Share

Bab 5

Author: Siswa yang Tak Cerdas
“Aku salah,” ujar Raka dengan penuh penyesalan.

“Kalau saja Yura nggak menipuku selama 5 tahun ini, mungkin aku ….”

“Nggak mungkin! Itu kamu!” seru Panji dengan lantang menyela perkataan Raka.

Kemudian dengan raut wajah mengejek Panji kembali berkata, “Ya ampun! Aku hampir saja nggak mengenalimu. Kamu adalah menantu nggak berguna keluarga Randala yang bernama Raka Gading.”

“Berani sekali orang kayak kamu mengganggu kesenanganku. Lihat saja apa yang bisa aku lakukan untuk membalas perbuatanmu ini!”

“Aku ….”

Namun, tangan Raka yang secepat kilat tiba-tiba saja mencengkeram dagu Panji lalu menarik dan memutarnya dengan tatapan mata penuh amarah sebelum Panji sempat menyelesaikan kalimatnya.

Klik!

Terdengar suara rahangnya yang terkilir dengan giginya yang mengarah ke atas sampai menggigit lidahnya sendiri. Kemudian Raka menendang perut Panji yang terlihat seperti karung sampai membuatnya terpental sejauh 6 meter dan menabrak banyak kursi pijat mewah di dekatnya. Akhirnya, Panji jatuh tersungkur di atas lantai sambil berteriak kesakitan bagaikan seekor sapi yang akan disembelih. Darah juga terlihat keluar dari lidahnya yang terluka.

Semua orang tercengang melihat peristiwa ini, termasuk Lucy.

Elena yang berada di dalam pelukan Raka juga tampak ketakutan sampai membuatnya kembali menangis.

Panji Batara adalah seorang laki-laki besar dengan tinggi 190 cm dan berat 100 kilogram berhasil ditendang sampai terpental dengan keadaan rahang patah dan lidah yang mengeluarkan darah. Orang yang bisa melakukannya sungguh ganas dan kejam!

“Uuuu … uuu ….”

Lucy sangat terkejut dan ketakutan dengan peristiwa ini. Oleh karena itu, dia segera mengeluarkan suara parau sambil terus mendorong Raka agar laki-laki itu segera pergi dari tempat ini. Dia tidak ingin hal buruk terjadi kepada Raka karena tempat ini adalah milik keluarga Batara.

“Aku nggak takut, kok,” balas Raka sambil menatap Lucy tenang.

“Aku bisa membunuh semua orang di sini kalau kamu mau. Siapa pun yang sudah menghina istri dan anakku akan aku bunuh sesegera mungkin!”

Perkataan ini bukanlah sebuah omong kosong. Perkataan ini adalah sebuah janji yang dikeluarkan oleh seorang Dewa Perang. Jadi, bagaimana mungkin dia tidak bisa membunuh manusia-manusia yang bagaikan seekor semut di matanya?

Lucy hanya bisa menangis tersedu-sedu tanpa daya dan tanpa bisa melontarkan sepatah kata pun dari mulutnya.

“Jangan bunuh! Jangan bunuh siapa pun!”

“Walaupun kamu adalah seorang tentara yang nggak terkalahkan, kamu tetap nggak boleh membunuh siapa pun di sini. Karena bagaimanapun juga, kamu harus mengganti kematian mereka dengan nyawamu!”

“Selain itu, bagaimana mungkin kamu bisa membunuh seluruh keluarga Batara sendirian?”

Siapa yang tidak tahu betapa kuatnya keluarga Batara di Kota Malda ini? Mereka memiliki aset yang berjumlah puluhan triliun, jadi mereka bisa dengan mudah membunuh orang sesuka hati mereka. Bahkan Lucy dan keluarganya ditendang dari keluarga Randala akibat ulah Yura yang mendapat dukungan dari keluarga Batara. Keluarga Batara bukanlah sebuah keluarga yang bisa diganggu dengan mudahnya.

“Kamu takut ya sama aku?” tanya Raka sambil menggendong Elena.

Kemudian dia menggelengkan kepalanya sambil menatap Lucy dan berkata, “Tenang saja, aku sudah biasa membunuh manusia. Membunuh manusia bagaikan membunuh ayam bagiku dan aku selama ini nggak pernah merasakan masalah setelahnya. Apa yang mau kamu katakan padaku? Kamu bisa gunakan tanganmu untuk ….”

Namun, Lucy tiba-tiba saja memukuli dada Raka sambil terus menangis.

“Pergi dari sini! Pergi sekarang juga dan jangan banyak bicara lagi!” seru Elena dengan bahasa isyaratnya.

“Oke, aku akan turuti kemauanmu. Aku akan melepaskan dan mengampuni orang-orang itu hari ini. Sekarang kita pulang, ya,” ujar Raka lembut.

Lucy tidak lagi bisa menolak perkataan Raka. Dia langsung memeluk pinggang Raka dengan erat. Keluarga kecil yang beranggotakan 3 orang itu berjalan bersama-sama menuju pintu.

Mereka sama sekali tidak peduli dengan para pemuda dan penjaga keamanan tempat itu. Mereka pergi begitu saja tanpa menoleh ke arah orang-orang itu sama sekali.

“Unuh ila!”

Panji sedang dibantu berdiri oleh para pengawalnya tepat ketika keluarga kecil itu hendak pergi meninggalkan ruangan. Dia menatap punggung Raka dengan tatapan penuh amarah.

“Unuh ila!” seru Panji dengan tidak jelas

“Unuh ila! Unuh ila!”

Namun, semua orang terlihat bingung ketika mendengar seruan yang dilontarkan oleh Panji. Sampai akhirnya, beberapa saat kemudian mereka sadar apa maksud dari perkataan Panji itu. Mereka semua langsung menoleh ke arah Raka dengan raut wajah ganas.

Bunuh dia!

Bunuh dia!

“Bunuh orang itu!”

“Semuanya maju!”

“Kita harus membalaskan dendam Kak Panji! Habisi ….”

Para pengawal Panji langsung mengeluarkan pisau dari pinggang mereka. Kemudian bergegas mengejar Raka tanpa banyak lagi berbicara.

Namun, Raka tiba-tiba saja berbalik lalu bergerak dengan sangat cepat sampai tidak terlihat. Apa yang terdengar hanyalah suara jeritan kesakitan dari para pengawal Panji. Orang-orang itu jatuh tersungkur di atas tanah dengan wajah terkejut. Selain itu, wajah mereka tidak luput dari lumuran darah dengan raut wajah yang menyiratkan kalau mereka ketakutan.

“Mulai sekarang, nggak ada lagi yang bisa mengganggu kami,” ujar Raka dengan nada penuh ancaman.

Kemudian dia berbalik dan menggenggam tangan Lucy sambil berbicara dengan nada lembut kepada perempuan malang itu.

“Aku tahu kalau ada banyak hal yang mau kamu katakan dan tanyakan padaku.”

“Tenang saja, aku pasti akan menyembuhkan tenggorokanmu seberapa parahnya pun luka di tenggorokanmu itu. Pokoknya aku janji sama kamu!”

Raka berjalan keluar dengan santai sambil menggendong putrinya dan memeluk Lucy. Mereka bertiga keluar dari Imperial Spa & Entertainment dengan santainya seakan tidak ada masalah apa pun yang terjadi karena ulah mereka.

“Elena, sekarang kasih tahu Papa. Di mana rumah kita? Kita akan pulang ke sana sekarang juga,” ujar Raka dengan nada hangat sambil menatap Elena dengan penuh kasih sayang.

“Di … di ….”

Elena merasa asing dan takut dengan sosok Raka. Oleh karena itu, dia agak ragu untuk mengatakan di mana tempat tinggal ibunya saat ini. Namun, setelah melihat anggukan kepala Lucy, dia pun berkata, “Kami tinggal bersama Kakek dan Nenek di Kompleks Mission Hills. Kita cuma perlu naik bis nomor 19 dan turun di halte berikutnya lalu belok kiri ….”

Raka tersentak ketika mendengar jawaban Elena. Kompleks Mission Hills adalah sebuah lingkungan perumahan lama. Lokasinya terletak di pinggiran kota. Wilayah ini direncanakan akan mengalami rekonstruksi besar-besaran di mana keluarga Gading juga berencana untuk berinvestasi di proyek itu. Namun, semua rencana itu terkubur setelah kecelakaan itu terjadi dan keluarga Gading hancur berantakan. Oleh karena itu, Raka sangat terkejut setelah mengetahui kalau sampai 5 tahun ini wilayah Kompleks Mission Hills masih belum dibongkar juga.

“Kita nggak perlu naik bis. Papa punya mobil, kok,” jawab Raka lalu mencium wajah mungil Elena dan hendak mengambil ponselnya.

Namun, tiba-tiba saja ….

“Ketemu! Mereka semua ketemu!”

Teriakan nyaring terdengar dari sudut jalan yang tidak jauh dari tempat keluarga kecil itu berada disertai dengan suara rem mendadak dari beberapa buah mobil sport mewah.

Randy dan Yura!

Kedua orang itu duduk di sebuah mobil mewah berwarna hitam diikuti dengan 6 mobil lainnya di belakang mereka yang ternyata adalah pengawal mereka berdua. Para pengawal bergegas turun dari dalam mobil lalu menghampiri Raka serta keluarganya. Mereka berhasil mengepung keluarga kecil itu hanya dalam hitungan detik.

Randy dan Yura berjalan menghampiri Raka sambil menggertakkan gigi mereka dengan tatapan ganas dan kejam. Kebencian benar-benar memenuhi isi hati kedua orang itu saat ini.

Randy ditendang oleh Raka di kediaman keluarga Randala sampai tulangnya hampir patah. Bahkan sampai saat ini dia masih merasa sangat kesakitan. Selain itu, Raka juga sudah mencekik Yura sampai hampir mati. Oleh karena itu, Yura melilitkan syal sutra di lehernya untuk menutupi bekas cekikan Raka kepadanya. Mereka tidak pernah merasa terhina seperti ini seumur hidupnya. Lagi pula, selama ini tidak ada satu orang pun yang berani melakukan hal kasar seperti itu kepada mereka.

“Si sampah, bisu dan anak kecil itu ….”

Randy semakin naik pitam setiap kali memikirkan tentang apa yang terjadi padanya tadi.

Dia pun terus menggertakkan giginya dengan penuh amarah lalu berkata, “Kenapa kaget begitu? Apa kamu mau mukul aku lagi?”

“Pukul dia sampai mati!”

Brak!

Randy membawa 20 puluh orang pengawal bersamanya saat ini. Garis otot terlihat dengan jelas di tubuh mereka. Mereka terlihat sangat kuat dan terampil dalam bela diri. Sekarang mereka semua sudah siap untuk menyerang Raka secara bersamaan.

“Tunggu!” seru Yura sambil mengangkat tangannya untuk menahan para pengawal menyerang Raka.

Kemudian dia menatap Lucy dan berkata, “Si sampah ini baru saja kembali setelah menjadi tentara di medan perang. Jadi, apa yang kamu harapkan dari orang seperti dia?”

“Apa kamu tahu apa saja yang sudah dia lakukan di sini?”

“Dia pergi ke arena pertarungan anjing lalu menghajar Bonar habis-habisan. Kemudian dia juga membunuh 3 ekor anjing kesayangan Kakek. Selain itu, dia sudah melukai banyak orang dan mendapat banyak masalah karena sikap kurang ajarnya itu. Dia juga memukulku dan Randy.”

“Semua yang dilakukannya ini sudah sangat cukup untuk membunuh semua keluargamu!”

Lucy menatap cemas ke arah Raka sambil mengerutkan bibirnya dengan raut wajah putus asa.

Ceroboh! Sungguh ceroboh!

Lucy tahu kalau semua yang dikatakan Yura benar adanya setelah melihat semua yang dilakukan oleh Raka kepada Panji di dalam ruang VIP tadi.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 172

    Saat ini, Raka sudah tidak memiliki kesabaran lagi. Dia berteriak pelan, lalu mengulurkan tangan kanannya.Duar!Seperti sambaran petir dari langit, tangan kanan Raka melesat cepat hingga tak terlihat, langsung melewati cakar Lukman dan berhasil mencekik leher pria tua itu lebih dulu. Kemudian, dia membanting Lukman dengan keras ke lantai hingga menghasilkan suara gedebuk yang sangat keras.Di aula Holy Club, lantai marmer yang keras langsung retak. Kepala Lukman pecah dan menumpahkan isinya yang berwarna merah dan putih. Bahkan banyak tamu di sekitarnya terciprat cairan merah bercampur gumpalan berwarna putih itu.Raka melumpuhkan pria tua itu dengan satu jurus saja. Satu detik yang lalu, Lukman masih bicara dengan aura mengintimidasi. Satu detik berikutnya, dia sudah menjadi mayat tanpa kepala, bahkan bagian di atas lehernya juga tidak ada kulit yang tersisa.“I-ini ....”Semua orang spontan merasa ngeri. Bahkan beberapa orang kaya yang penakut menjadi pucat pasi karena ketakutan. Me

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 171

    “Jangan ragukan kekuatanku. Aku bisa bunuh kamu seperti bunuh semut!”Semua orang yang ada di sana spontan terkesiap. Hampir semua tamu membelalakkan mata mereka seolah tidak percaya dengan apa yang mereka dengar.Membunuh Tirta seperti membunuh semut? Raka yang datang dari Kota Malda ini pasti sudah gila. Apakah dia tahu kalau tempat ini bukan tempat kecil seperti Kota Malda? Di sini ibu kota Provinsi, Kota Yarka. Tirta adalah penguasa dunia mafia Kota Yarka yang terkenal.“Sudah melukai anakku, masih berani ngomong besar. Kamu mau bunuh aku juga?!”Saat ini, Tirta sudah berjalan ke samping putranya dan berjongkok untuk memeriksa luka putranya. Kemudian, dia mengangkat kepala untuk menatap Raka. Kedua matanya memancarkan aura seorang pembunuh berdarah dingin.“Bagus, sangat bagus. Bagus sekali. Awalnya aku mau kasih muka pada para tamu di sini dan tunggu sampai acara lelang selesai baru berurusan denganmu. Karena kamu sendiri yang cari mati, jangan salahkan aku karena kejam.”Usai ber

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 170

    Ketiga pengawal itu bahkan tidak sempat bereaksi. Mereka terhempas jauh karena hantaman meja, jatuh lebih dari sepuluh meter jauhnya, lalu menghantam meja anggur di belakang mereka dengan keras.Semuanya jadi berantakan! Tulang rusuk mereka patah, makanan dan wine di atas meja berserakan, dan banyak wine yang terciprat ke tamu-tamu di sekitar. Banyak orang ketakutan dan lari sambil memanggil ayah dan ibu mereka!“Kamu ....” Pangeran tertegun di tempat, ekspresi arogan di wajahnya tiba-tiba berubah menjadi ekspresi membeku!Hal ini sulit dipercaya. Pria itu dengan mudah membuang meja yang terbuat dari kayu solid dengan berat lebih dari 200 kilogram dengan satu tangan? Tiga pengawalnya yang telah melatih kekuatan dalam yang hebat dia tumbangkan dengan satu gerakan, sampai jatuh ke lantai dan tidak bisa bangun lagi? Kekuatan macam apa yang dimiliki orang yang bernama Raka ini? Bagaimana dia bisa menjadi begitu kuat?“Istri dan anakku ditangkap dan dilelang di sini,” ujar Raka dengan ekspr

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 169

    Seorang pria paruh baya bersetelan jas berdiri dari meja VIP dan tersenyum dingin pada Raka. “Anak muda, kamu bilang yang dilelang malam ini adalah istri dan putrimu? Aku nggak peduli yang kamu katakan itu benar atau nggak, tapi aku perlu memberi tahu kamu, kamu nggak punya hak untuk berbicara di sini. Kamu ….”Raka bahkan tidak menunggu pria itu selesai berbicara. Dia mengangkat tangannya dan mengayunkannya. Bruk!Pria paruh baya yang identitasnya bukan orang biasa itu langsung diangkat oleh Raka dan dilempar jauh, melewati kepala tujuh atau delapan tamu. Pria paruh baya itu jatuh dalam keadaan mengenaskan dan merobohkan beberapa kursi di aula tersebut.“Ah, sakit …. Sialan!” Pria paruh baya itu berjuang untuk bangkit dari lantai, memandang Raka dengan geram dan berkata dengan marah, “Beraninya kamu menyerang aku? Aku ….”Perkataannya terhenti. Dia melihat tatapan di mata Raka. Dingin dan penuh niat untuk membunuh. Udara di aula acara itu seolah berubah menjadi sangat dingin. Suhu ru

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 168

    Hm? Kepala satpam mengangkat alisnya. Raut mukanya seketika berubah menjadi galak. “Ternyata orang yang mau membuat onar! Teman-teman, jangan biarkan dia mengganggu ketenangan para tamu terhormat! Tangkap!” Tiga petugas keamanan lainnya melambaikan tongkat di tangan mereka dan hendak menyerang Raka. Buk! Kepalan tangan yang keras seperti baja bergerak begitu cepat hingga tidak terlihat dengan jelas. Pukulan kepalan tangan itu menyebabkan angin kencang seperti badai dan menghempaskan keempat saptap itu, termasuk kepala satpam tadi.“Ah!!” Keempat satpam itu berteriak. Tubuh mereka terhempas jauh, langsung menabrak pintu dan langsung masuk ke aula acara di klub malam itu. Gigi mereka patah-patah dan darat muncrat dari mulut mereka. Karpet di klub malam juga ternoda merah karena darah!Tak jauh dari situ, para tamu yang menghadiri acara pelelangan tersebut refleks langsung menoleh saat mendengar suara di pintu. Mereka melihat darah yang ada di lantai, satpam-satpam yang berteriak kesakit

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 167

    Sejak Elena berkonflik dengan Bu Suryani dan cucunya di pintu masuk TK waktu itu, Raka memerintahkan Thomas untuk memperhatikan keselamatan Elena. Dia tidak pernah menyangka hal seperti ini akan terjadi. Lucy dan Elena diculik!“Ini bukan penculikan biasa.” Raka terdiam beberapa detik, lalu tiba-tiba menyipitkan matanya. Dia mengeluarkan ponsel dari sakunya, mengetik sebuah pesan dan mengirimkannya.Penerima pesan itu adalah salah satu dari empat Panglima Raja Perang di Kuil Dewa Perang, yaitu Zora!Isi dari pesan itu adalah, segera ambil data di satelit militer. Aku ingin melihat semua hal yang terjadi di depan gerbang TK Golden Sunshine di Kota Malda.Sekitar sepuluh menit kemudian, “Ting!” Sebuah video yang diambil dari satelit militer dari ketinggian tertentu dikirim ke ponsel Raka.“Aldi ….” Pupil mata Raka membesar. Dia menatap layar itu tanpa melewatkan detail apa pun. Kemudian, matanya tertuju pada pintu masuk gang sebelah sekolah TK tersebut.Aldi Koraja! Video tersebut diambi

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 166

    Randi memandangi pintu masuk kasino yang kosong sampai punggung Raka menghilang dari pandangan. Dia mengertakkan gigi dan meraung seperti orang gila, “Kamu nggak membunuhku hari ini. Aku pasti akan membuatmu menyesal! Aku akan membuat memotong badan Raka itu menjadi beberapa bagian dan membunuh seluruh keluarga Randala!”Di belakang Randi, Yohan dan Zoro memegang pergelangan tangan mereka yang patah dan saling memandang dengan ekspresi gila.Setelah saling memandang, keduanya kembali menoleh ke Randi pada saat yang sama. Mereka berkata, “Pak Randi, kita nggak bisa diam saja! Raka begitu merajalela. Dia harus membayarnya! Teman Bapak itu ….”Napas Randi terengah-engah dan matanya merah karena murka. Temannya itu …. Sehebat dan sekuat apa pun Raka, selama “temannya” itu mau membantu, jangankan satu Raka, mau ada sepuluh atau seratus Raka pun, pasti akan mati di tangannya!***Di sisi lain, di TK Golden Sunshine di Kota Malda.“Pak Aldi, di sini!”Tak jauh dari pintu masuk TK, di perempat

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 165

    Tangan kanan Zoro yang memegang pedang juga berakhir mengenaskan. Tangan itu ikut terpelintir karena kekuatan besar yang memelintir pedangnya. Aliran darah yang deras serta pecahan tulang muncul dari balik kulit pergelangan tangannya!“Ah!!” Kedua orang itu merasakan sakit yang luar biasa, memegangi pergelangan tangan mereka dan berteriak dengan keras. Kedua jagoan bela diri yang terkenal di luar negeri itu bahkan tidak mampu menghadapi Raka!“Nggak. Itu nggak mungkin!” Randi dan puluhan preman di samping semuanya menjadi pucat dan gemetaran karena ketakutan.Ganas! Ini terlalu ganas! Mereka pernah melihat kemampuan Yohan dan Zoro. Mereka tahu betapa dahsyatnya kekuatan kedua orang itu. Mereka bisa bilang, asalkan mereka tidak menggunakan senjata api, baik itu ratusan orang yang dikerahkan sekalipun, tetap tidak akan bisa mengalahkan mereka berdua. Pernyataan itu tidak berlebihan.Namun, Raka di ada di hadapan mereka ini malah melumpuhkan mereka dengan satu gerakan? Yang lebih menakutk

  • Dewa Perang Tak Tertandingi   Bab 164

    Hm? Randi mengangkat alisnya, melihat kontrak itu, dan tertawa kesal! Kontraknya sangat sederhana, hanya ada satu klausul, yaitu harta keluarga Randala yang telah diakuisisi oleh Randi akan dialihkan kepemilikannya pada New Randala Group tanpa syarat apa pun, dan kontrak itu akan efektif setelah ditandatangani!“Raka, aku tadi masih ingin memujimu cerdas, tapi ternyata kamu idiot!” Randi tertawa jahat, merobek kontrak di tangannya itu dan melemparkannya ke arah Raka. “Raka, aku beri tahu kamu sekarang. Karena kamu sudah berani datang ke wilayahku, kamu juga harus meninggalkan nyawamu di sini!”Raka menggeleng pelan. Dia menyetir dari Kota Malda dan tidak memberi tahu Lucy. Saat ini sudah lewat dari jam dua siang, dia harus pulang untuk makan malam bersama Elena. Dia punya waktu yang cukup. Perusahaan mereka baru melakukan acara team building beberapa hari yang lalu. Dia sudah lama tidak bertemu Elena. Makan malam hari ini telah dijadwalkan sejak lama dan tidak dapat ditunda.“Satu meni

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status