#Tiga Dear all... Author benar-benar minta maaf atas absen-nya update sekian lama. Pekerjaan yang berkaitan dengan program pemerintah cukup menguras energi dan waktu. Terima kasih banyak buat kalian yang senantiasa setia menunggu dan tetap menyapa Author... Thanks a lot!! #Big Hug!!
‘Jadi, kau memang benar-benar wanita kantoran, ya?’Suara ceria Noah menggema melalui layar ponsel, memperlihatkan wajah kakak laki-laki Catelyn yang tengah bersandar santai di sofa rumah keluarga mereka di Basalt.Latar belakang panggilan video menampilkan ruang keluarga yang hangat, dengan kilau cahaya temaram dari lampu gantung yang familiar.Catelyn tersenyum kecil, menggeser posisi duduknya agar kamera menampilkan sebagian besar area kerjanya di suatu lantai di gedung ADG.“Lihat sendiri. Aku tidak bohong soal pekerjaan ini,” ujarnya, berusaha terdengar ringan, meski tubuhnya terasa lelah usai seharian bekerja.‘Wow, tempatmu keren juga,’ komentar Noah sambil menyipitkan mata. ‘Tapi… kenapa mejanya kosong? Tidak ada foto Ethan di sana?’“Sshht!” Catelyn meletakkan jari telunjuk di depan bibir. “Jangan sebut namanya di sini.”‘Tapi kenapa?’Sebelum Catelyn sempat menjawab, suara berat dan sinis menyela dari luar layar.‘Apa kau tidak diakui di muka umum?’ ujar Vincent, ‘Apa Wayne
James menunduk, mengusap pelipisnya. “Bukan aku tidak tahu. Sejak mengenal Catelyn Adams, Ethan mulai mengabaikan pekerjaan. Delegasi terbengkalai. Presentasi yang seharusnya ia sampaikan ditunda. Jika ia terus seperti ini, G&P bisa kehilangan reputasi.”Pria paruh baya itu mengembus pelan. “Aku hanya mengkhawatirkan anak itu. Dulu dia meninggalkan Wayne Group dan menolak bantuanku dan dengan percaya dirinya mengatakan ia akan membangun kerajaannya sendiri tanpa bayang-bayang Wayne Group. Hati anak itu akan hancur juga jika terjadi sesuatu pada G&P.”Elara yang sejak awal hanya diam dan memperhatikan, kini mengangkat tatapan, suara lembutnya menembus udara seperti embun yang turun di pagi hari.“Ayah...” katanya pelan. “Dulu, Arion juga sempat meninggalkan meja kerjanya. Ia tinggalkan kantor demi mencariku, atau sekadar ingin bersamaku. Tapi lihatlah Triton Land dan AE Group sekarang. Mereka tidak runtuh. Tidak melemah.”James terdiam.Liliana tersenyum dan menimpali sambil melirik su
Ethan, yang sedetik lalu masih penuh percaya diri, tiba-tiba mengarahkan wajahnya pada Catelyn.Alih-alih menjawab, ia mengulurkan sebelah tangan dan menarik lengan Catelyn, hingga membuat gadis itu mendekat. “Mana ciumanku hari ini?”Sepasang mata hazel Catelyn membulat. “Ethan Wayne...” gumamnya nyaris tak percaya. “Jangan mengalihkan topik!”Jendela partisi di belakang supir, bergerak menurun setelah Ethan menekan satu tombol.“Let’s see… Apa pengalihan topik ini berhasil?” Ethan menurunkan wajah.Catelyn langsung memelototinya, penuh tuduhan, meski dadanya berdegup kencang. “Kau ini benar-benar―”Namun kata-kata itu tak sempat terlontar, Catelyn bungkam sepenuhnya begitu bibir Ethan menempel dan membiusnya dengan ciuman lembut dan dalam.“Eth…an…” desahan Catelyn lolos tanpa sadar ketika tangan Ethan bergerak di punggung dan menekan titik sensitif dirinya.Akhirnya Ethan membuka mulut, pelan, di sela ciumannya. “Aku hanya... memastikan tidak ada gangguan visual di ruang kerjamu sa
“Selamat datang kembali, Catelyn.”Suara berat namun bersahabat itu menyambut Catelyn begitu ia memasuki ruang kerja departemen Urban Development Research. Howard, sang supervisor, berdiri dari kursinya dan menyambutnya dengan senyum hangat.“Terima kasih, Sir,” jawab Catelyn, membalas senyum itu dengan sopan.“Akhirnya, setelah melewati perjalanan yang tak mudah, kau resmi menjadi bagian dari tim ini. Bukan lagi sebagai magang, tapi pegawai tetap. Aku bangga padamu.”Catelyn mengangguk. “Saya pun bersyukur bisa kembali. Terima kasih atas dukungan Anda selama ini.”Hari itu berjalan cepat.Rapat koordinasi, diskusi internal, hingga penyusunan laporan perkembangan proyek dengan efisiensi yang nyaris tanpa cela—Catelyn bergerak sigap, memproses dokumen, mengonfirmasi data, dan membagikan ide-ide segar dengan percaya diri yang tak ia miliki saat dulu.Beberapa rekan tim tersenyum bangga melihat kemampuannya. Ia bukan lagi gadis magang yang ragu. Ia telah menjadi profesional sejati.Saat
“Mr Thomson…?”Langkah Catelyn terhenti seketika di ambang pintu ruangan direktur yang terbuka setengah.Suaranya lirih namun terdengar jelas di ruang kerja yang lapang dan sunyi.Sepasang matanya yang hazel membulat, menyiratkan keterkejutan yang tak mampu ia sembunyikan.Sosok pria paruh baya dengan setelan jas abu tua dan dasi biru gelap itu duduk tenang di balik meja eksekutif kayu mahoni, dikelilingi tumpukan dokumen dan layar monitor yang menyala.Robert Thomson menoleh, lalu tersenyum hangat. “Selamat pagi, nona Adams. Silakan masuk.”Dengan napas yang sedikit tertahan, Catelyn melangkah masuk.Pintu tertutup perlahan di belakangnya, meninggalkan ketenangan yang hanya terganggu oleh denting jam dinding.“Maaf… aku hanya tidak menyangka Anda yang sekarang duduk di sini,” ucap Catelyn, masih mencoba memproses kejutan di benaknya. “Terakhir kali aku berada di ADG, Dire
Sepeninggal Ethan, Catelyn dan ketiga kakaknya masih tetap berada di tempat yang sama.Gadis bermata hazel itu menegakkan duduknya, menatap ketiga kakaknya satu per satu.Matanya berbinar redup, tapi di sana tersimpan sesuatu yang dalam—sesuatu yang telah lama ia pendam dalam diam."Aku tahu..." Suara Catelyn lirih. "Aku tidak pernah benar-benar mengatakan ini secara langsung pada kalian."Ketiga kakak Catelyn mengalihkan perhatian penuh adanya, mendengarkan.Catelyn menarik napas. "Aku ingin mengucapkan terima kasih. Untuk segalanya."Noah tersenyum. “Kau akan membuat kami terlihat tua dan sentimental, Cat.”Namun Catelyn tak menanggapi dengan tawa. Ia melanjutkan, lebih lembut. "Kalian bertiga menjagaku... bahkan ketika aku tidak tahu arah hidupku. Bahkan ketika aku menghilang dan meninggalkan kalian selama bertahun-tahun, dan hanya kembali dengan luka dan rahasia. Kalian tetap di sini."Hening. Hanya suara api yang berderak perlahan."Ayah..." bisik Catelyn, air mata mulai menggenan