Share

Enam

"Kamila, aku sudah menikah. Alena adalah wanita pilihanku. Tolong, mengertilah!" Pram berkata pelan.

"Tapi aku yang lebih dulu mencintaimu, Pram!" tukas Kamila. Kau juga mencintaiku, bukan? Kalau tidak, untuk apa kau jadikan aku kekasihmu?" lanjut Kamila.

"Itu dulu, beberapa tahun yang lalu saat kita masih berseragam putih abu, Mila."

"Apa bedanya dengan sekarang? Perasaanku tak berubah, meski kau memutuskan aku secara sepihak. Perlu kau tahu, dalam hidupku aku selalu mendapatkan apapun yang aku mau!" Kamila menatap tajam mata Pram.

Pram memejamkan matanya dan menarik napas dalam lalu menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi.

"Aku tak melarangmu untuk terus mencintaiku. Aku menghargai perasaanmu. Tapi Mila, sebesar apapun usahamu untuk membuatku kembali padamu, itu tak mungkin. Aku sudah beristri!"

"Aku bisa menjadi istri kedua," tukas Kamila cepat.

"Tidak! Kau jangan gila, Kamila! Alena adalah istri pertama dan terakhirku. Aku sangat mencintainya. Jangan pernah kau usik rumah tanggaku!" sahut Pram tegas.

"Istrimu cantik. Seleramu bagus dari dulu. Tapi Pram, ingat baik-baik, ya! Aku tak akan berhenti menemuimu. Ibumu sangat menyayangi aku, setiap aku berkunjung ke rumahmu, beliau selalu menyambutku dengan ramah. Kali ini, meski istrimu adalah permaisuri di rumahmu, bukan penghalang bagiku untuk datang ke sana!" Kamila tersenyum tenang pada Pram.

Pram memandang Kamila tanpa kata. Ia sudah kehabisan cara menghindar dari Kamila. Bahkan ketika ia sudah menikah, Kamila tetap tak berubah, tak pernah mundur untuk mendapatkan kembali Pramudya.

***

Alena berjalan di koridor yang menuju kamarnya di lantai dua namun mendadak Diwali muncul di persimpangan koridor.

"Halo," sapa Diwali sambil menyandarkan tubuhnya ke dinding.

"Lho, tidak kerja?" tanya Alena.

"Aku yang punya perusahaan jadi suka-suka aku mau kerja atau tidak," jawab Diwali enteng.

Alena kembali berjalan hendak menuju kamarnya.

"Eit, tunggu dulu, kakak iparku yang cantik!" Diwali mencegat langkah Alena. Ia menyusuri tubuh Alena dengan tatapannya lalu bersiul.

"Wow, beruntung sekali kakakku mendapatkan istri sepertimu! Andai kau bertemu denganku sebelum Pram, aku yakin, aku yang akan lebih dulu berkencan denganmu." Diwali mengelus-elus janggut tipis di dagunya.

Alena tersenyum. "Andai aku bertemu denganmu sebelum Pram, apa kau yakin akan bisa meluluhkan hatiku seperti Pram?"

"Kau belum tahu siapa aku!" sahut Diwali.

Alena mengedikkan bahu. "Tuan Muda Kedua anak Tuan Adiwiguna yang hobinya bermalas-malasan dan menghambur-hamburkan uang."

"Aku rela menghamburkan uang berapapun untuk bisa berkencan denganmu," sahut Diwali.

"Seberapa besar?" tantang Alena.

"Sebesar maumu!"

Alena tampak berpikir lalu tersenyum dengan dagu yang semakin terangkat.

"Mari kita berkencan tanpa sepengetahuan Pram." Suara Diwali nyaris berbisik.

"Mas!" Puri tiba-tiba muncul di antara mereka. Diwali terkejut dan salah tingkah, ia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Kau ini kenapa, sih? Senang sekali mengganggu kesenangan suami?" Diwali tampak tak suka.

"Ingat Mawar, ingat aku, Mas! Apa pantas kau menggoda istri kakakmu sendiri?" Napas Puri memburu.

"Silahkan diselesaikan urusan kalian. Dah! Alena melambai pada Diwali.

Puri segera menyeret Diwali untuk menjauh dari sana. Mau tak mau Diwali menurut. Tak lupa ia kembali menengok ke belakang melihat Alena. Alena pun memberinya kedipan mata dan salam tiga jari.

"Puri, lepaskan! Apa-apaan kau ini?" Diwali berusaha melepaskan diri dari cengkeraman tangan Puri di lengannya.

"Kau kurang ajar, Mas! Bisa-bisanya menggoda kakak iparmu sendiri di rumah ini?" Puri menahan sesak di dada.

"Sudah, jangan terlalu didramatisir. Aku hanya menyapa Alena. Apa aku salah?" elak Diwali.

Aku tahu dari sejak kau bersembunyi demi untuk mencegat Alena. Aku tahu apa yang kau bicarakan dengannya. Akan aku adukan pada Kak Pram!" ancam Puri sambil berlalu dengan isak tangis.

"Puri, kau jangan macam-macam, ya!" Diwali mengejar Puri namun Puri telah menghilang di ujung koridor menuju kamar Nyonya Sekar.

"Ah, sial! Mau apa dia ke kamar Mama?" Diwali berhenti mengejar Puri.

Sementara itu di bawah tangga, Tuti sempat mendengar percakapan antara Diwali dan Puri. Tuti mesem-mesem penuh kemenangan. Ia bergegas menuju dapur.

"Gosip today, gosip today!" teriak Tuti kepada semua orang yang ada di dapur. Serentak semua menghentikan aktivitasnya kecuali Pak Diman.

"Apa, Tut? Apa?" Murni dan Ani tampak sangat antusias.

"Jadi tadi ceritanya aku menguping pertengkaran nyonya muda mantan kawan kita dengan suaminya," jawab Tuti bersemangat.

"Kenapa mereka bertengkar?" tanya Murni tak sabar.

"Sepertinya Tuan Diwali menggoda istrinya Tuan Pram dan mantan kawan kita yang baik hati memergokinya. Alhasil dia sakit hati lalu menangis bagai tersayat sembilu, oh!" Tuti mengusap-usap dadanya pura-pura bersedih.

Murni dan Ani cekikikan. "Ternyata kecantikan mantan kawan kita tak berhasil mengubah kebiasaan buruk Tuan Diwali yang senang menggoda perempuan, ya!" timpal Ani.

"Hush, kalian ini! Senang sekali bergosip. Jangan suka menjelek-jelekkan majikan kita. Tidak baik. Ayo, lanjutkan pekerjaan kalian!" Pak Diman menghentikan acara gosip Tuti dan kawan-kawan.

"Kita bukan sedang bergosip tapi sedang membicarakan fakta. Fakta, Pak Diman!" tukas Murni.

"Tapi tetap saja tidak baik. Sudah, sudah! Ani, ayo lekas lanjutkan membuat jus wortel untuk Nyonya Sekar!" perintah Pak Diman.

Akhirnya ketiga asisten rumah tangga itu mengikuti perintah Pak Diman. Namun tetap saja mereka tak menghentikan kasak-kusuk menarik tentang topik hangat saat itu.

Keesokkan harinya, Puri menemui Alena. Ia mencegat Alena ketika sedang menuruni tangga.

"Alena, jangan pernah macam-macam dengan suamiku!" ancam Puri dengan wajah yang sangat menyeramkan menurut Alena.

"Aku? Macam-macam dengan suamimu? Apa tidak terbalik?" sahut Alena santai.

"Jangan pernah meladeni apapun keinginan Mas Diwali!"

Alena menaikkan kedua alisnya. "Dengar adik iparku yang cantik! Urus saja suamimu dengan baik. Jangan mengkhawatirkan aku. Yang perlu kau perhatikan itu harusnya suamimu," sahut Alena lembut. "Oh, aku kakak Iparmu. Panggil aku Kakak, lebih terdengar enak di telinga!" Alena berlalu dengan santai dan tak mempedulikan Puri yang semakin menahan amarahnya yang membuncah.

Murni menyaksikan percakapan kecil Puri dan Alena dari bawah tangga. Ia tersenyum senang melihat Puri diliputi amarah dan kecemasan.

Rupanya memang benar, nyonya muda mantan kawanku sedang mengkhawatirkan suaminya. Ia takut Tuan Diwali tergoda oleh Nyonya Pram. Murni terkikik geli.

***

Liana sedang mematut dirinya di depan cermin. Rita duduk di tepi tempat tidurnya memilah-milah tumpukkan baju milik Liana.

"Kenapa bajumu modelnya kaus semua? Hanya beda warna dan ukuran. Celanamu juga hanya jeans saja. Kau tidak punya tank top atau hotpants?" ujar Rita.

Liana menoleh. Aku risih pakai baju yang terbuka seperti itu, Kak!" jawab Liana.

"Lalu kenapa kau bingung memilih baju untuk ikut casting sinetron terbaru Sutradara Rakesh Punjabi? Pakai saja salah satu koleksi kausmu ini," ucap Rita.

"Pinjam bajumu, Kak!" pinta Liana.

"Kau mau pakai baju lengan pendek dan rok di atas lutut? Banyak koleksiku, yuk!"

"Ih, aku tak mau, ah! Ya, sudah. Aku pakai kaus oblong saja lagi. Sudah telat ini." Liana lekas mengganti kaus warna kuning dengan kaus warna merah muda. "Jangan bilang Mama aku ikut casting hari ini, ya!" lanjut Liana.

"Tenang saja. Imbalannya audisimu harus sukses, ya!" Rita menjentikkan jarinya.

Liana mengangguk mantap.

"Kenapa tak pakai riasan wajah? Mau aku dandani?" tawar Rita.

"Aku gerah kalau memakai riasan. Wajahku mudah sekali berkeringat. Nanti kalau aku lap pakai saputangan, bisa acak-acakkan riasanku." Liana tertawa kecil.

"Tanpa riasan, kau sudah sangat cantik, Li!" puji Rita tulus.

"Anaknya Mami Inggrid!" Liana menepuk dada dan mengedipkan sebelah mata.

"Tapi, Kak. Apa alasan aku pergi dari rumah?"

"Bilang saja kau main ke kafe siapa itu kafe kawanmu yang baru itu atau bilang saja main ke rumah kawan."

"Bohong sama Mama, aku takut gagal castingnya, Kak." Liana kebingungan.

"Katanya sudah telat tapi masih kebingungan. Sudahlah, tak apa-apa bohong sedikit demi menggapai mimpi. Toh, kau bukan hendak macam-macam di luar sana, kan? Ayo, berangkat. Nanti makin telat!"

"Oke, baiklah!" Liana segera melesat pergi keluar dari kamar.

Rita menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah Liana. Ia pun segera menyusul Liana keluar kamar.

***

Di lobi sebuah hotel, Alena tampak sedang minum kopi bersama dengan sahabatnya. Raisa dan Gina.

"Lena, akhirnya pemilik PT. Adiwiguna Plast memilihmu menjadi permaisurinya. Kau tahu, kakakku gencar sekali mengejar cinta Pramudya Adiwiguna," ucap Raisa. "Tapi laki-laki sedingin es itu tak bergeming sedikitpun," lanjut Raisa.

"Siapa kakakmu?" tanya Alena.

"Kamila. Ia bilang, Pramudya itu cinta pertamanya di SMU dan yang aku dengar, Ibunya Pram sempat ingin menjodohkan kakakku dengan Pram. Tapi, entahlah. Memang Pram itu lelaki sedingin es. Kecantikan Kamila tak berhasil meluluhkan hatinya," jelas Raisa.

"Artis baru kita Anggita Peneloppe juga menurut gosip sedang mengincar suamimu itu. Hati-hati, Lena. Kehidupan suamimu banyak dikelilingi perempuan cantik," timpal Gina.

"Anggita Peneloppe? Pemain film "Katakan Sayang" yang meniti karir dari Selebgram itu?" tanya Alena.

Gina manggut-manggut. "Kau tidak tahu? Berapa lama kau pacaran dengan Pram?" tanya Gina.

"Empat bulan saja dan di bulan kedua Pram mengajakku menikah," sahut Alena.

"Raisa, sedang apa kau di sini?" Kamila tiba-tiba sudah ada di antara Alena dan yang lainnya.

"Kau yang sedang apa di sini? Kau lihat sendiri aku sedang mengobrol dengan mereka," sahut Raisa.

"Kenalkan semua, ini kakakku, Kamila Rheinardi. Pewaris utama Rheins Corporation." Raisa mengenalkan Kamila pada Alena dan Gina. "Ini Gina, kawan semasa kuliahku dan ini Alena, istri Pramudya Adiwiguna," lanjut Raisa.

"Alena Pramudya," salam Alena tetap dengan gayanya yang elegant, santai dan dengan ciri khasnya, dagu yang sedikit terangkat.

"Kamila Rheinardi," sahut Kamila akhirnya ia bersalaman dengan istri Pramudya Adiwiguna.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status