Dafa menatap cegah pada perempuan yang berdiri di hadapannya, ia menghela napas berat. "Cari Ibu? Ibu nggak ada, balik aja nanti.."
"Aku cari kamu Dafa, aku mau ngomong sebentar sama kamu." potong perempuan itu saat Dafa belum selesai bicara.
Perempuan itu maju satu langkah. "Ini ada sarapan untuk kamu dan yang lainnya, aku buatin masakan kesukaan kamu." Dafa tersenyum remeh malas menerima sebuah rantang dari wanita itu.
Raut wajah sedih dan senyuman getir keluar dari bibir perempuan itu. "Aku minta maaf Dafa," ucapnya sambil menunduk. "Aku menyesal, aku salah meninggalkanmu." ujarnya lirih
"Nggak perlu menyesal! apa yang sudah kamu pilih, adalah apa yang harus kamu jalani. Tidak perlu di sesali. Dan kalau kamu datang kesini untuk minta maaf, aku sudah memaafkanmu. Tapi aku harap kamu jangan mengganguku karena kini aku sudah bahagia bersama orang yang aku cinta. Dan orang yang bisa menghargai perasaanku." Sindir Dafa dengan tegas, pria itu sudah muak deng
Hari ini Aya terlihat sangat bahagia, hingga rasanya tidak bisa di ungkapkan oleh kata-kata.Bagaimana tidak bahagia, Dafa memperlakukannya begitu istimewa, Pria itu sangat memanjakannya. Apapun yang dia minta pasti selalu di turuti.Seperti saat ini, sesudah dari pantai Dafa mengajak Aya ke taman wilis, pemandangan di taman itu membuat Aya berdecak kagum.Dari tempat itu ia bisa melihat kemberlap lampu menghiasi kota Semarang, Aya menarik tangan Dafa untuk mengajak pria itu membeli sosis bakar dan juga telur gulung.Sambil menunggu penjual membakar sosisnya, pasangan pengantin baru itu terlihat sangat bahagia dengan obrolan ringan yang mereka ceritakan."Habis makan sosis, kita makan bakso ya. Di sini ada bakso enak dan terkenal," ajak Dafa pada Aya.Perempuan itu tersenyum cerah, ia mengangguk dengan semangat membuat Dafa gemas, pria itu mengacak rambut istrinya lalu membawa wanita itu kedalam pelukannya."Mas tunggu Mas!! Dengerin
Kenapa manusia selalu sulit melupakan kejadian yang kurang menyenangkan di masa lalu, padahal sebisa mungkin bayangan dan kenangan buruk tersebut bisa pergi di kehidupan manusia di masa sekarang.Sejatinya kejadian itu sebagai pengingat jika dulu kita pernah salah, dulu kita pernah melakukan hal bodoh tanpa kita sadari.Hal ini juga menjadi pengingat bahwa kita tidak boleh melakukan kesalahan lagi dan mengulangi apa yang kita perbuat di masa lalu.Seperti apa yang di rasakan oleh Dafa, pria itu setelah mendengar penjelasan Risna tentang kenapa wanita itu meninggalkannya, adalah masalah keluarga. Hatinya gundah dan tak tenang selalu saja tertuju pada perempuan itu.Risna memang dari dulu sudah di suruh oleh orang tuanya agar mendekati Tanto agar bisa menjadi pasangan pria tersebut.Dafa menarik napas panjang, mengusap wajahnya dengan kasar, andai dulu dia mencari tahu alasan Risna meninggalkannya. Mungkin saat ini ia masih bersama perempuan it
Dafa kembali kerumah pukul sembilan malam, ia pulang menggunakan motor yang dia beli untuk Syifa, saat Dafa memarkirkan motor metic tersebut, Pak Gufron yang kebetulan sedang duduk di teras rumah mengerutkan kening."Assalamu'alaikum," salam Dafa menghampiri Ayahnya mencium punggung tangan Pak Gufron di susul Aya setelahnya."Motor siapa yang kamu bawa?" tanya Pak Gufron selepas menjawab salam putranya.Dafa ikut melihat kearah motor metic keluaran terbaru tersebut, ia menoleh kembali memandang Ayahnya. "Motornya Syifa Pak," jawabnya."Kamu beli motor buat Adikmu?" tanyanya memastikan. Dafa mengangguk sebagai jawaban. Raut wajah Pak Gufron sudah berbeda. "Untuk apa? Toh motor Bapak masih layak pakai, kalau adikmu keluyuran bagaimana?" Dafa menggaruk pelipisnya, sudah tau pasti seperti ini reaksi Ayahnya."Biarkan Pak, ini hadiah dari aku untuk Syifa. Kasian dia pengin punya motor baru, tapi takut sama Bapak." Pak Gufron membuang napas lalu duduk di
"Dafa, Pak.. Sini makan siang dulu," teriak Bu Hasniah yang baru tiba membawakan bakul untuk makan siang putra bersama suaminya."Iya Bu." balas Pak Gufron lalu segera mengajak Dafa makan siang.Dafa duduk di samping Aya yang memang sengaja di ajak oleh Bu Hasniah, wanita itu mengulurkan tangannya untuk mencium punggung tangan suaminya.Dafa tersenyum hangat menatap sang istri, ia mengusap pipi Aya lembut sebelum fokus pada nasinya.Aya begitu telaten mengambilkan nasi untuk Dafa, kedua orang tua Dafa tersenyum senang mendapat menantu yang sholeh seperti Aya."Terima kasih," ujar Dafa lembut, Aya mengangguk sambil mengulas senyum."Bagaimana Fa, di ajak Bapak nanam padi?" tanya Ibunya."Capek Bu, mending di dapur aku seharian masak, berbagai menu bisa aku taklukkan. Jadi petani susah, mana Bapak marah-marah terus dari tadi." katanya sambil melirik Ayahnya yang sedang fokus menyantap makanannya."Dianya aja yang g****k. Gitu aja
Dafa mengajak sekeluarga ketempat wisata Ayanaz Gedong Songo, tempat yang hampir mirip nama istrinya.Tempat bersantai dengan spot yang keren-keren untuk berfoto dengan pemandangan indah dan suasana sejuk, membuat siapapun betah berada di sana."Pak di rangkul dong Ibunya," protes Dafa ketika ia menjadi fotografer untuk orang tuanya."Iya gitu, mepet lagi Bu, peluk lengan Bapak," perintahnya lagi.Ibu Hasniah pun melakukan apa yang Dafa perintahkan, perlahan ia memeluk lengan Pak Gufron menatap lurus pada kamera dan tersenyum manis.Dafa menatap sang Ayah, ia menghela napas panjang. "Senyum Pak, ini bukan foto ktp." geramnya kesal melihat raut datar Pak Gufron.Pak Gufron mulai tersenyum paksa, namun tiba-tiba Pak Gufron merubah gaya tangan istrinya ia suruh melingkarkan di pinggang sementara tangan kanannya merangkul pundak Bu Hasniah.Bu Hasniah sempat terkejut, namun kian beberapa detik perlahan ikut tersenyum menghadap kamera.
Aya sangat senang, bisa di terima di tengah-tengah keluarga besar suaminya.Ada Kakek, Nenek, Pakde, Budhe. Bahkan keponakan-keponakan yang masih kecil atau pun sudah dewasa.Mereka sama sekali tidak mempermasalahkan kondisinya, semua bisa menerima apa adanya.Tidak ada yang melihat fisik ataupun kekurangan sedikit pun dari Aya, bahkan keponakan Dafa ada yang di minta untuk diajarkan bahasa isyarat, agar mereka paham seperti yang di lakukannya bersama Dafa.Kemarin saat hari pernikahannya, Aya belum sempat saling kenal atau saling berkomunikasi, semua sibuk pada acara pernikahannya, dan setelah acara selesai.Keluarga besar Dafa sudah kembali kerumah masing-masing karena ada urusan yang tak mungkin terlalu lama di tinggal.Baru hari inilah Aya bisa dekat dengan semuanya, saling kenal satu sama lain.Nenek Dafa dari orang tua Ibu kandungnya yang juga Ibu kandung dari Bu Hasniah, memperlakukannya begitu lembut.Mengajaknya mengob
"Memangnya kamu nggak bisa lebih lama lagi to Fa," tanya Nenek Ningrum memandang sedih sang cucu yang sedang bersiap-siap mengajak keluarganya pulang karena besok lusa Dafa harus sudah balik ke Jakarta.Dafa menghampiri Neneknya lalu duduk di samping sang Nenek, pria itu memeluk pundak menghibur Nenek Ningrum agar tidak bersedih saat dia harus pergi."Aku nggak bisa lama-lama ninggalin kerjaan aku Nek, Banyak orang yang aku tanggung. Kalau aku nggak kerja yang bayar karyawan aku siapa? Lagian aku pasti balik kesini jika aku ada waktu,""Tapi Nenek masih kangen sama kamu le.." ujar Nenek manja dengan raut wajah sedih.Dafa mengulum senyum lalu menarik sang Nenek dalam dekapannya. "Aku juga masih kangen sama Nenek, sama Kakek. Tapi mau bagaimana lagi, aku harus segera pergi keluar negeri.""Nenek doain aja, agar semua pekerjaanku lancar, biar aku bisa balik lagi kesini.""Nenek pasti doain kamu le.. Kamu ini mirip sekali dengan Ibumu, itu seba
Dafa sengaja mengajak Aya hanya mengelilingi desa tempat dia dilahirkan dan di besarkan, pria itu menunjukkan tempat-tempat di mana ia bermain, sewaktu pulang sekolah, bahkan ia juga menunjukkan sekolah SD, SMP, sampai SMAnya dulu.Aya begitu senang mengetahui kehidupan masa kecil suaminya, namun saat Dafa menanyakan kehidupannya di saat ia masih kecil.Aya terdiam, apa yang harus di ceritakan dari kisah menyedihkannya, dari dia kecil. Sudah banyak kejadian yang merubah kehidupannya hingga tumbuh besar seperti ini.Mulai dari kecelakaan yang membuatnya tak bisa bicara lagi, beradaptasi dengan orang-orang yang selalu memandangnya aneh, dan ketika remaja di saat dirinya sudah menerima takdir yang tuhan berikan, ia harus menderita lagi ketika kedua orang tuanya di ambil dari sisinya.Menyadari kesalahannya, Dafa menghibur dan berulang kali meminta maaf, sungguh dia tidak bermaksud mengingat masa lalu istrinya.Dia hanya ingin sedikit lebih tau tentang