Niuniu bernapas berat setelah beberapa percobaan, namun gagal terus.
“Nona Zhao, Anda benar-benar tahu banyak hal … tapi, bagaimana Anda mempelajarinya? Bukankah Anda … tidak pernah melakukan?” Zhao Xueyan tertawa kecil, menghindari pertanyaan itu. “Mari kita katakan saja, aku pernah belajar dari seorang ahli. Sekarang, fokuslah pada latihanmu.” Niuniu menggeleng sambil tersenyum kagum. “Saya tidak pernah membayangkan Nona bisa seperti ini. Biasanya, Anda … hanya diam disiksa ….” Niuniu tidak melanjutkan ucapannya, karena takut menyinggung Zhao Xueyan. Zhao Xueyan mengangkat alis, matanya tajam. “Waktu itu sudah berlalu, Niuniu. Hidupku kini berbeda, dan aku membalas mereka.” Matahari mulai tinggi saat mereka selesai latihan 6 pagi. Meskipun tubuh mereka lelah, semangat keduanya masih ada. “Nona Zhao, meskipun saya belum sepenuhnya mengerti, saya merasa tubuh saya lebih ringan. Latihan ini … mungkin memang berguna.” Zhao Xueyan mengangguk dengan puas. “Itu hanya permulaan. Dengan latihan rutin, kita berdua akan menjadi lebih kuat. Tidak ada yang bisa meremehkan kita lagi.” Dalam hati, Zhao Xueyan merasa lega. Dia tahu perjalanan ini panjang, tapi dengan pengetahuan dan tekadnya, dia yakin bisa mengubah nasibnya dan melindungi orang-orang di sekitarnya. Di bawah sinar matahari pagi, Desa Qinghe ramai dengan pedagang dan pembeli yang memenuhi pasar desa. Zhao Xueyan, yang mengenakan jubah sederhana dan cadar untuk menutupi wajahnya, berjalan tenang di samping pelayannya, Niuniu. Meskipun berusaha menyembunyikan identitasnya, aura elegan Zhao Xueyan tetap sulit disembunyikan, membuat beberapa orang memandang mereka dengan penasaran. "Niuniu, ingat, jangan bicara terlalu banyak. Kita di sini untuk mencari bahan makanan," kata Zhao Xueyan datar. "Baik, Nona," jawab Niuniu sambil memegang erat keranjang belanja mereka. Namun, mata Niuniu terus bergerak gelisah, memperhatikan segala sesuatu di sekitar mereka. Saat mereka melangkah lebih jauh, keramaian di sudut jalan menarik perhatian mereka. Seorang pria tua tergeletak di tanah dengan wajah pucat dan tubuh gemetar. Orang-orang di sekitarnya tampak panik, tidak tahu harus berbuat apa. "Dia tiba-tiba pingsan! Tidak ada tabib di sini!" teriak seorang wanita muda. "Apakah dia akan mati?" tanya seorang anak kecil dengan nada takut. Niuniu menarik lengan Xueyan. "Nona, kita tidak seharusnya terlibat. Bagaimana jika mereka mengenali Anda?" Namun, Zhao Xueyan tidak menggubris. Dia melangkah maju dengan tenang, membuat kerumunan memberi jalan tanpa sadar karena auranya yang tegas. "Biarkan aku memeriksanya," kata Zhao Xueyan, suaranya dingin namun penuh keyakinan. Wanita muda yang tadi berteriak segera menoleh. "Anda tahu bagaimana mengobatinya?" Zhao Xueyan berlutut di samping pria tua itu dan memeriksa denyut nadinya. "Dia menderita gangguan pada meridian ginjal dan paru-paru. Energinya terblokir, mungkin akibat terlalu lama bekerja di udara dingin tanpa istirahat." Niuniu berdiri di dekatnya, tertegun melihat ketenangan majikannya. "Nona benar-benar tahu apa yang dia lakukan ….” gumamnya, kagum sekaligus terkejut. Dari balik jubahnya, Zhao Xueyan mengeluarkan kotak kecil berisi jarum akupunktur. Dia mulai memasang jarum di titik-titik tertentu pada tubuh pria itu, gerakannya cekatan dan penuh presisi. Setiap jarum yang ditusukkan memancarkan sedikit kilauan cahaya lembut, hasil dari kekuatan spiritualnya. Kerumunan terdiam, menyaksikan dengan mata lebar. Mereka belum pernah melihat teknik seperti ini sebelumnya. Setelah beberapa menit, tubuh pria itu mulai berhenti gemetar. Wajahnya yang tadinya pucat mulai mendapatkan warna, dan napasnya kembali normal. Zhao Xueyan mengeluarkan sebuah botol kecil berisi air spiritual dan menuangkan beberapa tetes ke mulut pria itu. "Air ini akan memulihkan energinya dengan cepat," kata Zhao Xueyan. Kemudian Zhao Xueyan menyerahkan daun tanaman langka kepada wanita muda yang tadi berteriak. "Rebus ini sebagai teh untuknya. Minumkan dua kali sehari selama lima hari.” Pria tua itu membuka matanya perlahan. "Siapa ... siapa Anda? Apakah saya masih hidup?" "Anda sudah aman sekarang. Ingatlah untuk menjaga kesehatan Anda," jawab Zhao Xueyan dingin, berdiri dengan anggun. Wanita muda itu membungkuk dalam-dalam. "Terima kasih, Nona. Anda menyelamatkan ayah saya! Siapa Anda? Bagaimana kami bisa membalas budi ini?" Xueyan menarik cadarnya lebih rapat. "Tidak perlu tahu siapa aku. Gunakan waktumu untuk menjaga keluargamu.” Saat Zhao Xueyan berjalan pergi, kerumunan masih berbisik penuh kekaguman. Beberapa orang memuji tekniknya, sementara yang lain penasaran dengan identitas wanita misterius itu. Niuniu mengikuti di belakang Xueyan, masih tercengang. "Nona, Anda benar-benar luar biasa! Saya tahu Anda pintar, tapi tadi ... itu seperti keajaiban! Bagaimana Anda bisa melakukannya?" Zhao Xueyan menoleh sedikit, tersenyum samar di balik cadarnya. "Niuniu, ilmu medis adalah tentang memahami tubuh dan energi manusia. Ketika kamu memahami itu, tidak ada yang tidak mungkin." Niuniu mengangguk dengan mata berbinar. "Nyonya, saya semakin kagum pada Anda. Anda seperti dewi penyembuh!" Xueyan hanya tertawa kecil dan melanjutkan langkahnya. Meskipun dia telah meninggalkan kehidupan istana, dedikasinya untuk menyelamatkan nyawa tetap menjadi tujuan utamanya di dunia yang baru ini.Setelah kedua bayi kembar itu dibersihkan dan dibedong dengan kain sutra lembut, Zhao Xueyan terlihat berbaring lemah namun wajahnya dipenuhi senyum kebahagiaan. Ratu Bing Qing duduk di samping ranjang, menggendong cucu laki-lakinya dengan hati-hati, menatap wajah mungil itu dengan penuh kasih. “Cucu nenek tampan sekali, benar-benar seperti ayahnya,” gumam Ratu Bing Qing sambil tersenyum haru. Di sisi lain, Kaisar Tian Ming duduk di samping Zhao Xueyan sambil menggendong bayi perempuannya. Tangannya mengusap pelan pipi sang putri yang putih kemerahan itu dengan mata berkaca-kaca. “Putriku, cantik sekali. Benar-benar mirip ibumu.” Saat itu Raja Zhao Yun mendekat, menatap sang cucu perempuan dengan tatapan gemas. Dia lalu menatap Kaisar Tian Ming dengan alis terangkat. “Yang Mulia, izinkan aku menggendong cucuku sebentar,” ujarnya sambil mengulurkan tangan. Namun Kaisar Tian Ming langsung memalingkan tubuhnya, menjauhkan sang putri dari jangkauan Raja Zhao Yun sambil menatapnya den
Sembilan bulan kemudian…Di paviliun Naga, suasana terlihat sangat tegang. Suara jeritan dan napas terengah-engah terdengar memenuhi ruangan. Zhao Xueyan terbaring dengan tubuh penuh peluh, rambutnya menempel di wajah pucatnya. Tangannya mencengkeram erat kain di bawahnya.“Arghhh … ahhh .…” suara Zhao Xueyan parau menahan sakit yang luar biasa.Di samping ranjang, Kaisar Tian Ming memegangi tangan istrinya dengan mata merah menahan tangis. Tangannya yang besar membelai kepala Zhao Xueyan dengan lembut.“Sayang, bertahanlah, sebentar lagi … sebentar lagi bayi kita lahir .…” suara Tian Ming bergetar menahan rasa sakit yang seolah ikut dia rasakan.Zhao Xueyan menatap suaminya dengan mata penuh air mata.“Tian Ming, sakit sekal i… ahhhh .…” jeritnya kembali menggema.Di sisi lain, Tabib Sun dengan sigap memeriksa sambil memberikan aba-aba.“Yang Mulia Permaisuri … tarik napas … lalu dorong! Sekarang!”Zhao Xueyan menarik napas dalam, menahan tangisnya, lalu mengejan sekuat tenaga.Niuni
Sebulan kemudian…Istana kekaisaran Tianyang kembali pada suasana damai dan megah seperti sedia kala. Setelah sekian lama diliputi ketegangan dan intrik kotor, kini suara musik lembut, aroma dupa, dan tawa bahagia terdengar di setiap sudut istana.Hari ini, Kaisar Tian Ming mengadakan perayaan besar-besaran untuk merayakan kehamilan sang istri tercinta, Permaisuri Zhao Xueyan.Terlihat Zhao Xueyan duduk anggun di singgasananya dengan hanfu putih bersulamkan benang emas, perutnya yang mulai membuncit menambah aura keibuannya. Ia tersenyum menatap rakyat dan para pejabat yang datang untuk memberi selamat.Seorang pejabat tua menatap Zhao Xueyan dengan senyum ramah lalu menangkupkan tangan memberi hormat.“Selamat atas kehamilan Yang Mulia Permaisuri, semoga putra atau putri yang lahir kelak membawa kejayaan dan kebahagiaan bagi Kekaisaran Tianyang.”Zhao Xueyan tersenyum lembut sambil membalas hormat dengan anggun. “Terima kasih atas doanya, Menteri Li.”Tak jauh dari sana, Kaisar Tian
Setelah Putri Min Ji beserta keluarganya diseret keluar aula penobatan dengan jeritan histeris, suasana altar kembali hening. Hanya terdengar suara napas berat Ibu Suri Gao yang perlahan melangkah mendekati suaminya.Dengan mata berkaca-kaca, Ibu Suri Gao menatap Kaisar Tian Jing. Tubuhnya bergetar menahan tangis. Kedua tangannya meraih lengan sang suami dengan lembut, seolah takut sentuhannya akan membuat pria itu menghilang lagi.“Suamiku … Jing’er … akhirnya kau kembali,” suaranya serak bergetar penuh kerinduan. “Aku … aku merindukanmu setiap hari. Aku mengira telah kehilanganmu selamanya.”Tapi tatapan Kaisar Tian Jing tidak menunjukkan kehangatan yang diharapkan sang istri. Matanya hanya menatap Ibu Suri Gao dengan sorot dingin yang penuh kekecewaan.Melihat itu, Ibu Suri Gao menelan ludah. Hatinya berdebar tak karuan. Perlahan ia bertanya dengan suara gemetar.“Ada … ada apa, suamiku? Kenapa kau menatapku seperti itu? Kenapa kau menatap istrimu dengan tatapan seperti itu? Apa ke
Saat itu, seluruh aula penobatan terdiam membeku. Hening yang menyesakkan seolah menelan semua suara. Hanya suara napas ketakutan Putri Min Ji yang terdengar pelan.Tiba-tiba, terdengar suara berat yang menua namun tegas memecah keheningan itu.“Benarkah … aku akan mati, Min Ho?”Suara itu bergema pelan namun menusuk ke jantung setiap orang yang mendengarnya.Semua orang menoleh dengan cepat, menatap ke arah sumber suara. Di sudut ruangan, di antara deretan kursi para tamu bangsawan, tampak sosok seorang pria tua dengan pakaian kekaisaran meski telah lusuh. Rambutnya sudah beruban seluruhnya, namun matanya tajam penuh wibawa.Deg! Itu Kaisar Tian Jing.Dia berdiri tegak meski tubuhnya kurus, tatapannya menusuk lurus pada Tuan Min Ho di atas altar.Di sampingnya, berdiri Zhao Xueyan dengan hanfu putih polos dan selendang biru. Wajah Zhao Xueyan tanpa riasan, namun sorot matanya begitu dingin dan tajam. Tatapannya mengarah pada Putri Min Ji dengan tatapan meremehkan yang menusuk.Mulut
Ibu Suri Gao menatap tajam ke arah Tuan Min Ho. Suaranya bergetar menahan amarah dan keterkejutan yang luar biasa.“Apa maksudmu Kaisar Tian Jing akan mati?” suaranya meninggi, matanya menatap tajam. “Suamiku itu sudah lama mangkat! Jangan menyebut-nyebut namanya sembarangan roh beliau akan merasa kau mempermainkan hal ini!”Tuan Min Ho justru tertawa terbahak-bahak. Tawanya terdengar menakutkan di tengah keheningan aula. Semua orang menatapnya dengan kengerian. Putri Min Ji yang terduduk menangis, perlahan menatap ayahnya dengan mata penuh harap.Nyonya Kim Na melangkah mendekat, menatap putrinya dengan senyum menenangkan. Dengan lembut namun tegas, dia membantu Putri Min Ji berdiri sambil berbisik pelan namun terdengar jelas.“Bangunlah, putriku. Kita belum kalah.”Mendengar itu, Putri Min Ji perlahan menghapus air matanya. Matanya yang bengkak kini menatap dengan sinar penuh harap, senyum kecil kembali muncul di wajahnya.Tuan Min Ho menatap lurus pada Ibu Suri Gao. Tatapan matanya