Home / Urban / Detektif Naga / Hilangnya Jerry Thompson

Share

Hilangnya Jerry Thompson

Author: Dian D'n Jell
last update Last Updated: 2021-09-04 22:21:31

Kini aku membiarkannya terjadi begitu saja dan menganggap mimpiku itu sebuah rutinitas keseharianku semata. Aku lebih suka menikmati karirku dan menjalani hidupku dengan senyaman mungkin. Salah satu caranya, bersenang-senang dan juga wanita tentunya.   

***

Kembali pada Janet yang masih berada di hadapanku saat ini. Sejauh yang kulihat, sepertinya dia adalah seorang ibu rumah tangga biasa dengan kehidupan yang sederhana. Pertanyaanya adalah, apa yang terjadi pada sebuah keluarga sederhana sampai-sampai Janet datang sepagi ini untuk menemuiku. Ya, karna selama ini hanya orang-orang elit dan bangsawan yang sering terlibat dengan suatu masalah.

"Well, katakan padaku apa yang membuatmu datang mencariku dalam keadan seperti ini?" tanyaku dengan terus terang.

"Suamiku...Jerry Thomson. Sejak semalam ia belum kembali ke rumah. Aku yakin pasti terjadi sesuatu padanya!"

"Kenapa kau bisa berpikir bahwa suamimu sedang dalam masalah? Bukankah bisa saja...suamimu sedang pergi ke tempat lain tanpa memberitaumu,"

"Tidak mungkin! Aku sangat mengenal seperti apa Jerry. Dia tidak akan pergi atau melakukan apapun tanpa memberitauku terlebih dulu!"

"Tapi Nyonya Thompson, maaf aku harus mengatakan ini. Perlu kau tau bahwa seseorang tidak bisa dinyatakan hilang sebelum 24 jam. Bahkan Polisi pun tidak akan mau menangani ini karna suamimu bahkan baru pergi semalam," jelasku pada Janet.

"Karna itulah aku menemuimu! Dan jika kau merasa keberatan membantuku karna bayaran, aku bersedia memberikan apapun bahkan rumah kami satu-satunya! Tapi kumohon...tolong temukan Jerry..." bentak Janet yang mulai emosional.

Sekali lagi kulihat Janet yang sepertinya sangat khawatir akan keadaan suaminya. Tapi menurutku, bukankah ini sedikit berlebihan. Maksudku, suaminya baru beberapa jam saja terlambat pulang dan Janet berpikir bahwa suaminya dalam masalah. Kalaupun terjadi kecelakaan pada Jerry, pastinya akan ada petugas kepolisian yang menghubungi. Tapi wanita ini sangat keras kepala dan tetap bersikukuh agar aku menyelidiki suaminya.

Kuambil beberapa lembar tisu dan kusodorkan pada Janet yang sedang terisak tanpa mengatakan apapun. Dan tiba-tiba, Calvin menyenggol lenganku dan memberi isyarat agar aku ikut dengannya ke dapur. Aku pun menatap Calvin dengan heran karna hari ini ia tidak seperti basanya. Ya, biasanya dia akan pergi dan meninggalkanku ketika aku sedang bicara dengan klient. Tapi entah kenapa hari ini dia jadi sok perhatian.

"Um...Nyonya Thompson. Maaf, aku permisi sebentar..." kataku berusaha mencari alasan untuk pergi ke dapur.

Dengan langkah cepat aku segera menuju dapur untuk menemui Calvin yang sangat menyebalkan. Dan ketika aku sampai di dapur, dengan santainya ia berdiri bersandar pada wastafel sambil melipat tangannya di depan dada. Cukup kesal dengan pagi yang menyebalkan, aku pun menatapnya kesal seraya berkacak pinggang. 

"Ada apa lagi sekarang?!" ucapku dengan ketus.

"Kau tidak lihat wanita itu?! Tidak bisakah kau membantunya demi kemanusiaan?! Bukankah kau sudah banyak merampok uang para bangswan di London!" hardik Calvin.

"Apa kau bercanda?! Dengar ya, menurutku wanita itu tidak waras! Dan kau percaya dengannya? kalau kau mau maka kau saja yang bantu dia! Kenapa jadi memaksaku?!"

"Dasar kau Vampir tidak berperasaan!!" maki Calvin dengan kesal.

Ia pun pergi dengan kesal dan meninggalkanku di dapur. Dan sebenarnya aku bahkan tidak peduli apa yang akan Calvin lakukan. Lagipula bisa saja saat ini suami Janet sudah berada di rumah ketika ia sibuk menangis di sini. Aku pun melangkahkan kakiku dengan santai dan kembali ke ruang tamu seraya menyeruput secangkir kopi panas yang sangat nikmat. Dan aku tau, Calvin semakin kesal dengan tingkahku.

Hingga kemudian, tiba-tiba Janet berdiri dan memberiku sebuah buku yang ternyata adalah sebuah diary milik Jerry Thompson. Janet membuka halaman yang memuat tulisan Jerry yang terakhir. Walau sebenarnya aku masih tidak mengerti dengan Janet, aku berusaha bersikap baik dan menerima buku itu. Dan dalam buku diary itu Jerry berkata, "Aku tidak percaya Tomy melakukan itu. Aku sangat kecewa padanya, tapi aku tidak tau harus bagaimana. Karna walau bagaimanapun, dia adalah sahabatku..."

Aku mengernyitkan dahiku dan berusaha untuk mencerna kalimat yang dituliskan Jerry. Menurutku, ada sedikit konflik antara Jerry dan sahabatnya yang ia panggil Tomy. Jerry tidak menuliskan masalah apa yang membuatnya kecewa dengan Tomy, tapi sepertinya itu cukup menjadi beban di hatinya. Meski begitu, hal ini belum cukup untuk dijadikan alasan atas semua kepanikan Janet.

"Jerry menulis itu enam hari yang lalu. Dan memang, sejak enam hari yang lalu ia nampak begitu murung dan juga gelisah. Aku sempat bertanya padanya, tapi dia tidak mengatakan apapun. Jerry hanya terus menggenggam tanganku dan berkata 'Aku takut terjadi sesuatu yang buruk.' Dan kemarin, aku juga sempat melihat Jerry berdebat dengan Tom di samping rumah. Tapi...aku juga tidak tau apa yang membuat mereka bertengkar," ungkap Janet.

Dari apa yang dikatakan oleh Janet, aku seolah bisa merasakan dan melihat ketika kejadian itu sedang berlangsung. Dan ya, aku memang sering mengalami hal itu ketika klientku mulai menjelaskan kronologi dari sebuah kejadian. Seolah aku masuk ke dalam dimensi lain dan berada di TKP secara langsung saat kejadian itu berlangsung. Jangan bertanya kenapa aku bisa mengalami hal itu, karna aku juga tidak tau.

Yang pasti, aku melihat bahwa Tom sedang melakukan tindakan bodoh dan Jerry berusaha mencegahnya. Tapi apa yang sudah dilakukan oleh Tom, aku pun tidak tau itu. Dan aku beransumsi, mungkin saja itu ada hubungannya dengan pekerjaan. Aku pun segera menanyakan pada Janet apakah Jerry dan Tom bekerja di tempat yang sama. Dan benar saja, mereka memang bekerja di tempat yang sama.

Janet menuturkan bahwa Jerry dan Tom bekerja di sebuah pabrik kayu yang berada di perbatasan kota London. Dan sebenarnya, Jerry baru beberapa bulan bekerja di pabrik itu. Dan itupun atas rekomendasi Tom. Pabrik kayu itu milik seorang yang berasal dari Abudabi. Kata Janet, pabrik itu pun belum lama beroprasi. 

Aku pun menghela nafas karna sepertinya kali ini Calvin benar. Aku merasa ada sesuatu yang berhubungan dengan Jerry, Tom dan pabrik kayu. Tapi untuk saat ini, aku belum bisa mengatakan apapun pada Janet kecuali berjanji akan membantunya. Meski aku tau, sepertinya Janet tidak akan memberiku bayaran yang sesuai. Tapi setidaknya aku akan terbebas dari tuduhan Calvin yang menyebutku sebagai Vampir tidak berperasaan, atau apapun umpatannya padaku.

"Sebaiknya, untuk sekarang kembalilah pulang. Aku akan bicarakan ini dengan asistenku dan aku akan menghubungimu besok. Dan kuharap...tidak terjadi sesuatu pada Tuan Thompson," bujukku.

Setelah kepergian Janet, aku pun kembali menyadarkan diriku pada sofa yang kududuki. Dan kulihat saat ini Calvin sedang tersenyum miring kemudian berkata, "Baguslah! Ternyata kau masih manusia yang bisa bersosialisasi!"

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Detektif Naga   Menapakki Masa Lalu

    Aku tidak tahan melihat itu. Maka kubuat satu tanda merah di lehernya, tapi nyatanya memberi satu tanda pada Gwen tidaklah cukup. Akhirnya kini hampir seluruh leher dan dada Gwen dipenuhi dengan tanda kepemilikkan dariku.***Hingga akhirnya, aksi panas di atas ranjang pun terjadi pada malam pertama pernikahanku dan Gwen. Kupikir hanya aku saja yang terlalu bersemangat untuk ini, tapi nyatanya Gwen pun sangat luar biasa di atas ranjang.Tak kusangka rupanya Istriku sangat luar biasa dan panas. Astaga! Bahkan di luar ekspektasi kami pun terus bercinta sampai berkali-kali dalam semalam. Aku bahkan sudah lupa berapa ronde kami lakukan. Tak ayal hal itu akhirnya membuat kami kelelahan.Hingga akhirnya ramainya kicauan burung mulai membangunkanku. Entah sudah berapa lama aku tidur, yang pasti sampai aku bangun pun Gwen masih terlelap di sampingku. Tidak biasanya ia bangun lebih siang dariku. Biasanya Gwen selalu bangun pagi karna ia suka menyiapkan sarapan.

  • Detektif Naga   Menikah

    “Untuk apa harus menunggu selama itu? Apa kau tau, Sayang? Diberi kesempatan sekali lagi untuk hidup dan bersama, adalah hal yang tidak boleh disia-siakan. Jadi, ayo kita menikah!”***“Ta-tapi...ada apa denganmu? Kenapa mendadak kau ingin kita menikah dengan cepat?” kata Gwen bingung.“Sudah kubilang untuk memenuhi janjiku padamu. Lagipula apa yang kau tunggu? Bagaimana kalau sebelum kita sempat menikah ternyata aku atau kau lebih dulu meninggal?! Kau mau seperti itu?!”Aku tau aku sedikit memaksa. Tapi tidak ada cara lain karna bahkan Gwen juga lupa kalau dulu dialah membuatku berjanji untuk segera menikahinya. Tapi dari apa yang kukatakan pada Gwen, sepertinya ia pun mulai berpikir. Hingga akhirnya ia berkata, “Baiklah. Aku setuju untuk menikah. Tapi kau janji tidak akan ada yang berubah bukan?”“Tentu saja ada yang berubah. Kita tidak akan lagi hanya berdua, karna akan ada anak-anak kita buk

  • Detektif Naga   Tujuan Hidupku

    Aku pun berpaling ke belakang dan lagi-lagi aku kembali dikejutkan dengan apa yang kulihat. Aku bahkan tidak percaya dengan semua ini. Aku bahkan berpikir mungkin benturan itu membuat kepalaku cidera dan aku mulai gila!***Bagaimana semua ini adalah nyata? Bagaimana bisa aku melihat diriku sendiri? Berdiri di hadapanku dan menatapku dengan sorot mata yang tajam. Tidak! Semua ini pasti hanyalah sebuah mimpi. Tapi...kenapa meski sudah berkali-kali kugosok mataku dan menampar pipiku sendiri, sosok yang mirip sepertiku itu tetap saja ada?Malahan, kini ia mulai melangkahkan kakinya dan berjalan mendekatiku. Bersama dengan itu, aku pun melangkahkan kakiku mundur semakin menjauh darinya. Bukannya aku takut padanya. Tapi aku takut pada diriku sendiri.Hingga akhirnya kulihat liontin Naga yang tergantung di leher pria yang wajahnya sama denganku itu. Aku pun mulai berpikir, apakah mungkin dia adalah Panglima Dragori? Tapi...kenapa wajahnya mirip sepertiku?

  • Detektif Naga   Duel

    “Benarkah? Kalau begitu mari kita duel satu lawan satu! Dan kita lihat siapa pecundang di antara kita!”***Seperti yang kuduga, akhirnya Edi pun semakin kesal. Ia pun akhirnya meletakkan senapan yang ia bawa dan ia berkata, “Baiklah, kuterima tantanganmu! Tapi tidak akan seru kalau tidak ada hadiahnya!”“Begitu? Apa yang kau inginkan? Setumpuk mayat untuk membuat parfum?”Edi pun mnyeringai dan dengan wajah dingin ia berkata, “Aku bisa mendapatkan mayat dengan sangat mudah. Yang kuinginkan adalah Nona Gwen Gringer. Kalau aku menang dalam duel ini, maka Gwen akan menjadi milikku dan aku bebas melakukan apapun padanya!”Dasar brengsek! Bisa-bisanya dalam keadaan seperti ini ia mengambil kesempatan. Tapi kalau aku sampai menolak, maka artinya aku mengakui kalah sebelum bertarung. Dan sudah pasti aku tidak akan sudi harga diriku direndahkan manusia seperti dia.Tidak ada pilihan. Akhinya kusetujui

  • Detektif Naga   Terpojok

    Sementara itu, diam-diam aku pun membuka lantai kayu yang ternyata adalah sebuah pintu menuju tempat lain di dalam rumah itu.***Kubuka dengan perlahan lantai kayu itu dan kucoba mengamati sekitar ruangan bawah tanah yang tersembunyi di bawah sana. Rupanya tidak ada siapapun di sana. Aku pun mulai menuruni tangga kayu yang merupakan akses untuk menuju ruangan bawah tanah itu.Seperti sebelumnya, tidak ada siapapun di ruangan bawah tanah. Meski begitu, tetap saja aku harus bersiaga dengan menodongkan pistol ke depan.Kulangkahkan kakiku menyusuri setiap sudut ruangan. Dan aku baru sadar, ternyata ruangan bawah tanah itu dilapisi oleh lapisan kedap suara. Pantas saja tidak terdengar apapun dari luar meski Edi mungkin telah banyak melakukan tindakan melanggar hukum di rumah ini.Masih tidak kutemukan keberadaan Edi dan juga Gwen. Dan itu membuatku semakin frustasi. Aku sangat takut kalau Edi membawa Gwen pergi dan ia melakukan hal yang buruk pada Gwe

  • Detektif Naga   Pencarian

    Melihat Gwen yang mulai berteriak itu, tak membuat Edi menjadi panik. Ia bahkan kembali terbahak dan semakinmenjadi-jadi layaknya orang gila. Lalu ia mendekatkan wajahnya pada Gwen dan berkata, “Percuma saja kau berteriak. Ruangan ini kedap saura, jadi si bodoh itu tidak akan bisa menemukan kita....”****Draco Pov*Kulajukkan mobilku dengan kecepatan sangat tinggi sembari berusaha menghubungi ponsel Gwen. Tapi bahkan sudah lebih dari lima puluh kali kucoba, tetap saja Gwen tidak menjawab panggilan telpon dariku.Tentu saja hal itu semakin membuatku panik dan khawatir. Hingga akhirnya ponselku tiba-tiba berdering dan kupikir itu adalah Gwen. Tapi sayangnya aku salah. Ternyata itu adalah panggilan dari Edi Tomb yang bahkan sedang kami buru.Segera saja kusambar ponsel yang tadinya kuletakkan di kursi mobil dan kuangkat panggilan telpon itu. “Hallo, Tuan Black! Kau senang mendengar suaraku? Atau mungkin kau ingin mendengar suara yan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status