Share

Bab 69

Penulis: Zizara Geoveldy
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-03 14:16:51

Sudah berhari-hari berlalu semenjak pertengkaran terakhir Lavanya dengan Erik. Lavanya menjalani hari-hari seperti biasa walau setiap waktu Neli dan Iris memasang wajah masam dan tidak berhenti menyindirnya.

Lavanya tetap mengurus rumah, mencuci pakaian, mencuci piring, memasak, serta melakukan berbagai jenis pekerjaan rumah tangga lainnya.

Hari Minggu ini Lavanya hanya sendiri di rumah. Erik, Neli, Iris dan anak-anaknya pergi sejak pagi. Sedangkan Belia bermain sepeda di rumah tetangga.

Lavanya sedang membersihkan kamar ketika ponsel yang ia letakkan di atas tempat tidur berdenting. Lavanya pikir itu pesan dari Danish. Nyatanya ia salah.

Bukan Danish yang mengiriminya pesan melainkan dari nomor tidak terdaftar di kontaknya.

Lavanya membuka pesan tersebut dan membacanya di dalam hati.

"Lihat foto-foto ini baik-baik, biar kamu tahu siapa suamimu sebenarnya."

Rangkaian kata-kata tersebut diiringi dengan beberapa buah foto serta video.

Jantung Lavanya menghentak jauh lebih cepat dari b
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 81

    Perkataan Erik menghantam dada Lavanya dengan sangat keras melebihi pukulan jenis apa pun. Ancaman terhadap Belia membuat sekujur tubuh Lavanya lemas. Lututnya goyah. Ia hampir saja jatuh. Beruntung, ada Danish yang dengan sigap menyanggahnya.Lavanya ingin melawan, tapi Erik buru-buru menarik langkah setelah meninggalkan seringai licik. Tidak memberi ruang pada Lavanya untuk berdebat.Kata-kata yang lelaki itu tinggalkan begitu membekas."Gimana ini, Nish? Aku takut dia akan menyiksa Belia," ujar Lavanya khawatir."Kamu tenang aja, Nya, dia nggak akan berani," jawab Danish yang tidak terpengaruh pada ancaman Erik tadi."Kamu nggak tahu siapa Mas Erik, Nish. Aku sangat mengenal dia. Dia bisa nekat menyakiti Belia. Aku harus ke rumah itu sekarang. Aku harus bawa Belia sebelum terlambat," kata Lavanya dengan suara bergetar.Danish menatap wajah bersimbah air mata itu lurus-lurus. Danish semakin mengerti bahwa putrinya adalah kelemahan Lavanya. Dan Erik paham betul mengenai hal itu."A

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 80

    Perkataan Erik yang begitu menyudutkan Lavanya membuat orang-orang memandang searah mata lelaki itu--pada Danish yang duduk dengan tenang di tempatnya.Berbeda dengan sikap Danish yang tampak tidak terpengaruh, Lavanya sangat terguncang. Dunianya seolah akan runtuh. Ia menahan gemetar yang menjalar ke seluruh tubuhnya.Danish kemudian berdiri. "Yang mulia, izinkan saya bicara," pintanya.Hakim mengizinkan. "Silakan.""Nama saya Danish Ksathriya. Saya memang atasan saudari Lavanya di kantor. Tapi hubungan kami hanya sekadar hubungan kerja. Benar, saya yang banyak membantu Lavanya. Itu karena saya kasihan sama dia. Saya tidak tega melihat perempuan disakiti apalagi oleh suaminya sendiri yang seharusnya melindunginya. Saya menyangkal semua tuduhan tergugat. Bukan saudari Lavanya yang berselingkuh, tapi tergugatlah yang sudah mengkhianati saudari Lavanya. Saya berdiri di sini bukan untuk menjadi orang ketiga dalam rumah tangga mereka, melainkan sebagai saksi dari penderitaan yang dialami

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 79

    Hari ini tepat pukul sembilan pagi adalah jadwal sidang cerai pertama Lavanya dan Erik. Pada sidang kali ini beragendakan proses mediasi di antara keduanya.Hujan deras membasahi bumi jauh sebelum subuh tadi, seolah ingin merefleksikan suramnya hati Lavanya.Menggunakan kemeja putih dan celana panjang hitam serta kitten heels hitam, Lavanya memasuki ruang sidang. Ia didampingi oleh pengacaranya dan juga Danish yang tidak pernah lelah memberinya semangat dan kekuatan.Bola mata Lavanya berpendar mencari sosok Erik dan juga pengacaranya, namun Lavanya tidak menemukannya. Atau mungkin lelaki yang sebentar lagi akan menjadi mantan suaminya itu belum datang.Ruang sidang tersebut berukuran cukup besar. Dindingnya dicat dengan warna putih. Di bagian depan ruangan terbentang meja panjang dengan alas hijau dengan tiga buah kursi yang disediakan untuk majelis hakim. Berkas perkara tampak tersusun rapi di atas meja.Di sisi kanan dan kiri ada kursi-kursi kayu untuk ditempati penggugat dan tergu

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Lavanya 78

    Danish tidak pernah merasa sekhawatir ini sebelumnya.Telepon tidak dijawab. Pesan juga hanya dibaca tanpa ada balasan. Ia tahu, biasanya Lavanya akan selalu merespon walau kadang terlambat. Namun, mengetahui Lavanya sudah membaca pesannya tapi tidak membalas, menumbuhkan kekhawatiran di hati Danish.Ada firasat buruk menyesaki dadanya, membuatnya terdorong untuk menyetir menuju rumah Lavanya.Di tengah hujan deras dan lalu-lalang kendaraan di kota kecil itu Danish memacu mobilnya.Langit kian gelap. Hujan tidak kunjung reda. Wiper blade mobilnya tidak berhenti bergerak, menyapu titik-titik air yang terus membasahi kaca, membuat buram pemandangan.Ketika mobilnya berhenti di depan rumah Lavanya, rasa khawatir yang sejak tadi menyiksanya menjelma menjadi kepanikan. Rumah itu gelap gulita. Bukan hanya karena cuaca, tapi juga karena minim penerangan.Danish mengetuk pintu berkali-kali. Tidak ada respon.Sambil terus mengetukkan buku-buku jarinya, sebelah tangan Danish merogoh saku, meng

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Lavanya 77

    Langit mendung membersamai Lavanya dalam perjalanan pulang. Semestinya Lavanya kembali ke kantor karena pekerjaannya belum selesai. Tapi kepalanya yang penuh oleh berbagai pikiran membuatnya memerintahkan supir taksi agar mengantarnya pulang ke rumah.Titik-titik hujan mulai turun dari langit, menampar-nampar kaca jendela taksi. Lavanya memandang keluar dengan pandangan buram. Entah karena air hujan yang menempel di kaca, atau mungkin karena saat ini matanya mengembun oleh air mata.Suara supir taksi yang memberitahu bahwa mereka sudah tiba mengeluarkan Lavanya dari lamunannya.Lavanya menjawab dengan anggukan. Kakinya terayun gontai memasuki rumah mungilnya yang dingin, sunyi dan terlalu luas untuk dihuni sendiri.Setelah pintu tertutup Lavanya terduduk di sofa. Tangannya mencengkeram ujung bajunya dengan sangat kuat. Meski ia sudah berada di rumahnya tapi pikirannya terperangkap di depan pintu rumah mertuanya.Wajah putrinya menghantui dalam bayangan. Tangisannya yang pilu seolah

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 76

    Lavanya jatuh terhempas di lantai. Napasnya satu-satu. Rasa sakit di sikunya menjalar dengan cepat ke bagian tangannya yang lain. Ini adalah kali kedua Neli menyakitinya dengan cara yang sama. Namun, dari semua sakit fisik yang diterimanya, batinnya jauh lebih terbuka."Belia...," suaranya lirih, hampir tidak terdengar.Melalui pintu yang tertutup rapat, samar-samar terdengar tangis anaknya yang memanggil-manggil."Mama! Mamaaa!!!"Teriakan itu memukul dada Lavanya, membuat hatinya yang nyeri bertambah pedih.Lavanya mencoba melupakan rasa sakitnya. Ia memaksa tubuhnya berdiri.Diusapnya daun pintu, berharap tangannya bisa menembus ke dalam sana."Belia! Ini Mama! Buka pintunya, Nak, Mama mau ketemu. Mama ada di depan!" Lavanya berteriak sekeras yang ia bisa.Pintu tetap tertutup. Tidak ada tanda-tanda akan terbuka. Sementara tangis Belia terdengar semakin keras."Mamaaa, ini aku!!!""Diam! Jangan panggil perempuan itu. Dia udah ninggalin kamu untuk laki-laki lain!"Di sela-sela tangi

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 75

    Setelah berhari-hari dirawat di rumah sakit, Lavanya diizinkan pulang.Kesedihan merayapi hatinya ketika menginjak lantai rumah yang dingin. Tidak ada siapa-siapa di rumah itu kecuali dirinya sendiri. Danish yang mengantarnya sudah pergi sejak beberapa menit yang lalu.Kesunyian yang mencekam membuat batin Lavanya semakin tersiksa. Seharusnya saat ini ada sang putri bersamanya.Ia masuk ke kamar Belia. Duduk di tepi tempat tidur, mengusap permukaan kasur yang kosong. Bayangan ketika ia membacakan dongeng untuk Belia sebelum tidur begitu mengganggu pikirannya."Belia, Mama kangen, Nak, Mama mau ketemu," ratapnya lirih. Air matanya lantas luruh dari pelupuknya.Keesokan hari Lavanya kembali bekerja seperti biasa. Ia berniat siang ini akan mengunjungi Belia ke sekolahnya. Baru beberapa hari tidak bertemu tapi rindu Lavanya sudah memuncak.Ketika jam makan siang tiba, Lavanya tidak membuang waktu. Ia langsung meluncur ke sekolah anaknya dengan menggunakan taksi. Dengan langkah tergesa La

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 74

    Danish tidak main-main dengan ucapannya. Malamnya, seorang pria yang berprofesi sebagai pengacara datang. Namanya Irfan. Seorang pengacara terkenal di bidang hukum keluarga. Pembawaannya tenang, profesional dan sangat berpihak pada korban kekerasan rumah tangga."Lavanya, kenalkan ini Pak Irfan. Dia pengacara yang akan membantu kamu mengurus perceraian dengan Erik," kata Danish pada Lavanya.Lavanya yang setengah berbaring setengah duduk di ranjang rumah sakit tersenyum lemah sambil menangkupkan tangannya di dada."Bu Lavanya, Pak Danish sudah menceritakan pada saya kronologinya. Dalam hal ini kita bisa ajukan gugatan dengan alasan kekerasan dalam rumah tangga dan suami Ibu yang menikah lagi tanpa izin dari Ibu," kata Irfan setelah mereka duduk bertiga di sofa kamar VIP yang Lavanya tempati."Apa Belia, anak saya, hak asuhnya bisa jatuh ke saya, Pak?" tanya Lavanya menanggapi.Irfan melabuhkan tatapannya di wajah Lavanya dengan penuh empati. Pria itu tetap tenang dan menyusun kata

  • Di Bawah Selimut Mantan Kekasih   Bab 73

    Semua masih tersimpan rapi di ingatan Lavanya. Ia tidak akan pernah melupakannya di sepanjang sisa usia yang dimilikinya. Seolah tidak cukup menorehkan luka di batinnya, fisiknya juga ikut disakiti.Kejadian itu memang sudah berlangsung dua hari yang lalu, tapi Lavanya ingat betul bagaimana kronologi ketika ia dihadang tiba-tiba lalu diserang begitu saja.Lavanya yang hendak menemui Belia di kamar terpaksa berhenti sebelum sampai di tujuan.Neli muncul tiba-tiba lalu mendorongnya dengan kuat. Lavanya yang tidak siap tentu saja tumbang. Tubuhnya disambut oleh dinginnya lantai bersama pekik kesakitan yang meluncur dari mulutnya."Masih punya muka kamu datang ke sini?" Neli membentaknya dengan keras. Pandangan tajam wanita itu seolah akan mencabik-cabik Lavanya menjadi beberapa bagian."Aku cuma mau bawa Belia, Bu," lirih Lavanya menjelaskan tujuan kedatangannya sambil menahan rasa sakit di bokongnya."Perempuan seperti apa kamu? Udah tinggalin suami, sekarang berani-beraninya ingin mere

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status