Share

*Tawaran Kerja*

Laras sedang menyelesaikan pekerjaannya di meja resepsionis saat sebuah amplop bersegel muncul di depan matanya. Ketika dia menengadah, dia melihat Alden, Presdir perusahaan, dengan tampilan formal namun ada senyuman tipis di bibirnya.

"Laras, mohon luangkan waktu Anda sebentar," kata Alden dengan suaranya yang khas, dalam dan tegas.

Mereka berjalan menuju kantor Alden yang mewah, dengan pemandangan kota yang memukau dari lantai tinggi. Setelah mereka duduk, Alden membuka percakapan, "Saya telah mengamati pekerjaan Anda selama beberapa waktu. Anda efisien, cerdas, dan memiliki dedikasi. Saya membutuhkan seseorang dengan kualitas Anda untuk menjadi sekretaris pribadi saya."

Laras terkejut. "Saya merasa terhormat, Tuan Alden, tetapi apakah saya memenuhi syarat untuk posisi tersebut?"

Alden tersenyum, "Itulah sebabnya saya menawarkannya kepada Anda. Saya yakin Anda bisa menghadapinya."

Laras merenung sejenak. "Ini adalah tanggung jawab besar, dan jujur saya merasa sedikit cemas."

"Mungkin ini berbeda dari apa yang Anda lakukan sekarang," jawab Alden, "tapi saya percaya Anda dapat beradaptasi. Saya akan memastikan Anda mendapatkan pelatihan yang diperlukan. Pertanyaannya adalah, apakah Anda mau menerima tantangan ini?"

Laras merasa dilema. Di satu sisi, ini adalah kesempatan emas untuk meningkatkan karirnya. Di sisi lain, dia tahu bahwa bekerja langsung di bawah Alden akan memerlukan komitmen, dedikasi, dan kerja keras ekstra.

"Saya membutuhkan waktu untuk berpikir," bisik Laras.

"Of course," Alden mengangguk, "ambil waktu yang Anda butuhkan."

Sepulang kerja, Laras menghubungi sahabatnya, Sari, untuk mendapatkan masukan. Mereka duduk di kafe favorit mereka, dengan secangkir kopi panas di tangan.

"Kau serius? Ini adalah kesempatan yang tidak boleh dilewatkan, Lar!" seru Sari.

"Tapi itu Alden, Sari. Dia dikenal keras dan menuntut. Apa aku bisa menghadapinya?" Laras menggigit bibirnya.

Sari menatapnya tajam, "Laras, ini bukan tentang Alden. Ini tentangmu. Kamu tahu kemampuanmu. Jangan biarkan ketakutan menghentikanmu."

Laras menghela napas, "Aku hanya takut akan kehilangan keseimbangan hidupku."

"Kehidupan itu tentang mengambil risiko. Dan kamu tidak pernah tahu sampai kamu mencobanya," kata Sari, memberikan dukungan.

Malam itu, Laras bergulat dengan pikirannya. Dia memikirkan keuntungan dan kerugiannya, potensi pertumbuhan dan tantangan yang mungkin dihadapinya. Akhirnya, dengan keputusan yang mantap, dia memutuskan untuk menerima tawaran Alden.

Keesokan harinya, dia mengetuk pintu kantor Alden, "Tuan Alden, saya menerima tawaran Anda."

Alden tersenyum lebar, "Saya tahu Anda akan membuat keputusan yang tepat. Selamat datang di tim saya, Laras."

Mereka berjabat tangan, menandai awal babak baru dalam karir Laras. Tetapi apa yang dia tidak tahu adalah bahwa keputusannya ini akan membawanya ke dalam roller-coaster emosi dan pengalaman yang dia tidak pernah bayangkan sebelumnya.

Setelah itu, Laras diberikan kesempatan untuk beradaptasi dengan lingkungan kerja barunya. Dia diperkenalkan kepada tim Alden, sebuah grup profesional yang telah lama bekerja bersama Alden dan memahami dinamika kerjanya. Setiap orang memiliki peran spesifik, dan Laras harus cepat memahami tanggung jawab barunya.

Saat makan siang, sebuah kolega baru, Rizal, mengajaknya duduk bersama. "Saya tahu mungkin sedikit menakutkan di awal, tetapi Anda akan terbiasa," kata Rizal dengan senyuman ramah.

"Saya berharap demikian," Laras membalas, "Saya hanya ingin melakukan yang terbaik dan tidak mengecewakan Alden."

Rizal tertawa, "Kami semua merasa begitu di awal. Tetapi kunci utamanya adalah komunikasi. Jika Anda merasa tidak yakin atau memerlukan bantuan, bicarakan. Alden mungkin tampak tegas, tetapi dia selalu mendengar."

Pesan tersebut menenangkan Laras. Dia mulai merasa sedikit lebih nyaman dengan keputusannya. Namun, saat berjalan pulang, pikirannya kembali melayang ke Alden. Tidak hanya bekerja dengannya, tetapi juga dinamika pribadi yang mungkin terjadi. Sebagai pribadi yang tenang dan tertutup, Laras merasa khawatir tentang potensi konflik atau kesalahpahaman.

Namun, dia memutuskan untuk fokus pada pekerjaan dan memastikan dia memberikan yang terbaik setiap hari. Ini adalah awal dari sebuah petualangan yang belum pernah dia alami sebelumnya.

Seiring berjalannya waktu, rasa ketidakpastian dalam hati Laras mulai berubah menjadi rasa percaya diri dan antusiasme.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status