"Laura bilang toilet yang ada disitu sedang direnovasi jadi tidak bisa digunakan untuk sementara, dia menunjukkan toilet darurat yang sementara bisa digunakan, letaknya dipuncak bukit. Lalu aku ke sana, tetapi ketika aku menginjak lantai toilet, aku terperosok dan jatuh dalam lubang."Rahang Hasan mengeras mendengar penuturan istrinya, tangannya bahkan mengepal dengan erat. Kurang ajar Laura, bukankah Aina adalah bibinya? Kenapa dia menjebak Aina seperti itu? Berbagai pertanyaan berseliweran di benak Hasan. Tidak habis pikir ada orang yang ingin mencelakai keluarganya sendiri. Orang seperti itu layak masuk penjara."Dia berani menjebakmu? Akan kujebloskan ke penjara siapapun yang terlibat. Kenapa dia bersekongkol dengan Agung?" Suara Hasan bergetar menahan amarah."Buat apa lagi? Laura itu cinta mati sama Abang. Dia ingin merebut Abang dari aku." Mendengar perkataan Aina, Hasan langsung memalingkan wajahnya menatap lekat ke arah istrinya. Dia menelisik wajah cantik wanita itu, menca
"Siapa yang orang itu?" tanya Dave tidak sabar.Hasan menatap dengan tajam perempuan yang ada di depannya, perempuan itu juga membalas tatapannya dengan tajam."Dia ... Laura!""Apa??" Dave tercengang."Apa kau bilang? Jangan asal bicara kau ya? Kau jangan menfitnah putriku!" bentak Duke tidak terima, lelaki itu bahkan menggebrak meja dengan keras."Kau tidak perlu marah begitu, Kak!" Steven berbicara dengan keras."Aku harus diam saja gitu, ketika putriku difitnah? Aku tidak terima! Aku sudah menduga dari awal, kemunculan gadis kampung ini akan membawa masalah dan malapetaka di keluarga kita, sekarang terbukti kan? Dulu hidup kita damai, sekarang dia akan menghancurkan kita semua!" Duke masih bicara dengan berapi-api."Kenapa kau menyalahkan Aina? Tanyakan itu pada anakmu sendiri, orangnya ada tu di depan matamu!" Steven kembali membentak Duke dengan keras.Duke sangat jengkel, ditatapnya Steven dengan penuh kebencian, sekarang Steven mulai melawan padanya. Dulu ketika Duke memarahin
"Apa maksudmu, ayah dari anakmu adalah aku?" tanya Hasan dengan menahan gemuruh di dadanya."Siapa lagi? Hanya kau yang pernah berhubungan badan denganku," jawab Laura dengan tajam.Sorot mata Laura menyiratkan kepercayaan diri yang tinggi, membuat tubuh Aina luruh, bagaimana bisa gadis itu begitu percaya diri jika yang dia katakan adalah sebuah kebohongan."Kapan? Seumur hidupku aku tidak pernah berhubungan intim dengan wanita manapun selain istriku Aina. Kapan aku melakukan hal bejat seperti itu?" Tatapan Hasan tak kalah tajam, lelaki itu juga mengatakan semua kalimat itu dengan percaya diri, dia memang tidak akan pernah melakukan dosa seperti itu selama ini, dia sangat protektif terhadap dirinya sendiri untuk tidak terjerumus ke lembah dosa. Bagaimana dia bisa menerima tuduhan wanita yang baru sekali ditemuinya di masa lalu?"Kapan? Kau tidak ingat?" tanya Laura dengan nada tinggi. Dia tidak terima lelaki itu sudah menidurinya dan tidak mengingatnya sama sekali."Jangan bertele-te
"Baiklah, akan kutelpon Mandy agar membawa anak itu ke mari," ujar Dave segera beranjak dari hadapan mereka menuju meja telepon."Aku juga akan mengabarkan Adi Supriadi untuk datang ke sini besok malam," ujar Hasan.Ketika kedua orang lelaki yang menjadi pusat pusara permasalahan pergi, Nur mendekati Aina dan memeluk putrinya itu, Fendi juga duduk di samping Aina satu lagi, begitu juga dengan Duke, dia dan Evi mengapit Laura dan memeluk putranya tersebut. "Sabar, Ai ... Semua belum jelas kebenarannya, jangan emosi dulu, jangan marah dulu sama Hasan," ujar Nur, menyeka air mata putrinya yang dari tadi tidak berhenti memeleh."Jika memang Hasan ayah kandung anaknya Laura, Abang sendiri yang akan memberi pelajaran pertama padanya," ujar Fendi dengan nada kesal.Steven yang mendengar pembicaraan itu dengan jelas hanya mendengus kesal. Bagaimana dia tidak kesal? Dialah yang seharusnya memberi pelajaran pertama pada Hasan, pasalnya lelaki itu yang telah menyakiti dua perempuan dari pihak k
Seseorang masuk ke sebuah ruangan dengan pengawalan dari dua petugas berseragam, di ruang tunggu itu, seorang lelaki dan perempuan sudah menunggu. Ketika menatap siapa yang berkunjung ke rumah tahanannya, lelaki yang memakai seragam tahanan itu menghela napas berat, ini kali pertama dia dikunjungi seseorang dan orang itu bukan keluarganya."Mas Agung ...."Sang wanita segera menghampiri Agung dan memeluknya dengan erat, lelaki itu tidak bisa membalasnya karena tangannya tengah diborgol. Air mata mengalir di pelupuk mata wanita itu ketika melihat lelaki yang sudah bersamanya selama sepuluh tahun itu tampak kurus dan tak terurus."Bos, bagaimana keadaanmu? Aku sudah menghubungi banyak pengacara, namun tidak ada satupun yang bisa membebaskan Anda, Bos. Kasus anda benar-benar sulit untuk tidak terjerat hukum.""Rian ... Kau tidak perlu lagi mencari pengacara, biarkan aku dihukum sesuai yang mereka mau."Rian terkesima mendengar perkataan Agung, lelaki dihadapannya benar-benar tidak sepert
Hasan menggenggam tangan Aina dengan erat, berusaha mencari kekuatan dari istrinya tersebut. Ketika mobil sudah berhenti, turun seorang wanita bule dengan tubuh yang cukup tinggi dari pintu penumpang depan, setelahnya turun, wanita itu membuka pintu penumpang bagian belakang. Muncul sesosok anak kecil yang sangat tampan, usianya mungkin masih enam tahun, tetapi tubuhnya yang tumbuh sehat dan terurus, membuat tubuhnya lebih besar dari usia yang sebenarnya. Pegangan Aina mengerat, dia berusaha melepaskan tangannya dari genggaman Hasan, jantung gadis itu serasa mencelot ketika melihat wajah anak itu. "Jangan ada yang bilang jika Hasan adalah ayah kandung anak itu sebelum ada kejelasan, setelah tes DNA keluar, baru kita lihat nanti. Kalian mengerti? Jika ada yang bilang sebelum semua jelas, rasakan saja akibatnya!" ancam Dave pada semua orang. Semua orang tidak ada yang bisa membantah ucapan orang tua itu, apalagi Duke dan keluarganya, Dave tidak pernah main-main dengan ancamannya. La
Setelah Arsen datang, paginya Hasan dan Aina berencana pulang ke Jambi, masa cutinya sudah habis. Namun, Dave menolak keinginan mereka, sehingga harus menunggu beberapa hari lagi, untung saja hati ini akhir pekan, sehingga masih ada dua hari lagi masuk hari Senin."Besok tes DNA-nya sudah keluar, jadi bersabarlah satu atau dua hari lagi," ujar Dave."Secepat itu? Biasanya tes DNA itu bisa satu atau dua Minggu paling cepat, apalagi ini akhir pekan, mungkinkah hari Senin baru keluar?" tanya Hasan."Ayah memakai jalur ekspres. Besok sudah keluar, insyaallah. Bisakah kalian menunggu sehari atau dua hari lagi?" "Baiklah."Pagi itu Adi Supriadi berkunjung ke kediaman mereka, karena malam tadi dia tidak bisa datang karena tengah di luar kota. Adi datang sendiri, dengan mengendarai mobil Avanza, mobil sederhana itu cocok untuk pejabat teras seperti dirinya, mencerminkan kepribadian sederhananya.Adi mengucapkan salam dan bersalaman dengan semua orang, dia sudah bertemu dengan beberapa orang
Setelah menemui Melanie, Steven menyempatkan diri mengunjungi mantan sahabatnya di penjara, dia sangat penasaran bagaimana kondisi lelaki itu sekarang, sekaligus melampiaskan amarahnya karena ulah bejat lelaki itu.Sesampai penjara, Steven mendapati seorang lelaki yang di luar ekspetasinya, dia sudah membayangkan wajah angkuh dan jahat Agung, namun yang didapati hanya seorang lelaki frustasi dengan tatapan mata kosong. Bukan lantaran dipenjara keadaan Agung yang demikian, namun apa yang dilakukan Dave memang berdampak sesuai yang diinginkan lelaki tua itu, beberapa kali bahkan Agung pernah melukai diri sendiri, bahkan melakukan percobaan bunuh diri, namun kesigapan petugas membuatnya gagal melakukan semua itu.Kini Agung pasrah dengan apa yang akan terjadi padanya, walau semangatnya sedikit bangkit karena kedatangan Rian dan Nirmala, namun itu juga tidak berdampak besar. Seorang petugas yang berjaga banyak memberinya buku-buku agama yang sering Agung baca, hal itu membuatnya sedikit i