Share

5. Terjebak

Author: Wideliaama
last update Last Updated: 2025-11-19 14:11:47

Clara gugup dengan uluran tangan itu. Tangannya dingin, jemarinya bergetar. Dunia seakan berputar dan hampir membuatnya jatuh. 

Sendok Clara berhenti di udara.

Ia bisa merasakan tatapan Regan tertuju padanya, bahkan sebelum ia menoleh.

Ketika Clara akhirnya menengok ke arah laki-laki itu, Regan memang sedang menatapnya. Senyum jahil, nakal, menggodanya—senyum yang langsung menyeret ingatan Clara pada malam memalukan itu.

“Baik.”

Clara buru-buru mengalihkan pandangan, jantungnya memukul keras. Tangannya yang memegang sendok sedikit bergetar, enggan membalas uluran tangannya.

Sean tidak menyadari apapun. Ia tetap makan, tak mengangkat kepala sama sekali. Seakan dunia lain tak berarti baginya.

“Sean,” lanjut Jusuf sambil beralih menatap cucu keduanya, “aku sangat puas dengan laporan bulan ini. Kamu melakukan perkembangan besar.”

Sean mengangkat dagu sedikit. “Terima kasih, Kek.”

“Kamu selalu konsisten. Selalu disiplin. Tidak seperti sepupumu ini,” gumam Jusuf sambil menggeleng, membuat Regan tertawa pelan.

Clara menangkap ekspresi Sean dari samping. Ada kebanggaan di wajahnya. 

“Bagaimana departemen mu? Proyek inovasi digital itu sudah berjalan?” Kakek Jusuf kembali bertanya. 

“Semua sesuai jadwal,” jawab Sean singkat.

Jusuf mengangguk puas. “Bagus. Kamu memang selalu bisa diandalkan.”

Clara menunduk menatap isi piring. Sejak kecil, Sean memang selalu lebih tenang dan lebih dewasa. Hal itulah yang membuatnya jatuh hati, tapi siapa yang menyangka jika di balik itu sosok Sean sangatlah berbeda.

“Clara, bagaimana dengan toko bunga itu?”

Clara mendongak cepat. Suara Kakek Jusuf selalu lebih lembut setiap berbicara padanya.

“Toko yang kamu minta sebagai hadiah pernikahanmu dulu.” Lanjutnya lagi. 

Clara terkejut. Jarang sekali ia menjadi pusat perhatian dalam makan malam keluarga ini.

“Oh… toko itu masih berjalan, Kek,” ujarnya sambil tersenyum halus. “Penjualannya stabil. Minggu ini ada beberapa pesanan untuk acara tunangan dan pernikahan.”

“Bagus,” Jusuf mengangguk senang. “Kamu berbakat. Dari dulu kamu memang suka tanaman. Aku ingat ibumu sampai sering memuji kerapian taman belakang.”

Clara menelan haru yang tiba-tiba muncul. Nama ibunya masih sering dibahas seolah Kakek Jusuf tidak pernah melupakannya. 

“Kamu melakukan hal yang benar,” lanjut Jusuf. “Toko itu bukan hadiah, Clara. Itu warisan kecil untuk keberanian ibumu... dan untuk masa depanmu.”

Di sampingnya, Sean tetap diam. Tidak ikut menanggapi. Tidak memberi senyum atau sekedar menatapnya.

Alih-alih suaminya, justru Regan yang ikut berbicara. “Toko bunga… sangat cocok untukmu.”

Clara tidak menoleh meski ia bisa merasakan tatapan Regan di wajahnya. 

“Bunga bisa hidup meski diinjak, kan? Kamu juga begitu.”

"Regan!" Jusuf memberi peringatan. Namun cucunya itu hanya tersenyum dengan kedua alis terangkat. 

"Maaf, aku hanya bercanda." Ujar Regan setelah menyadari bahwa ucapannya ternyata membuat suasana menjadi canggung. 

Jusuf menghela napasnya yang berat. "Kamu benar-benar harus memperbaiki cara bicaramu." Ucapnya pada Regan. 

Regan hanya meringis. Tatapannya kembali jatuh pada Clara yang terus menunduk, lalu pada Sean yang terlihat tidak peduli dengan istrinya sendiri. 

Menyedihkan. 

Jusuf menyelesaikan makannya dan bersandar. “Aku harap kalian semua bisa tumbuh lebih baik kedepannya. Clara… kamu tetaplah cucuku, meski bukan dari darah. Aku ingin kamu bahagia di rumah ini.”

Clara tersenyum tipis. “Terima kasih, Kek.”

Sean hanya memandang meja. Bersikap tenang seperti biasa. 

Dan Regan… Regan tersenyum pada Clara sekali lagi. Senyum yang membuat Clara ingin melemparkan gelas ke wajahnya.

Makan malam itu berakhir dengan suasana canggung yang menggantung seperti kabut. Namun sebelum semua bubar, Jusuf kembali membuka suara. 

“Besok pagi, kita sarapan bersama lagi. Aku ingin berbicara tentang masa depan keluarga.”

Tidak ada yang membantah. Hanya Regan yang berani menghela napas berat seolah itu membebaninya. 

Tapi bagi Clara, kalimat itu mengartikan satu hal, bahwa besok… ia harus kembali berhadapan dengan Sean yang membencinya, Regan yang menggodanya, dan keluarga yang mengikatnya pada pernikahan yang ingin ia akhiri.

**

Setelah makan malam selesai, semua orang mulai beranjak meninggalkan meja. Clara berdiri paling akhir, menata ulang napasnya yang sejak tadi terasa berat.

“Aku harus kembali ke kantor. Ada urusan mendesak,” ucap Sean tanpa melihat Clara.

Clara hanya mengangguk. Sekarang ia bahkan tidak bisa membedakan apakah suaminya benar-benar sibuk dengan urusan kantor atau malah urusan lain. 

Ketika Sean berjalan melewatinya begitu saja, tanpa sadar Clara memandangi sosok yang mulai menjauh itu. 

Dulu, jauh sebelum mereka menikah, sebelum perjodohan itu diutarakan Jusuf, Sean bukan orang yang sedingin sekarang. 

Ia hanya sosok yang pendiam, namun tetap memberi sedikit perhatian. 

Sekarang, sosok itu berubah jauh dari yang pernah Clara kenal. 

Apa sebenarnya yang membuat Sean begitu membencinya? Apa karena ia hanya anak seorang pelayan? 

Clara melangkah menuju kamarnya. Pundaknya terasa berat, pikirannya penuh berkecamuk. Begitu pintu kamar tertutup, ia terkesiap pada seseorang yang berdiri di dinding kamarnya.

Lelaki itu bersandar sambil menyilangkan tangan. Wajahnya terlihat santai, namun seulas senyum misterius terpampang jelas di sana. 

“Bukankah ada sesuatu yang penting yang harus kita bahas?”

Clara berdiri, napasnya tertahan dengan jantung berdetak cepat. “Ng…Ngapain kamu disini? Keluar!”

Sayangnya, Regan tidak peduli. Ia mendekat dengan langkahnya. Mendorong bahu Clara pelan ke di dinding. Cukup dekat untuk membuat udara terasa sesak.

“Kenapa? Apa kamu akan bersikap seolah-olah tidak ada yang terjadi di antara kita?”

Clara memejamkan mata sesaat, darah menyerbu wajahnya. “Berhenti, atau...”

Regan terkekeh rendah, mengangkat dagu Clara dengan dua jarinya. “Atau apa?” Ia memaksanya menatap. “Kamu meninggalkan uang dan menganggapku gigolo. Apa kamu tahu bagaimana perasaanku saat itu?”

Clara berusaha menepis tangan Regan, namun tidak cukup kuat untuk menyembunyikan getar di jemarinya.

“Aku tidak mengenalimu…” katanya dengan suara yang bergetar marah sekaligus malu. “Itu… itu hanya kecelakaan…”

Regan memiringkan kepala, seolah menikmati setiap reaksi kecil darinya. “Tapi itu menyenangkan.” Ia mengatakannya sambil tersenyum licik. 

Ketika Regan mengusap bibirnya dengan ibu jari, Clara menahan napas yang mulai tercekat.

“Clara, kamu menyerahkan diri pada suamimu meskipun tahu dia selingkuh. Sayangnya, kamu justru melakukannya denganku.”

Clara menatap Regan dengan nanar. Bukan hanya karena ucapan lelaki itu, tapi karena ia menyadari betapa bodohnya keputusan yang ia ambil malam itu. 

“Aku tidak akan mengatakan rahasia kita pada siapapun.” Ucap Regan lagi, dan itu cukup membuat Clara sedikit merasa lega.

Tapi itu hanya sesaat, karena selanjutnya Regan kembali tersenyum—senyum yang jauh lebih berbahaya daripada sebelumnya.

“Dengan syarat, kamu harus siap dengan tiap konsekuensinya.”

Clara menggeleng cepat. “Jangan bicara yang tidak-tidak.”

Regan tertawa kecil, melangkah mundur sambil membuka pintu kamar. “Keputusan ada di tanganmu, Clara.”

“Untuk pertimbangan,” katanya lembut, hampir seperti bisikan. “Aku tidak masalah seandainya Kakek tahu yang terjadi di antara kita.”

“Regan!” Clara menyalang.

Ia tidak bisa menahan diri lagi. Ia mengepalkan tangan kencang sampai kuku-kukunya meninggalkan bekas. 

Namun, lelaki itu hanya tersenyum seolah ini benar-benar menyenangkan. 

Sebelum menutup pintu, Regan mengedipkan sebelah mata lalu berkata pelan. “Hati-hati, suaramu bisa terdengar sampai bawah.” 

“Apa kau mau seisi orang rumah tau? Siapa sangka istri sepupuku ini ternyata masih perawan?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   6. Apa Aku Boleh Menjilatnya Lagi?

    Aroma mawar dan eucalyptus memenuhi ruangan ketika Clara menunduk merapikan rangkaian bunga yang baru saja ia mulai.Tangannya bekerja cekatan, menyisipkan batang demi batang ke dalam vas kristal, membentuk kombinasi warna lembut sesuai yang dipesan pelanggan."Jadi benar ya, Bu?" Suara Nella, salah satu pegawai Clara, memecah keheningan.Clara mendongak sedikit, pada Nella yang bersandar di meja kasir sambil mengunyah permen karet. "Apa?""Itu loh... katanya cucu pertama Mananta Group sudah pulang ke Indonesia."Clara membenarkan posisi bunga lily yang mulai mekar. “Kamu dengar dari siapa?”“Sarah," jawab Nella cepat. Dagu lancipnya menunjuk ke arah sudut ruangan, tempat Sarah sedang memberi label harga pada pot bunga kecil. “Dia dengar dari temannya yang jadi salah satu pelayan di rumah keluarga Mananta." Jelas Nella. Clara mencoba tertawa kecil. “Iya… dia pulang.”“Oh, jadi benar?!” seru Nella sambil mengangkat alis tinggi, lalu mulai heboh memanggil Sarah. “Sarah! Cepat kemari!

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   5. Terjebak

    Clara gugup dengan uluran tangan itu. Tangannya dingin, jemarinya bergetar. Dunia seakan berputar dan hampir membuatnya jatuh. Sendok Clara berhenti di udara.Ia bisa merasakan tatapan Regan tertuju padanya, bahkan sebelum ia menoleh.Ketika Clara akhirnya menengok ke arah laki-laki itu, Regan memang sedang menatapnya. Senyum jahil, nakal, menggodanya—senyum yang langsung menyeret ingatan Clara pada malam memalukan itu.“Baik.”Clara buru-buru mengalihkan pandangan, jantungnya memukul keras. Tangannya yang memegang sendok sedikit bergetar, enggan membalas uluran tangannya.Sean tidak menyadari apapun. Ia tetap makan, tak mengangkat kepala sama sekali. Seakan dunia lain tak berarti baginya.“Sean,” lanjut Jusuf sambil beralih menatap cucu keduanya, “aku sangat puas dengan laporan bulan ini. Kamu melakukan perkembangan besar.”Sean mengangkat dagu sedikit. “Terima kasih, Kek.”“Kamu selalu konsisten. Selalu disiplin. Tidak seperti sepupumu ini,” gumam Jusuf sambil menggeleng, membuat R

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   4. Sepupu Suami

    Sejak ibunya meninggal, rumah besar keluarga Mananta tidak lagi terasa hangat bagi Clara.Dulu, Mila, ibunya adalah kepala pelayan yang bekerja di rumah itu selama puluhan tahun. Sosok yang disegani dan disukai oleh para pelayan lain. Clara masih kecil ketika Mila membawanya tinggal di sana --menempati rumah pelayan yang terpisah di sisi barat halaman.Meski tinggal di lingkungan keluarga kaya, Clara tidak lupa siapa dirinya. Ia tidak pernah mengganggu pekerjaan ibunya. Sebaliknya, Clara justru membantu apa pun yang bisa dilakukan—memetik sayur di kebun, menyiram tanaman, bahkan menanam bunga di taman belakang. Karena itu para pelayan menyayanginya, dan di masa itu, Clara merasa bahagia.Tapi setelah ibunya meninggal… segalanya berubah.Clara dijodohkan dengan Sean Fernandes—cucu kedua Tuan Jusuf, pemilik Mananta Group. Sebuah perjodohan yang lahir dari balas budi karena ibunya mendonorkan jantung kepada Tuan Jusuf sebelum meninggal. Sebuah hutang nyawa yang ingin dibayar dengan ikata

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   3. Ciuman Pertama Setelah Setahun Pernikahan

    Sudah lima kali Clara membersihkan diri di kamar mandi. Meski tubuhnya terasa licin oleh sabun, rasa kotor itu tetap menempel kuat. Ia merasa jijik pada dirinya sendiri—lebih dari rasa jijik yang ia rasakan pada Sean.Saat Clara keluar dari kamar mandi, Sean baru saja pulang. Matanya melirik Clara sekilas, tapi hanya sebatas itu. Tidak lebih, tidak ada ketertarikan sama sekali. Padahal… Clara hanya menggunakan handuk pendek. Penampilan yang cukup membuatnya malu di depan seseorang yang bahkan tidak pernah menganggapnya sebagai seorang wanita. "Baru pulang?" Clara berusaha menjaga nada suaranya tetap netral. Berjalan menuju lemari untuk mengambil pakaian. "Hmm. Semalam aku tidur di kantor," jawab Sean tanpa menatap.Pembohong. Aku tahu kamu tidur di hotel dengan selingkuhanmu.Clara memaki dalam hati, namun bibirnya tetap kelu."Oh begitu," hanya itu yang sanggup ia ucapkan sebelum akhirnya menanggalkan handuk dan mengganti pakaian tepat di hadapan Sean. Tapi lagi-lagi lelaki itu

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   2. Bukan Sean

    Clara memejamkan matanya rapat ketika bibir lelaki itu menyentuh lehernya. Sentuhan panas itu membuat tubuhnya menegang sekaligus gemetar. Di bawah cahaya kamar hotel yang temaram, ia meremas ujung rok dress hitamnya agar tetap sadar. Pengaruh alkohol membuat dunia berputar, tetapi lengan kekar itu menangkap pinggangnya—mengangkat tubuhnya dengan mudah sebelum membawanya ke tempat tidur. “Emh…” Clara tersenyum kecil. Rasa malu dan sakit hati yang tadi membakar dadanya tergantikan oleh getaran aneh yang selama ini hanya ia bayangkan. Ia sudah menunggu ini selama satu tahun. Menunggu Sean. Menunggu suaminya sendiri. Ketika lelaki itu berhenti bergerak, Clara membuka mata. Ia berada di bawah. Dia berada di atas. Posisi yang seharusnya Clara impikan. “Kenapa berhenti?” bisiknya cemas. Ada ketakutan liar bahwa Sean akan menolaknya lagi—seperti dulu. Seperti saat ia menawarkan diri hanya untuk dibuang mentah-mentah. Tak ingin kesempatan itu hilang, Clara mendadak membalik keadaan. Ta

  • Di Ranjang Sepupu Suamiku   1. Salah Kamar

    "Dasar brengsek! kalau kamu memang tidak mencintaiku, kenapa kamu setuju menikah denganku?!" Clara Favietra menenggak segelas minuman panas sampai tandas.Sudah hampir dua jam wanita dengan dress mini hitam itu duduk di meja bar. Menghabiskan dua botol minuman panas sambil menangis dan meracau sendirian. Barista yang melayaninya tidak sedikitpun bertanya. Clara bukan satu-satunya pelanggan yang mengalami hal serupa. Entah putus cinta atau kesulitan menghadapi masalah hidup, orang-orang selalu memilih club sebagai tempat meringankan beban. Saat Clara hampir ambruk, Barista itu berbicara. "Nona, mau saya panggilkan taksi online?"Clara melambaikan tangan tanpa membuka mata. Kepalanya terasa berat tapi ia masih memiliki sedikit sisa kesadaran. "Tidak usah.""Baiklah."Memegangi satu sisi kepala yang semakin berat, Clara meraih ponsel yang tergeletak di samping minuman ketika benda persegi itu bergetar singkat. Seseorang mengirimkan pesan. Sial. Ia bahkan kesulitan melihat layar. Cla

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status