Share

Bab 4. Kejadian Di Pesta

Lisa sejak tadi berdiri di depan lemari kaca. Dia memandang wajahnya yang sekarang tidak lagi secantik dulu. Kini wajahnya terlihat kusam dan penuh jerawat. Itu mungkin karena Lisa sekarang tidak pernah lagi merawatnya.

Tomi masuk kedalam kamar dan melirik Lisa yang sejak tadi belum juga bersiap-siap. Tomi memandang istrinya dengan tatapan kesal.

"Masih berdiri disitu aja kamu? Mau ikut atau tinggal dirumah!"

Lisa menoleh ke arah suaminya, Tomi yang sudah selesai berganti langsung keluar kamar dan berkumpul dengan orang tuanya diruang tamu.

Tak ingin Suaminya menunggu lama, Lisa langsung memilih baju. Tapi Ketika dia memilih baju, Lisa bingung untuk memilih pakaian mana yang pantas untuk dikenakan ke pesta pernikahan.

Tidak ada lagi baju yang pantas, karena sisa baju di lemari hanyalah bawaan gadis dulu. Selama menikah dengan Tomi, satupun baju Lisa tidak pernah terbeli.

Akhirnya, Lisa hanya memakai baju yang menurutnya masih layak untuk ke pesta daripada yang lain, dengan makeup seadanya juga.

Setelah merasa cukup, Lisa keluar dengan menggendong Bayinya.

Ketika Lisa menghampiri mereka, semua mata memandang ke arahnya dengan tatapan kesal dan menghina.

Bu Marni langsung melotot melihat penampilan menantunya yang menurutnya hanya akan membuat malu itu.

"Kamu itu mau kondangan apa mau mengemis?" celetuk Bu Marni dengan melirik sinis.

Lisa menatap Dirinya. Sebenarnya menurutnya tidak ada yang salah dengan penampilannya, tapi mungkin karena pakaiannya yang lusuh dan tidak layak lagi untuk menghadiri pesta. Tapi mau bagaimana lagi, hanya ini satu-satunya gaun andalan yang ia punya.

"Maaf Bu, Lisa tidak punya pakaian lain selain ini. Ini pakaian terbaik yang Lisa punya. Soalnya selama menikah dengan mas Tomi, dia belum membelikan baju baru untuk Lisa," jawab Lisa dengan jujur.

"Kamu kok jadi nyalahin aku sih!" bentak Tomi dengan melotot menatap Lisa.

"Tapi memang benar begitu kan mas, kenyataannya?" sahut Lisa lagi.

"Sudah-sudah! Ngapain malah ribut, ayo cepat kita pergi. Nggak enak kalau sampai terlambat di acara pak lurah nantinya," ucap bapak mertua yang menyela keributan kecil mereka.

"Lagian, mbak Lisa ngapain sih pakai gaun kusem begitu, nanti bikin malu saja!" ujar Elena, adik Tomi yang masih berumur 15 tahun itu ikut mencaci penampilan Lisa.

Lisa hanya bisa terdiam saat semua orang mencacinya. Mau bagaimana lagi, bisa diajak pergi ke pesta saja Lisa sudah merasa beruntung. Ini adalah kali pertamanya Lisa bisa merasakan pergi dengan keluarga Tomi.

Tomi biasanya pergi sendirian jika ada undangan pesta. Tomi merasa malu mengajak istrinya yang sekarang sudah jelek itu. Sekarang ini saja, Lisa bisa ikut karena pak lurah sendiri yang mengundangnya.

Saat sampai diacara pak lurah, semua tamu disambut hangat oleh pemilik acara. Tetapi sejak masuk kesini tadi Bu lurah menatap sedikit aneh pada Lisa.

"Maaf Bu Marni, itu siapa? Pembantunya ya?" Bu lurah bertanya, mungkin karena menurutnya penampilan Lisa bukan seperti keluarga Bu Marni dan lebih pantas jika dibilang pembantu.

Mendengar pertanyaan Bu lurah, Lisa hanya menunduk. Lisa sudah paham apa yang dipikirkan oleh Bu lurah. Dia hanya bisa melirik Suami dan Mertuanya, berharap agar Mereka mau menjawab pertanyaan Bu Lurah sesuai dengan keinginannya.

Tetapi ternyata, apa yang diinginkan Lisa tidak sesuai. Mereka malah diam saja dan tidak menanggapi pertanyaan Bu lurah. Bu Marni hanya mengulas senyuman kecil yang tak berarti.

"Lisa. Kamu duduk disana dulu, nanti kami menyusul." titah Bu Marni pada Lisa, sambil menunjuk ke pojok ruangan.

Lisa mengangguk patuh, kemudian melangkah dan duduk di pojokan sesuai dengan keinginan Mertuanya.

Beberapa saat lamanya Lisa duduk disana, dia melihat mereka malah memilih duduk di ujung sana tanpa menyusul atau peduli padanya.

Lida sudah paham maksud Mereka. Mendadak hati Lisa rasanya perih, dia seperti orang asing bagi mereka.

Lisa tidak ingin putus asa, dia ingin menyusul suaminya dan berniat duduk disamping suaminya. Tapi baru saja dia hendak berdiri, matanya terbelalak ketika melihat Juli datang dan langsung menghampiri suaminya dan duduk disamping suaminya tanpa rasa canggung.

Terlihat Mereka mengobrol hangat sambil saling tertawa kecil penuh kebahagiaan.

"Nak Juli." ucap Bu Marni yang melihat Juli.

"Ibu juga dateng ya?" kata Juli yang dengan ramah.

"Iya Juli, kalau tau begini kenapa tidak barengan saja tadi berangkatnya?"

"Iya. Juli tidak tahu kalau ibu juga pergi kesini, mas Tomi juga nggak bilang!" lirik Juli dengan menatap genit pada Tomi dan menyenggol lengan Tomi.

Mereka terlihat begitu mesra dan akrab. Lisa terdiam memperhatikan kelakuan suaminya itu bersama wanita lain.

Lisa sempat berpikir kenapa Juli memanggil Tomi dengan sebutan mas, padahal usia Juli dan Tomi terpaut jauh. Tapi Lisa tidak ingin mengambil pusing dan banyak pikiran. Lisa menepisnya dan beranggapan jika mungkin Juli hanya ingin lebih menghormati Tomi.

Waktu mereka menikmati hidangan, entah bagaimana ceritanya, tiba-tiba Lisa terdesak bersamaan dengan Juli yang tersedak juga.

Lisa memanggil suaminya yang kebetulan menoleh ke arahnya untuk meminta bantuan Tomi agar mengambilkan Air mineral.

Tangan Tomi bergerak cepat mengambil minuman gelas, tapi lagi-lagi Lisa dibuat meringis perih.

Tomi mengulurkan Minuman itu untuk Juli, bukan untuk dirinya.

Lisa hanya bisa menunduk lagi. Kemudian dengan pelan dia mengambil sendiri air minum.

Setelah acara selesai, mereka bersiap untuk pulang.

Terdengar Bu Marni bertanya pada Juli, "Nak Juli pulang dengan siapa?"

"Tidak tahu ini Bu. Tadi berangkat sendiri sih. Mana udah malam lagi. Aku takut." rengek Juli.

"Ya ampun. Jangan pulang sendiri kalau begitu. Biar diantar Tomi saja ya?" Bu Marni dengan semangat memberi penawaran ynag tentu saja dijawab dengan sangat senang oleh Juli.

"Aduh. Terimakasih sekali ya Bu."

Tapi Lisa yang mendengar itu langsung berkata,

"Mas aku tidak setuju ya, jika kamu mengantarkan mbak Juli pulang!"

Bu Marni menoleh ke arah Lisa , "Memangnya disini siapa yang meminta izin padamu hah? Udah Tomi segera antar Juli pulang, nanti baru kamu jemput istri jelek kamu ini. Lagi pula kalau Lisa yang ditinggal sendirian disini juga tidak akan ada yang menculiknya. Berbeda dengan Juli yang berkulit putih dan ayu ini, pasti banyak laki-laki yang menggodanya!" cibir Bu Marni.

Lisa tetap berusaha mencegah suaminya, tetapi Tomi malah menuruti perintah ibunya. Sementara Juli tanpa merasa bersalah malah terlihat sangat senang.

Lisa mendekati Juli dan berkata,

"Tolong pengertiannya mbak. Kita sama-sama perempuan kan? Aku sedang membawa bayi, dan ini sudah malam. Putriku juga harus segera pulang untuk beristirahat. Mbak bisa pulang dengan orang lain saja, tidak harus dengan suamiku!"

Mendengar Lisa berkata demikian pada Juli, Bu Marni sangat kesal,

"Tidak sopan sekali kamu Lisa! Memangnya kamu yang membeli motor ini, suka-suka aku dong mau menyuruh anakku mengantar kamu atau Juli. Udah Tomi, kamu nggak usah dengerin Lisa. Cepat antar dulu Juli. Kami juga ingin segera pulang. Ayo Elena, kita pulang!" Bu Marni menarik tangan Elena.

Tomi tidak menghiraukan Lisa, kemudian menghidupkan motornya. Juli tersenyum senang lalu naik di belakang Tomi dengan dua tangan memeluk erat pinggang Tomi disaksikan Lisa yang sekarang ditinggal seorang diri didepan acara pak lurah.

Dengan rasa sedih, Lisa terpaksa pulang berjalan kaki sendirian dengan menggendong putri kecilnya yang sedang tidur.

Sesampainya dirumah Lisa malah diomelin oleh Bu Marni karena nekat pulang sendiri tanpa menunggu dijemput Tomi.

"Kamu sengaja kan mau bikin malu kami! Pulang jalan kaki, bukannya sabar dulu menunggu Tomi! Dia pasti jemput kamu nanti!"

Lisa tidak ingin menanggapi ocehan Bu Marni, karena terlanjur sakit hati dengan perlakuan mereka. Saat ini Lisa butuh ketenangan, dia cepat masuk ke kamar dan mengunci diri disana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status