Home / Romansa / Di Bawah Kekuasaan sang Mafia / Tidak Pernah Terbayangkan Sebelumnya

Share

Tidak Pernah Terbayangkan Sebelumnya

Author: yourbby
last update Last Updated: 2025-06-28 18:07:04

Isabelle menyantap makanan yang ada di hadapannya dengan perasaan marah. Ia terburu-buru menelan hidangan sarapannya itu agar bisa segera pergi dari tempat itu. Kali ini merasa hari Seninnya akan menjadi kacau.

“Apakah kau bisa sedikit tenang?” tanya pria di hadapannya.

“Tidak bisa,” jawab Isabelle singkat.

Gadis itu segera meneguk segelas air di hadapannya hingga tandas.

“Saya harus pergi sekarang,” pamit Isabelle.

“Kenapa harus terburu-buru?” tanya Dario.

“Saya tidak pulang semalaman dan menginap di rumah seorang laki-laki. Tentu saja keluarga saya akan khawatir,” jelas Isabelle mencoba bersabar.

“Kau sudah dewasa. Lantas dimana masalahnya?” Dario bertanya dengan tenang masih dengan menikmati sarapannya.

“Kalau saja Pak Dario tidak kehilangan kesadaran semalam, tentu saja saya tidak perlu menginap di sini,” ucap Isabelle sembari tersenyum menahan rasa jengkelnya.

“Tapi kau merasa nyaman tidur di pelukanku, bukan?” Dario bertanya balik sembari tersenyum miring.

***

Sesampainya di rumah, pemandangan yang dilihat oleh Isabelle adalah paman dan bibinya yang sedang duduk di ruang keluarga. Kedua orang yang menggantikan peran orang tua Isabelle tersebut tampak marah. Pandangannya mengarah ke Isabelle yang baru memasuki

ruang keluarga.

“Bagus sekali tidak pulang semalaman tanpa kabar. Dari mana saja kau Isabelle Sarasvati?” tanya Paman Ferdy dengan suara baritonnya.

“Kau membuat kami khawatir, Belle. Kami sudah pusing memikirkan Leon, sepupumu. Jangan menambah masalah,” kali ini bibinya yang bersuara.

Sedangkan Isabelle hanya bisa menunduk takut. Ia bingung harus mulai menjelaskannya dari mana.

“Ia bersamaku, Tuan Ferdy,” tiba-tiba sebuah suara yang sangat familiar bagi Isabelle terdengar di ruangan itu.

“Apakah ada masalah?” tanya Dario dengan suara dalam tetapi tegas khas lelaki itu.

“Tuan Dario,” ucap paman dan bibi bersamaan karena kaget.

“Bukankah kau ingin menemuiku?” tanya Dario yang sudah berdiri di samping Isabelle.

Lelaki itu memasukkan tangan kanannya ke saku. Berdiri tegak di tengah ruang keluarga Isabelle sambil menunggu respon pasangan suami istri itu.

“Benar, Tuan. Ada hal penting yang ingin saya bicarakan,” ucap Paman Ferdy dengan nada seperti memohon.

Dario melihat ke arah Isabelle yang saat ini juga tengah menatapnya.

“Pergilah ke kamarmu. Beristirahatlah,” Dario memberi perintah kepada Isabelle.

Gadis itu hanya mengangguk dan beranjak pergi ke kamarnya. Tidak ada hal lain yang bisa Isabelle lakukan, kecuali menuruti perintah lelaki yang menjadi atasannya itu. Sebab, ia merasa suasana sedang menegang. Namun, ia juga tidak tahu kenapa.

Sedangkan di ruang keluarga, Paman Ferdy dan bibi mulai berdiskusi dengan Dario. CEO Dynamics Group tersebut duduk bersandar di salah satu sofa ruang keluarga dengan kaki menyilang.

“Tolong bantu Leon, putra saya, Tuan,” ucap Paman Ferdy.

Sedangkan Dario hanya terkekeh pelan mendengarkan hal itu. Pria dengan tuxedo hitam itu mengisap rokok yang ada di sela-sela telunjuk dan jari tengahnya.

“Bukannya putramu sudah tahu resikonya jika mengonsumsi barang itu?” tanya Dario.

“Negara ini tidak melegalkan penggunaan narkotika secara bebas, bukan?” tambah lelaki itu.

“Kami mohon bantu Leon, Tuan,” kali ini bibi yang mengeluarkan suara memelas.

“Aku bisa saja membantu kalian, tapi itu tidak gratis,” ujar Dario.

“Apa syaratnya, Tuan? Kami berusaha akan memenuhinya asalkan Leon bisa segera bebas,” ujar Paman Ferdy meyakinkan.

“Biarkan aku menikahi Isabelle,” ujar Dario.

“Kau tahu keluargaku menuntutku untuk segera menikah. Gadis itu aku rasa sosok yang tepat,” lanjut Dario.

Paman Ferdy dan bibi yang mendengar hal itu cukup terkejut. Bagaimana caranya mereka bisa memenuhi persyaratan dari lelaki di hadapannya itu. Namun, keduanya juga tidak rela jika putra semata wayangnya harus mendekam di penjara.

Mendapati kedua orang yang diam mematung itu, Dario terkekeh seperti meremehkan.

“Pertimbangkan saja dulu,” putusnya lalu bangkit ingin pergi dari rumah itu.

“Baik, Tuan. Kami setuju dengan persyaratannya. Tetapi beri kami waktu untuk membujuk Belle,” bibi bersuara membuat langkah Dario terhenti.

Lelaki itu berbalik dan hanya menjawabnya dengan anggukan. Kemudian, ia melangkah pergi dari hadapan kedua orang yang dianggap penting oleh Isabelle tersebut.

***

Isabelle menutup pintu kamarnya dan terduduk lemas di sana. Seketika air mata gadis itu jatuh. Ia mendengar semua percakapan paman dan bibinya bersama Dario. Tak ada sepatah katapun tertinggal dari pendengarannya, sampai atasannya itu pergi meninggalkan kediaman mereka.

Gadis itu duduk dengan kedua lutut ditekuk dan menenggelamkan wajahnya di sana. Ia masih mencoba mencerna apa yang terjadi. Selain itu, perasaannya terasa campur aduk.

Isabelle merasa sedih mendengar kabar Leon yang harus terjerat kasus narkotika. Padahal sepupunya itu berada di luar kota untuk menyelesaikan pendidikan doktoralnya. Tetapi, mengapa malah terjadi hal seperti ini.

Di sisi lain, ia merasa marah dan kecewa terhadap paman serta bibinya. Ia menganggap keduanya seperti orang tuanya sendiri. Namun, mengapa mereka dengan mudahnya mengiyakan persyaratan yang diajukan oleh Dario.

Mungkin karena aku bukan anak kandung mereka, ucap Isabelle di sela isakan tangisnya.

Gadis itu merasa bingung terhadap apa yang harus dilakukan sekarang. Bagaimana ia harus bersikap di hadapan paman dan bibinya nanti. Apakah dirinya harus berpura-pura tak tahu apa-apa?

Lalu, bagaimana jika mereka meminta Isabelle untuk menerima ajakan Dario? Gadis itu tak tahu apa jawaban yang harus diberikan. Sebab, paman dan bibinya itu tentu saja akan mencoba membujuknya. Apakah ia harus pergi dari rumah atau pasrah terhadap semuanya?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sebuah Kerjasama

    Senja mulai mencuri masuk lewat daun jendela kaca kafe kecil itu; lampu temaram menciptakan bayangan hangat di atas meja kayu, sementara aroma kopi hitam dan kue almond menyelimuti udara.Isabelle melangkah masuk dengan langkah hati-hati, menutup mantel terang yang berkibar pelan. Leon sudah duduk di pojok, wajahnya tegang namun tenang, membuka tas kulitnya perlahan.Leon menghela napas dalam sebelum menyodorkan setumpuk dokumen — laporan keuangan, cetak biru proyek, dan email internal — terhampar di atas meja. "Aku menemukan ketidakwajaran di laporan triwulan ketiga…" suaranya rendah, matanya menyapu dokumen. Isabelle meraih salah satu lembar, pandangannya tertuju pada angka yang saling bertolak belakang.Dia mengangkat alis. "Ini... terlalu banyak kejanggalan." Ada jeda. Isabelle mengusap bibir bawah, menarik napas. "Kamu percaya ini sabotase?" tanyanya tenang, sambil matanya tak lepas dari angka.Leon mengangguk, memutar kursi sedikit untuk memastikan tidak ada yang menguping. "Aku

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sebuah Skandal

    Rapat internal Dynamic Group pagi itu berubah menjadi arena ledakan emosi. Dario, sang CEO, duduk di ujung meja dengan wajah gelap, matanya menatap tajam ke arah lima orang yang duduk di hadapannya: Bu Nikki, Leon, Kak Nindya, Renda, dan Kak Jordan. Suasana hening, tegang, seolah udara pun enggan bergerak.“Dua puluh persen!” Dario membanting dokumen ke meja.“Kita kehilangan dua puluh persen dari anggaran keuangan proyek ini, dan tak satu pun dari kalian bisa memberi penjelasan yang masuk akal!”Kelima orang itu terdiam. Tidak ada yang berani angkat bicara. Masing-masing menunduk, entah karena merasa bersalah, bingung, atau takut. Dario menatap mereka satu per satu, mencoba membaca sesuatu dari ekspresi wajah mereka. Namun yang dia dapat hanya kebisuan.“Ini bukan kesalahan kecil,” katanya, nadanya tajam.“Ini adalah pengkhianatan. Dan saya akan cari tahu siapa yang bermain curang.”Tanpa menyelesaikan rapat, Dario berdiri dan pergi. Suara langkah sepatunya menggema di ruang rapat, l

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Permainan Dario

    Dario membuka sebuah ruangan yang tersembunyi di bawah tanah mansionnya. Sebuah ruangan yang sudah lama tidak dibuka oleh lelaki itu. Dario menyalakan lampu ruangan yang temaram untuk memberikan sedikit penerangan.Lelaki berkaos hitam itu menatap seorang perempuan dengan rambut acak-acakan. Kedua tangan wanita itu terikat secara terentang di kanan dan kiri. Dario lalu mendekat ke sebuah lemari yang ada di sudut ruangan.Ia menarik kain yang menutupi benda tersebut. Di dalam lemari kaca tersebut terpampang berbagai senjata tajam yang mampu membuat orang yang melihatnya merinding. Dario memandangi benda yang sudah lama tidak digunakannya itu.Pandangan Dario beralih dengan perempuan yang ada di hadapannya. Perempuan itu sudah berlinang air mata. Dario dengan langkah pastinya mendekat ke arah perempuan tersebut.“Maafkan saya, Tuan,” Sera memohon dengan tangisannya.Sedangkan Dario hanya memandang perempuan tersebut dengan tatapan dinginnya. Ia hanya melihat apa yang sedang dilakukan ol

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Sisi Asli Dario Mulai Terbuka

    Isabelle masih bersimpuh di depan kanvas lukisannya yang sudah rusak. Karya yang sudah dibuatnya dengan sepenuh hati itu bahkan sudah tidak bisa diperbaiki lagi. Perasaannya campur aduk.Dario memasuki ruang lukis Isabelle itu dengan langkah besarnya. Di belakangnya sudah ada orang-orang berbadan besar yang merupakan suruhannya. Dario ikut bersimpuh di samping Isabelle.Emosi lelaki itu berada di atas ubun-ubun. Amarahnya membara karena mengetahui ada orang yang berani melakukan hal ini terhadap istrinya. Namun, Dario berusaha untuk bersikap tenang-tidak ingin membuat Isabelle merasa takut.“Saras,” panggilnya lembut.Isabelle dengan wajah masih berlinang air mata menoleh ke arah suaminya. Ia menyandarkan kepalanya ke lengan kekar Dario. Lelaki dengan kaos hitam itu mengganti posisinya menjadi memeluk Isabelle dari samping.“Aku sudah menemukan pelakunya,” ujar Dario dengan tenang.“Menurutmu apa yang harus aku lakukan untuk pelakunya?” tanya.“Apapun, Kak. Buat dia jera,” Isabelle be

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Tangisan Isabelle

    “Sarapan dulu, Kak,” ujar Isabelle pada Dario yang sedang duduk bersandar di sandaran tempat tidur mereka.Wanita itu datang dengan membawa nampan berisi satu set makanan di atasnya. Ia membawakan semangkuk bubur yang disiapkan oleh juru masak mereka. Isabelle menyodorkan mangkuk tersebut kepada Dario. Namun, laki-laki itu tidak bergegas menerimanya.Isabelle mendengus kecil. Ia mengerti maksud suaminya itu. Isabelle mengambil sesendok bubur dan menyuapkannya kepada Dario. Lelaki itu tersenyum tipis dan menerimanya.“Sepertinya aku harus tetap bekerja hari ini, Saras,” ujar Dario di sela menikmati sarapannya.“Apa ga bisa libur dulu,Kak? Kamu itu masih belum pulih loh, Kak,” protes Isabelle“Kau tahu sendiri Saras, sedang ada masalah keuangan di kantor. Aku harus turun tangan sendiri,” jelas Dario.“Bagaimana kamu bisa cepat sembuh kalau sedang sakit masih banyak pikiran?” wajah Isabelle berubah sendu, tetapi sedikit.“Aku hanya demam, Saras,” Dario menoel pipi Isabelle sekilas.Namun

  • Di Bawah Kekuasaan sang Mafia   Dario Sedang Tidak Baik-Baik Saja

    Isabelle sedang menikmati waktunya dengan membaca buku di ruang tengah. Kegiatan itu sengaja dipilih untuk mengisi waktu luang.“Saras,” suara yang sangat familiar terdengar di telinga Isabelle.Panggilan itu membuat Isabelle menoleh. Wanita itu cukup terkejut melihat suaminya sudah kembali ke rumah. Padahal hari masih siang, jarum pendek jam dindingnya baru menunjuk ke angka 11.“Kak, tumben udah pulang?” tanya Isabelle penasaran.Dario tidak menjawab. Pria itu berjalan menuju ke arah Isabelle. Lalu merebahkan diri di sofa yang sedang diduduki istrinya itu. Dario mendaratkan kepalanya di pangkuan Isabelle dan memejamkan kedua matanya.Isabelle heran melihat tingkah suaminya tersebut.“Kamu kenapa, Kak?” tanya Isabelle sembari membelai rambut Dario dengan jemarinya.Isabelle tersentak kaget ketika tangannya tak sengaja menyentuh kulit wajah Dario.“Kamu demam, Kak,” seru Isabelle khawatir.“Cuma agak pusing aja,” jawab Dario pelan.“Ayo pindah ke kamar, Kak. Istirahat di kamar,” Isabe

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status