak menyangka kedua orang ini malah menjelek-jelekkannya saat ada dia. "Kalian bisa ga menjelek - jelekkan aku saat ga ada orangnya. Apa ga ada etika dalam menjelekkan orang lain?" ujar Selena dengan kesal. "Mami coba dibandingkan dikit, kalau menjelek-jelekkan orang lain di depannya itu namanya kritik dan saran, kalau di belakangnya itu dosa," ucap Sean. "Aku memerlukan Kevan. Di mana
Selena melihat kota kelahirannya dari balik jendela pesawat. Jakarta masih sama seperti dulu tidak banyak berubah walau dia sudah 5 tahun tak pernah lagi datang Jakarta. "Mami kita sudah sampai di Jakarta, aku jadi penasaran dengan kotanya. Aku nanti mau nyanyi lagu Hari Merdeka,' ucap Sean dengan semangat. "Nanti aja Nak nyanyinya Mami lagi ga ingin mendengarkan lagu kebangsaan." "Mami kalau pas di Amerika bilangnya harus hapal lagu kebangsaan kok sampai di sini beda lagi sih. Mami ga konsisten"Selena hanya bisa diam, dia sedang tak ingin menjawab perkataan sean. Dia khawatir jika nanti bisa bertemu dengan Devan. Apalagi Sean bertanya kenapa dia mirip dengan Devan.Selena, Sean, Carla, dan Yesi sudah berada di bandara. Mobil jemputan dari pihak Johanson Company sudah menjemput mereka untuk ke hotel tempat mereka menginap.Sean terus memandangi kota Jakarta yang di luar ekspetasinya. Dia mengira Jakarta tidak macet, tapi ternyata sama saja dengan di Manhattan juga macet.