Share

Bab 30

Author: Zayba Almira
last update Last Updated: 2025-02-10 16:20:17

Pagi itu, Clara merasakan ketegangan yang lebih kuat dari sebelumnya. Setelah malam yang panjang dan penuh diskusi dengan Kieran, mereka akhirnya memutuskan untuk bertemu dengan para investor.

Setiap detik terasa begitu berharga, dan dengan setiap langkah yang mereka ambil menuju ruang pertemuan, Clara merasa berat di dadanya.

Pintu besar ruang pertemuan terbuka, dan di dalamnya sudah menunggu lima investor besar yang telah memberi mereka pendanaan sejak awal.

Para wajah yang sudah tidak asing lagi, namun hari ini ada perasaan yang berbeda di antara mereka.

Ada sesuatu yang tertahan di udara—sesuatu yang tidak bisa mereka ungkapkan secara langsung, tetapi bisa dirasakan oleh setiap orang di ruangan itu.

Kieran masuk pertama, dengan tatapan penuh tekad. Clara mengikuti di belakangnya, dengan napas yang tertahan.

Mereka sudah membicarakan banyak hal, merencanakan langkah mereka, tetapi kini mereka harus berhadapan langsung dengan kenyataan. Apakah para investor akan me
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 31

    Hari-hari setelah pertemuan dengan para investor terasa seperti serpihan waktu yang terbuang, namun tetap mengikat. Clara dan Kieran tahu bahwa mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk mengumpulkan bukti yang dibutuhkan, serta meyakinkan pihak ketiga tentang kelayakan proyek ekspansi mereka. Setelah semua upaya dan perencanaan yang telah dilakukan, saat ini mereka berada di ambang keberhasilan—atau kegagalan total. Pagi itu, Clara berdiri di balkon ruang kerjanya, menatap langit yang kelabu. Udara musim semi terasa agak dingin, namun matanya tak bisa teralihkan dari layar ponsel yang menampilkan rangkaian email yang masuk. Setiap kali pesan baru muncul, hatinya berdebar lebih cepat. Semua berisi informasi yang sangat penting. Perusahaan pihak ketiga yang akan membantu mereka memberikan proyeksi pasar—sesuatu yang sangat diperlukan untuk menjamin kelanjutan pendanaan—seharusnya memberi jawaban sore ini. Clara menarik napas panjang. Hatinya penuh kecemasan, namun j

    Last Updated : 2025-02-11
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 32

    Pagi itu, Clara merasakan jantungnya berdebar lebih cepat dari biasanya. Semua yang mereka kerjakan, semua perjuangan yang telah mereka lakukan, tiba-tiba terasa semakin berat. Waktu mereka semakin terbatas, dan para investor semakin mendesak untuk melihat lebih banyak bukti konkret yang bisa membuktikan bahwa ekspansi perusahaan ini adalah keputusan yang tepat. Clara duduk di mejanya, memandang layar laptop dengan tatapan kosong. Laporan yang mereka terima dari pihak ketiga memang memberikan proyeksi yang baik, tetapi itu belum cukup untuk meyakinkan investor. Mereka ingin lebih. Mereka ingin jaminan yang lebih pasti. Kieran duduk di meja sebelahnya, matanya terpaku pada ponselnya, mengatur jadwal untuk pertemuan dengan perusahaan-perusahaan yang bisa menjadi bagian dari ekspansi mereka. Ada beban yang begitu besar di pundaknya, dan Clara tahu betul betapa Kieran berjuang untuk mempertahankan semuanya. Namun, semakin lama, semakin jelas bahwa jalan yang mereka pil

    Last Updated : 2025-02-11
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 33

    Setelah pertemuan yang cukup menegangkan dengan pihak ketiga, Clara dan Kieran kembali ke kantor mereka dengan penuh semangat baru. Meskipun ketegangan masih tergambar jelas di wajah mereka, ada secercah harapan yang mulai muncul. Data yang mereka dapatkan bukan hanya berpotensi meyakinkan investor, tetapi juga membuka peluang baru untuk ekspansi yang lebih besar lagi. Namun, saat Clara dan Kieran memulai hari mereka, mereka tahu bahwa tantangan besar masih menanti. Perjuangan ini belum berakhir, dan mereka harus menyiapkan segalanya dengan sempurna. Keduanya masih merasa cemas, tetapi rasa percaya diri yang baru muncul di antara mereka berdua. Setidaknya mereka tahu bahwa mereka memiliki satu kesempatan lagi untuk meyakinkan para investor. “Clara, apakah kita siap?” tanya Kieran, suara sedikit tegang, namun dengan harapan yang menyertai. “Besok adalah

    Last Updated : 2025-02-12
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 34

    Hari itu terasa sangat panjang. Clara menatap layar laptopnya dengan penuh kelelahan, matanya kabur dari lelah yang menggerogoti. Setelah pertemuan dengan investor yang menegangkan itu, ia tak bisa berhenti berpikir tentang apa yang terjadi. Setiap detik yang berlalu membuatnya semakin cemas. Mereka sudah memberikan yang terbaik, tetapi apakah itu cukup? Rasa khawatir masih mengendap di hatinya, seolah menunggu keputusan yang akan datang seperti bayangan gelap yang sulit dihindari.Di ruang rapat, Kieran duduk dengan tangan saling bertaut di meja, menatap layar ponselnya. Sambil sesekali mengalihkan pandangannya ke arah Clara, ia mencoba untuk menahan gelombang emosinya. Meski luarannya tenang, di dalam hatinya ada keraguan yang menggelayuti.Dua hari telah berlalu sejak pertemuan itu, dan mereka masih menunggu hasilnya. Clara bisa merasakan tekanan yang semakin meningkat di sekitarnya. Kieran pun tid

    Last Updated : 2025-02-12
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 35

    Pagi itu, suasana di kantor terasa lebih tegang dari biasanya. Setiap sudut ruang rapat seakan dipenuhi dengan ketegangan yang semakin mengental. Clara duduk di ruang tunggu dengan tangan yang dingin, matanya menatap ponsel yang tergeletak di meja di depannya. Dia sudah menerima pesan dari Kieran yang mengatakan bahwa pertemuan itu akan dimulai dalam beberapa menit lagi, dan sekarang dia hanya bisa menunggu. Terkadang, menunggu adalah hal yang paling menyiksa. Setiap detik yang berlalu terasa seperti jam yang berat. Clara merasa otaknya bekerja lebih keras dari biasanya, mencoba mencari solusi atas berbagai kemungkinan yang bisa terjadi. Namun, seperti yang sudah dia ketahui, tidak ada yang bisa dipersiapkan sepenuhnya. Hanya satu hal yang pasti: keputusan yang akan diambil hari ini akan menentukan segalanya. Pintu ruang tunggu terbuka, dan Kieran masuk dengan langkah cepat.

    Last Updated : 2025-02-13
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 36

    Minggu itu terasa seperti satu bulan penuh bagi Clara. Setiap detik yang berlalu, setiap jam yang mengalir, ia merasa seolah-olah waktu berlarian begitu cepat, namun tetap membiarkan ketegangan merayapi setiap sudut dirinya. Semua yang telah mereka perjuangkan, semua harapan yang ditanamkan, kini tergantung pada keputusan yang belum datang. Sejak pertemuan mereka dengan para investor beberapa hari lalu, Clara dan Kieran tidak berbicara banyak. Meskipun keduanya berusaha untuk tetap tenang, jelas terlihat dari bahasa tubuh mereka bahwa perasaan mereka terguncang. Keputusan itu akan datang, tapi kapan? Hanya waktu yang bisa memberi tahu. Clara duduk di meja kerjanya dengan segelas kopi yang sudah lama dingin. Matanya menatap layar laptop yang menampilkan tumpukan email dan laporan yang menunggu untuk diselesaikan. Namun, pikirannya entah mengapa tak bisa fokus.

    Last Updated : 2025-02-13
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 37

    Clara menatap Kieran dengan tatapan kosong. Ketika pria itu membaca pesan dari investor, seakan dunia berhenti berputar. Ada ketegangan di udara, begitu nyata hingga bisa dirasakan oleh keduanya.Ponsel di tangan Kieran bergetar lagi. Clara hanya bisa melihat bagaimana Kieran menatap layar dengan ekspresi yang sulit terbaca. Seluruh suasana kafe yang sibuk terasa sangat jauh. Hanya ada mereka berdua dan keputusan yang menggantung di udara.“Apa... apa yang mereka katakan?” tanya Clara dengan suara yang hampir tidak terdengar. Tangannya yang dingin, tiba-tiba terasa semakin gemetar.Kieran memandangnya dalam diam, seolah memilih kata-kata yang tepat. Sesaat ia terdiam, berusaha mencerna apa yang baru saja ia baca. Kemudian, ia menunduk dan menarik napas panjang. “Mereka menerima proposal kita,” kata Kieran, dengan nada yang lebih rendah dari yang Clara harapkan.Clara tertegun, meresapi kata-kata itu. “Jadi…

    Last Updated : 2025-02-14
  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 38

    Hari-hari setelah keputusan investor datang terasa bagaikan berlari tanpa henti. Setiap detik yang berlalu seolah penuh dengan tekanan yang semakin terasa. Clara dan Kieran, meskipun tahu bahwa mereka sudah berhasil melewati ujian besar itu, kini terjebak dalam pergulatan baru: bagaimana mereka bisa bertahan dalam tekanan yang semakin besar.Mereka kembali ke kantor dengan semangat yang baru, meski ada rasa cemas yang sulit dihilangkan. Para investor memang setuju dengan proposal mereka, namun ada banyak aspek yang perlu dipertimbangkan lebih matang. Perubahan besar pada struktur perusahaan harus segera dilakukan, dan itu akan mempengaruhi hampir seluruh tim.Clara duduk di meja kerjanya, menatap layar komputer dengan tumpukan laporan yang belum selesai. Namun, pikirannya tidak bisa sepenuhnya terfokus pada pekerjaan. Semenjak keputusan besar itu, ia merasa seolah-olah ada sesuatu yang hilang. Kekecewaan d

    Last Updated : 2025-02-14

Latest chapter

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 204

    Pagi itu, langit bersih tak berawan. Clara berdiri di depan cermin, merapikan rambutnya dengan jepit bunga kecil yang pernah diberikan Luna. Gaun putih polos yang ia kenakan melambai pelan tertiup angin dari jendela yang terbuka. Di luar, terdengar suara tawa anak-anak dan gesekan sapu dari halaman.Kieran muncul di ambang pintu, mengenakan kemeja linen abu-abu dan celana panjang krem. Wajahnya teduh, matanya tak lepas dari sosok istrinya.“Kau masih secantik hari pertama kita bertemu,” ucapnya.Clara berbalik dan tersenyum. “Dan kau masih pandai membuatku lupa bagaimana caranya merasa takut.”Hari itu bukan hari biasa.Hari itu, mereka akan meninggalkan sesuatu yang lebih besar dari rumah pesisir mereka: sebuah nama, sebuah harapan, sebuah warisan.1. Simposium PerdamaianTenda besar didirikan di lapangan terbuka, tak jauh dari rumah mereka. Bangku-bangku kayu disusun rapi, dihiasi bunga kering dan anyaman daun.Orang-orang dari berbagai komunitas netral datang: dari barat yang pern

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 203

    Fajar menyelinap di sela tirai linen, menorehkan cahaya emas ke dinding rumah kayu mereka. Clara sudah terjaga, duduk di meja kecil menghadap jendela, menggambar dengan pensil arang di buku sketsanya. Di halamannya, tergambar wajah Luna yang sedang tertawa sambil memeluk tanaman rosemary.“Sudah pagi?” suara Kieran serak dari belakang.“Sudah,” jawab Clara tanpa menoleh. “Dan aku tak ingin melewatkan satu pun pagi bersamamu.”Ia menutup buku sketsa pelan. “Kita pernah hidup dalam hari-hari yang penuh bahaya. Tapi sekarang, setiap pagi seperti surat cinta dari semesta.”Kieran menarik kursi dan duduk di sampingnya. Ia mengambil tangan Clara dan mengecupnya dengan tenang.“Dan surat itu,” bisiknya, “kutulis ulang setiap hari... dalam detak jantungku.”1. Panggilan dari KotaDi tengah kesederhanaan itu, Aretha muncul dalam bentuk hologram kecil di ruang tamu.“Ada komunikasi dari Pusat Penyelaras Sipil. Mereka ingin mengundang Tuan dan Nyonya untuk berbicara dalam simposium tentang rek

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 202

    Langit di atas rumah pesisir itu bersih tak berawan, hanya sapuan tipis putih awan yang mengambang seperti mimpi yang tak ingin pergi. Clara berdiri di tepi tebing kecil yang menghadap langsung ke laut lepas, mengenakan gaun linen putih yang berkibar lembut ditiup angin. Di tangannya sebuah surat tua yang mulai menguning, ditulis tangan oleh Ayla—teman mereka yang telah pergi, namun meninggalkan warisan kenangan yang tak ternilai.“Dia menulisnya dua hari sebelum pengkhianatan terakhir di pusat markas,” ucap Kieran, yang berdiri beberapa langkah di belakangnya, membawa dua cangkir teh jahe hangat.Clara menoleh, menerima cangkirnya, dan tersenyum tipis. “Isi surat ini bukan sekadar perpisahan. Ini... seperti mandat untuk kita melanjutkan sesuatu.”Mereka duduk di bangku kayu yang menghadap laut, tempat favorit mereka setiap pagi. Angin membawa aroma garam, suara debur ombak, dan kicau burung camar—simfoni kehidupan baru yang jauh dari suara ledakan dan sandi-sandi perang.1. Rencan

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 201

    Mentari pagi menyembul perlahan dari balik bukit, membasuh langit dengan semburat keemasan. Clara membuka jendela besar di rumah pesisir yang mereka bangun bersama—sebuah rumah kecil bercat putih dengan atap biru laut, menghadap langsung ke samudra yang berkilauan.Angin membawa harum garam dan bunyi debur ombak ke dalam ruangan, membelai rambutnya yang tergerai. Kieran muncul dari belakang, mengenakan sweater tipis, lalu melingkarkan kedua lengannya ke pinggang Clara.“Tempat ini seperti mimpi,” bisik Clara.“Bukan mimpi lagi,” sahut Kieran pelan. “Ini kenyataan yang kita bangun sendiri.”1. Hari Tanpa TugasUntuk pertama kalinya sejak sekian lama, mereka tidak diburu jadwal, tidak ada sistem yang harus diperbaiki, tidak ada kode berbahaya yang perlu dibongkar. Hanya mereka berdua, dan waktu yang terasa melambat.Kieran membuatkan sarapan: roti panggang, telur mata sapi, dan teh herbal yang dulu biasa mereka minum di tengah operasi markas. Clara tertawa kecil saat Kieran berjuang

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 200

    Keterang hijau dawn lampu kota memudar perlahan ketika Clara dan Kieran menutup pintu ruang komando untuk malam terakhir mereka. Dua raga yang lelah, dua hati yang penuh luka—namun juga dua jiwa yang tumbuh lebih kuat oleh cinta dan persatuan.Mereka berjalan bergandengan menuju balkon atap, tempat bintang dan langit pagi menyambut. Aroma kopi hangat dan uap hujan semalam masih terasa, menambah kesyahduan momen."Kita berhasil," ucap Clara pelan, menatap wajah Kieran yang terpantul oleh kilau lampu jalan."Ya," jawab Kieran sambil membelai rambut Clara. "Ini hari terakhir konflik besar yang kita hadapi bersama. Sekarang kita punya kehidupan baru."1. Lambang Cincin Batu LautClara mengeluarkan kotak kecil berisi sepasang cincin sederhana: cincin Kieran terukir peta pulau tempat mereka berbulan madu, cincin Clara berhiaskan kelopak bunga liar yang mereka kumpulkan di dermaga malam itu."Ini lambang kisah kita," Clara berkata sambil menyematkan cincin pada jari Kieran. "Petualangan, ba

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 199

    Senja malam merayap cepat di cakrawala ketika Kieran, Clara, dan Samantha kembali ke ruang komando. Peta tiga dimensi Veritas terpancar di layar hologram—jalur pelayaran, lokasi gudang distribusi, dan rute pengiriman vektor biologis. Aretha mengatur status pra-serangan."Data Samantha sangat akurat," ucap Clara sambil menunjuk titik koordinat pelabuhan gelap. "Jika kita potong jalur itu, kita hentikan penyebaran sebelum dimulai."Kieran memekikkan jempol. "Kita butuh tim laut dan tim darat bekerja serentak. Clara, kamu dan Samantha tangani tanah: infiltrasi gudang distribusi. Aku pimpin tim laut ke kapal yang akan dipakai Veritas."Samantha menarik napas dalam. "Aku akan bawa logistik. Aku tahu rutenya—dari gudang mereka ke kapal selam kecil yang tersembunyi di Teluk Barat."1. Persiapan Dua FronDua tim bergerak:Tim Darat (Clara & Samantha): Menyusup ke gudang tersembunyi di pelabuhan tua, mengambil sample vektor, dan menanam perangkat remote dieback.Tim Laut (Kieran): Mengikuti

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 198

    Bayang malam masih menempel di kaca jendela, tetapi di hati Clara dan Kieran, ada kilatan cahaya baru yang menuntun mereka melewati lorong gelap. Setelah ujian kepercayaan dengan Arion, dua insan ini memerlukan waktu untuk sekadar berdua—melepaskan beban dan mengingat kembali janji yang pernah mereka ukir.1. Senandung Hening di BalkonMereka kembali ke balkon markas, memandangi kota yang gemerlap oleh lampu. Angin malam menyapu pelan—seperti menggoda daun-daun malu untuk menari.Clara menggenggam secangkir cokelat hangat, nafasnya mengepul di udara dingin. Kieran duduk di sampingnya, merangkul bahu Clara dengan lembut. “Aku tahu malam ini berat,” bisiknya. “Tapi aku senang kau di sini bersamaku.”Clara menoleh, tersenyum kecil di balik kerlip lampu kota. “Aku juga. Rasanya, untuk pertama kalinya sejak lama, aku merasa kita tidak sendirian dalam pertarungan ini.”2. Jejak Pelukan di Tengah KekalutanKieran meraih tangan Clara—sentuhan yang sederhana, namun penuh makna. “Clara,” ka

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 197

    Setelah ledakan bawah laut menghancurkan terowongan Genesis dan paket data palsu mengguncang Nexus, Kieran dan Clara kembali ke markas. Namun suasana di ruang komando terasa berbeda—tegang, penuh tatapan curiga. Clara menatap layar besar di dinding yang menampilkan alur operasi. Lampu-lampu hijau yang sebelumnya menandai keberhasilan, kini beberapa berkedip merah. Aretha tiba-tiba bersuara: > “Terdeteksi manipulasi data internal. Jejak akses terakhir oleh user Arion. Hasil autentikasi: user terverifikasi sebagai bagian tim inti Anda.” Kieran menahan napas. Arion—nama itu milik letnan lapangan yang selama ini paling setia. Ia menoleh ke Clara, mata mereka bertemu penuh kecemasan. “Arion?” gumam Clara. “Dia tidak mungkin…” Mereka segera menyusuri jejak digital. Aretha memproyeksikan peta pola jaringan: Arion mengirim sinyal enkripsi kuat ke server Veritas tepat setelah mereka menutup tambang Genesis. Lebih mengejutkan, ia mencabut modul komunikasi tim, memotong akses drone peny

  • Di Balik Kantor CEO: Cinta yang Tak Terucapkan   Bab 196

    Fajar menyingsing perlahan ketika Kieran dan Clara tiba di markas rahasia mereka, membawa Sierra yang masih terguncang. Di lorong berpendar lampu putih, mereka berjalan serempak menuju ruang interogasi kecil—meja logam, tiga kursi, dan satu kursi roda.Clara membuka borgol Sierra dengan hati-hati. Sierra menatap kelelahan, matanya merah, bibirnya retak. Kieran dan Clara duduk berhadap-hadapan, menunggu Sierra bicara."Aku... tak bermaksud menghancurkan semuanya," suara Sierra gemetar. "Aku butuh uang untuk melarikan diri. Mereka menjanjikan kebebasan."Clara mencondongkan badan. "Siapa yang menjanjikan? Nexus Corp? Atau tangan bayangan lain?"Sierra menunduk. "Bukan hanya Nexus. Ada inisiator baru—organisasi yang membeli data Nexa untuk kemudian memanipulasi sisa-sisa penelitian. Mereka menyebut diri mereka Veritas.""Mereka kebal hukum, beroperasi di balik korporasi sah."Kieran meremas pegangan kursi. "Veritas... nama yang menipu. Mereka klaim menegakkan kebenaran, tapi ini cuma ke

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status