Share

Bab 3. Janda cantik

Penulis: Atria
last update Terakhir Diperbarui: 2023-07-11 15:11:24

Pagi hari ini,

Lisa masih menyusui Kiki di kamar. Tiba-tiba ibu Mertuanya muncul di ambang pintu dan menghempaskan uang yang langsung jatuh di tubuh Kiki.

Lisa menatap selembar uang pecahan dua puluh ribu itu tanpa mengerti maksud Ibu Mertuanya. Lisa tertegun, masih diam membisu tanpa meraih uang itu kemudian menoleh ke arah Mertuanya untuk bertanya, tapi belum juga sempat bertanya, Bu Marni sudah berkata kasar duluan,

"Kenapa malah melotot? Cepat cari sayuran! Udah siang begini masih saja malas-malasan!"

Lisa mengangguk. "Iya Bu. Tapi tunggu sebentar. Kiki masih menyusu." Lisa mencoba meminta pengertian Mertuanya.

Tapi bukannya mengerti jika menantunya masih menyusui cucunya, Bu Marni malah meraih tubuh mungil bayi itu dan meletakkan di atas kasur untuk memisahkan Kiki dari asi Ibunya.

Bayi itu langsung menangis kencang, melihat itu Lisa memohon pada Ibu Mertuanya,

"Bu. Biarkan Lisa selesaikan memberi asi Kiki dulu, Lisa janji akan segera membeli sayur,"

Lisa mencoba menerobos masuk kedalam kamar agar bisa memberi asi kembali kepada sang bayi. Tapi Lisa malah didorong kuat oleh Bu Marni hingga Lisa tersungkur di lantai.

Mata Bu Marni melotot dengan tangan bertolak pinggang dihadapan Lisa.

"Aku nyuruh kamu beli sayur, bukan malah menyusui lagi! Kamu denger gak sih apa yang aku bilang?"

Bu Marni kembali meraih uang dua puluh ribu itu dan kembali melemparkan pada Lisa.

"Cepat pergi sekarang!!" bentak Bu Marni.

Lisa hanya bisa mengangguk, kemudian pergi untuk membeli sayuran pada Amang sayur yang sedang dikerumuni para Ibu-ibu di depan rumah.

Lisa cepat memilih sayuran, dia melirik seorang Ibu yang sedang memperhatikannya dengan teliti.

Tiba-tiba Ibu itu bertanya dengan pertanyaan yang membuat Lisa tertegun.

"Lisa. Ibu perhatiin kok kamu makin kurusan? Apa kamu diet?"

Belum sempat Lisa untuk memikirkan jawaban, satu Ibu ibu lain menyahut.

"Eh, jangan diet. Kan kamu lagi nyusuin. Kasihan dong anak kamu, bisa kurang ASI. Akibatnya rewel."

Lisa menggeleng kecil, "Nggak kok Bu, Aku gak diet." jawab Lisa sesuai kenyataan.

"Tapi biasanya kalau ibu-ibu menyusui itu gemuk loh. Ini kok kamu malah makin kurus sih? Kayak kurang makan? Makannya yang banyak dong Lisa. Lihat kamu kerempeng banget."

Tiba-tiba Bu Marni sudah berdiri dibelakang Lisa dan ikut menyahut perbincangan para ibu-ibu tetangga.

"Iya memang benar Lisa itu diet ketat. Dia itu takut gemuk, makan selalu ditakar sama dia, biar badannya itu nggak melar katanya." ucap Bu Marni yang ikut menjawab dengan kebohongan sambil melirik sinis ke arah Lisa. Lisa hanya bisa diam saja dan tidak berani menjawab.

Tidak ingin berlarut dengan obrolan yang membuat hati Lisa sedih itu, Lisa memutuskan untuk cepat berlalu saja, lalu disusul Ibu mertuanya yang mungkin juga malas meladeni mulut para tetangganya yang dianggapnya suka ikut campur urusan orang lain.

Saat Lisa sudah pergi, mereka masih membicarakan Lisa, mereka hanya belum percaya dengan ucapan Bu Marni jika Lisa diet.

"Masa iya sih diet kok sampai kurus kering begitu? Kayak kurang makan." sela seorang Ibu-ibu.

Tubuh Lisa sekarang memang sangat kurus, berbeda dengan saat dia pertama dulu datang. Terlihat montok dan cantik. Tentu para Ibu-ibu heran melihatnya dan menebak dengan asumsi mereka masing-masing.

"Mungkin dia tertekan hidup disini."

"Iya. Mungkin dia gak betah ya?"

Sementara Lisa yang sudah sampai di dapur langsung menaruh sayuran dahulu dan pergi ke kamar untuk mengambil bayinya yang masih menangis.

Wanita itu kemudian memasak sambil menggendong sang bayi. Meskipun dengan susah payah, akhirnya masakannya matang juga.

Lisa cepat menyajikan dibawah tudung saji.

Bau aroma masakan makin membuat perutnya keroncongan, tapi Lisa lebih memilih kembali ke kamar untuk menidurkan Kiki dahulu.

Bayinya sudah tertidur, Lisa berpikir untuk mengisi perutnya yang terasa perih. Dari kemarin sore dia memang belum makan apapun karena tidak ada yang dapat ia makan.

Tapi ketika berada di dapur dan membuka tudung saji, Lisa tidak menemukan sayuran yang ia masak tadi. Bahkan nasi dalam bakul pun tidak ada sedikitpun, hanya tersisa kerak nasi yang sudah mengeras.

Lisa menarik nafas gelisah, memegangi perutnya yang keroncongan.

Ini bukan terjadi kali ini saja, tapi hampir setiap hari.

Setiap kali Lisa ingin makan, tidak akan ada makanan yang tersisa untuknya. Setiap kali selesai memasak, Ibu Mertuanya sengaja mengambil seluruh makanan dan menyimpannya di kamarnya sendiri.

Pernah suatu saat Lisa ingin makan dahulu setelah selesai memasak, tapi Ibu marah dan mengatakan jika Lisa tidak sopan. Tidak boleh makan jika yang lain belum makan.

Dan sekarang?

Demi Kiki, demi Asi untuk bayinya, Lisa hanya bisa memakan kerak dengan sedikit kecap saja.

Lisa masih merasa bersyukur selama ini Ibu mertuanya tidak menyiapkan penanak nasi listrik dan menyuruh Lisa memasak nasi dengan Periuk saja. Coba saja jika tidak, bahkan kerak pun mungkin tidak ada untuk bagian Lisa.

Sebenarnya inilah penyebab tubuh Lisa semakin hari semakin kurus dan bayinya terus saja menangis, Lisa tidak bisa mencukupi kebutuhan Asinya karena kurang asupan makanan yang bergizi.

**

Sore hari ini Lisa sengaja bersantai di teras rumah sambil menggendong Kiki.

Sudut bibirnya tertarik tipis berbentuk senyuman saat melihat Suaminya pulang. Namun senyuman itu langsung meredup, Tomi bukan masuk ke pelataran rumah Mereka melainkan berbelok ke rumah sebelah.

Seorang janda Muda yang baru pulang dari Korea beberapa hari yang lalu terlihat menyambut Tomi di teras rumahnya. Itu bisa dilihat oleh Lisa karena tidak terlalu jauh dari depannya dan tidak terhalang oleh apapun.

Entah apa yang dibahas mereka, Lisa tidak dapat mendengar dengan baik. Tapi Tomi terlihat sangat bahagia saat kembali ke rumah.

Tomi melangkahkan kaki tanpa menatap Lisa sedikitpun yang duduk diteras rumah dengan menggendong putrinya itu.

Tomi masuk kedalam rumah dan langsung mandi. Bahkan Lisa membuntuti suaminya hingga kedalam kamar.

"Siapa dia tadi mas?" Lisa mencoba bertanya pada suaminya yang sedang berganti.

"Siapa?" jawab Tomi yang berbalik bertanya.

"Wanita samping rumah itu?"

"Oh. Namanya Juli. Dia baru pulang dari Korea. Jadi TKW selama Tujuh tahun di sana. Sekarang dia kaya raya. Hebat kan dia?" secara langsung Tomi memuji janda itu.

"Oh.. tapi Aku denger-denger dia janda anak dua, mas!"

"Iya, memangnya kenapa kalau dia janda?" Tanya Tomi, kemudian mendekat.

"Meskipun dia janda, tapi dia masih sangat seksi. Sangat cantik dan pandai merawat diri. Tidak seperti kamu! Baru anak satu saja sudah peot dan keriput!"

"Mas.." Lisa terkejut. Hatinya begitu perih mendengar ucapan terus terang dari suaminya.

"Karena dia perawatan dan aku tidak punya apa-apa untuk merawat diri. Jadi jangan bandingkan kami!"

Tomi melotot. "Jelek tetap saja jelek, meskipun dirawat! Gak usah mau cari kesalahanku! Minggir!" Tomi mendorong tubuh Lisa kesamping.

"Dasar sial aku ini menikahimu. Sudah jelek, miskin lagi! Malu-maluin saja!"

Selesai mengumpat, Tomi meninggalkan Lisa yang hanya bisa meremas dadanya yang terasa sesak. Penghinaan suaminya kali ini begitu menyakitkan hatinya.

Dan lebih parahnya, ini bukan berlaku untuk hari ini saja.

Hari hari berikutnya hubungan janda itu dan Tomi semakin dekat bahkan tidak memperdulikan kehadiran Lisa di dalam rumah ini sama sekali.

Janda itu bahkan berani datang menemui Tomi dengan alasan mengantar makanan lalu meminta bantuan Tomi untuk mengantarnya kesana kemari.

Semenjak kehadiran janda itu Tomi juga mulai betah di rumah dan jarang keluar, lebih senang menanti kedatangan Juli yang setia mendatanginya sembari mengantar makanan.

Hubungan mereka semakin terlihat intim, tanpa peduli dengan perasaan Lisa yang hanya bisa menangis menahan sakit didalam hatinya.

Ibu mertuanya juga terlihat sangat senang dan mendukung janda itu untuk mendekati Tomi.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
for you
knp betah amat punya suami mertua ipar iblis
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat   Bab 173

    pernikahan Hana digelar dengan sangat mewah dengan acara pesta yang meriah. Disambut oleh tamu undangan yang hadir ditengah-tengah pernikahan Hana dan Rangga saat ini. Kebahagiaan menyelimuti Rangga dan juga Hana.Tamu undangan pun tak henti-henti mengatakan bahwa Hana begitu cantik dan menawan. Membuat Rangga tersenyum saat bersanding bersamanya.Hana yang bersetatus janda hanya bisa terheran dengan acara pesta yang digelar oleh sang suami, karena acara begitu sangat mewah. Berbeda saat pernikahan Hana dan Danang dahulu. Walau Danang orang mampu hanya saja pesta diadakan secara biasa saja."Apakah acara pesta ini tidak membuang uang kamu saja??" ujar Hana dengan lirih.Rangga menoleh kearah suara Hana yang saat ini resmi menjadi istri sahnya."Kenapa? Apakah kamu tidak menyukainya??""Bukan begitu! Aku hanya seorang janda. Apakah ini tidak berlebihan?" Ucap Hana yang tidak enak jika dirinya merepotkan seorang suami.Rangga tersenyum saat mendengar ucapan Hana."Bagaimana aku tak sela

  • Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat   Bab 172

    siang ini Hana mengajak Rangga bertemu, mata Hana tak berani menatap Rangga. Namun tidak dengan Rangga, yang sejak tadi dirinya menantap Hana."Kamu mau bicara apa, Hana??" tanya Rangga dengan menantap Hana, seolah ingin cepat mengetahui, apa penyebab Hana tiba-tiba mengajaknya bertemu disiang hari ini."Rangga!""Iya Hana, ada apa??""Aku sebenarnya ingin....""Katakan saja Hana, jangan ragu.""Sebenarnya, aku mengajak kamu datang kesini ingin berbicara mengenai masalah kemarin," ujar Hana yang masih saja ingin menyusun kata yang akan disampaikan pada Rangga saat ini."Masalah yang mana??" jawab Rangga seperti lupa akan ucapannya kemarin malam."Please Rangga, jangan buat aku bingung!" balas Hana dengan wajah srius.Rangga tersenyum saat mendapatkan tatapan srius itu dari Hana."Iya, maafkan aku. Bicaralah! Dan aku akan trima apapun jawaban dari kamu!"Hana menunduk, wajahnya terlihat bingung. Lalu Rangga meraih dagu Hana dan mengarahkannya kearah wajah Rangga dan menatapkannya. Rang

  • Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat   Bab 171

    ica yang sejak tadi tak berhenti membereskan rumah mertuanya. Bahkan banyak sekali pekerjaan yang harus ia selesaikan saat ini juga."Sialan! Aku disini seharusnya jadi nyonya, kenapa harus jadi babu. Menyebalkan!!" Ucap Ica dengan menjemur pakaian.Sementara Dewi dan Bu Vina melihat kerja Ica dari kejauhan."Ibu lihat, rencana kita berhasilkan??" ucap Dewi dengan tersenyum menatap kearah Ica dengan kepuasan, bahkan Dewi berhasil membuat ica sengsara."Iya Dewi, ibu senang dengan rencana kamu ini, berkat kamu, Ica merasakan apa yang dirasakan oleh Danang waktu itu. Walaupun ini semua tak sebanding dengan kejahatan yang ia berikan dengan Danang waktu itu, tapi ibu puas walaupun ini semua tak seberapa!""Ibu tenang saja, kita akan membuat Ica nggak betah disini dan akan angkat kaki secepatnya!!""Kamu yakin Dewi??""Iya Bu, apakah ibu tidak yakin dengan Dewi??""Iya, ibu percaya sama kamu!""Kalian lihatin apa??"tiba-tiba Danang datang menganggetkan keduanya, membuat Dewi dan Bu Vina m

  • Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat   Bab 170

    aku yang sedang menggendong Shifa karena sepertinya Shifa sudah mulai mengantuk. Namun aku belum berani untuk berbicara kepada Rangga bahwa aku ingin segera pulang.Ku lihat Rangga ditarik tangannya oleh ibu dan ayahnya, mereka terlihat berbicara srius disana. Namun aku tak tahu pembicaraan apa yang sedang mereka bicarakan, karena aku fokus untuk menenangkan Shifa. Aku duduk disofa yang tersedia dipojokkan."Apa sebaiknya aku meminta Rangga untuk megantarkanku pulang?" Batinku.Tak lama Rangga dan orang tuanya menghampiriku, aku hanya tersenyum saat mereka menghampiriku."Hana, bagaimana malam ini kamu menginap dirumah ibu." Tawar Bu Neti."Aduh Bu, maaf sebelumnya, bukan maksud saya untuk tidak sopan. Tapi saya harus pulang, karena ibu saya pasti khawatir, apa lagi bapak saya sedang berada dirumah sakit, jadi saya tidak bisa untuk meninggalkannya, maaf ya Bu, pak. Bukan maksud saya tidak sopan.""Iya Hana, tidak apa-apa. Malahan ibu dan bapak yang tidak enak dengan kamu, maaf ya ibu

  • Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat   Bab 169

    pria tampan dengan senyum manis berada didepan pintu rumah ku saat ini, dengan tatapan khasnya membuatku yang menantapnya langsung disalah tingkah bila memandang wajahnya. Senyumnya yang manis bahkan lesung pipi yang menggoda itu membuatku tak kuasa bila menantapnya. Rapi dan bersih kulitnya, bahkan gaya rambut yang benar-benar cocok dengannya."Kamu kenapa natapin aku begitu??" ujar Rangga dengan tersenyum manis."Ng-nggak apa-apa!!" aku yang ditanya langsung berubah salah tingkah dengan tatapan dan senyumnya."Jadi berangkat??" tanya Rangga.Aku hanya mengangguk pelan tanpa menantap matanya saat ini. Entah kenapa aku benar-benar lemah ketika ia tersenyum padaku, sebenarnya aku sudah tak muda lagi, aku sudah memiliki satu orang anak, dan bahkan aku berstatus janda. Tapi entah kenapa rasanya serial kali Rangga menantapku dengan tatapan yang tak biasa itu membuat aku salah tingkah. Rasanya benar-benar seperti aneh tak terkendali.Rangga yang sudah menunggu dipintu depan rumah, aku yang

  • Di Talak Suami Melarat Di Pinang Konglomerat   Bab 168

    "Cuci nih!!" Dewi menghempaskan pakaian kotor kewajah Ica yang sedang berbaring dikamar tidurnya.Mata Ica membulat sempurna saat melihat Dewi yang tiba-tiba datang, lalu menghempaskan segunduk pakaian kewajahnya saat ini."Ngapain masih Lo lihatin, nggak akan bersih kalau Lo pelototin begitu!!" kata Dewi melotot."Tapi Dewi, kenapa kamu menyuruh saya??""Apa katamu? Dewi!!""Sopan banget kamu sama saya! Saya ini ipar kamu, seharunya kamu panggil saya ini mbak!!" imbuh Dewi."Cih, benar-benar menguras emosi wanita ini. Kalau saja aku tidak tinggal disini, akan aku beri pelajaran untuk ini semua padanya." Batin Ica kesal."Hey.....!!! Ngapain kamu masih rebahan, kerja! Beres-beres rumah kamu, jangan taunya enak doang!""Tapi mbak, kenapa harus saya yang mengerjakan ini semua. Bukannya ada pembantu dirumah ini??""Apa kata kamu! Pembantu, enak sekali mulut kamu ngomong, emangnya siapa yang mau mengaji pembantu dirumah ini kalau ada kamu!!" tuding Dewi pada Ica."Mbak, tapi saya bukan pe

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status