Share

Bab 6. Panggilan dari rumah sakit.

Jantung kedua orang itu masih berdetak kencang sambil menatap api besar yang melahap mobil yang baru saja meledak tadi. Tiba-tiba Pemuda yang baru saja ditolong oleh Lisa tadi memegangi dadanya dengan suara rintihan kesakitan.

Lisa menoleh dan bertanya, "Mas, kamu kenapa?"

Lisa beranjak ingin menolong tapi bertepatan dengan Kiki yang menangis.

"Astagfirullahaladzim.. Mbak, Bayimu. Cepat tolong dulu." ucap pemuda itu.

"I,iya." Lisa juga panik, langsung berlari ke arah bayinya. Mungkin kini terbangun karena merasa tidak nyaman tidur di bawah pohon. Lisa malah khawatir jika Kiki digigit oleh serangga. Lisa cepat meneliti tubuh bayinya. Tapi semua aman.

Baru saja Lisa menggendong bayinya dan berbalik badan untuk menghampiri kembali pemuda tadi, dia terkejut melihat pemuda itu memuntahkan darah segar dari mulutnya.

"Ya Allah!" Lisa berlari, cepat menopang tubuh pemuda itu dengan tangan kanan, sementara tangan kirinya menahan bayinya.

"Bagaimana ini?" Lisa tentu sangat panik. Dia menahan tubuh pemuda itu agar duduk tegak.

"Bertahan, Mas! Aku akan mencari bantuan!" mungkin pemuda itu sudah tidak mendengar dengan baik karena dia sudah setengah pingsan.

Dengan keadaan yang genting Lisa mencoba mencari bantuan untuk segera membawa pemuda itu kerumah sakit agar nyawanya segera tertolong.

Lisa berdiri menggeletakkan pemuda itu lalu menoleh kiri dan kanan berharap bantuan akan segera datang.

Mengigit jari jemarinya sendiri dan mengacak-acak rambutnya bak orang gila karena cemas. Lisa takut nyawa pemuda itu tidak akan tertolong jika terlambat membawanya kerumah sakit.

Lama Lisa menunggu hingga beberapa menit karena panik, Lisa melihat sebuah mobil yang lewat. Lisa berpikir sejenak kemudian nekat menghadang mobil ynag lewat itu.

"Mau mati kamu!" bentak sopir yang terlihat kesal akibat Lisa yang menghadang ditengah jalan secara tiba-tiba.

Lisa mendekati sopir itu langsung menarik tangan sang sopir keluar dari dalam mobil.

"Bapak jangan marah-marah, lebih baik bapak tolong saya bawa pemuda ini ke rumah sakit. Dia kecelakaan!" ucap Lisa menunjuk pemuda yang saat ini sudah berbaring lemah itu.

Pemilik mobil menoleh, dia terkejut dan langsung mengangguk.

"I-iya, Neng. Ayo!"

Pria pemilik mobil dan Lisa membawa pemuda itu masuk kedalam mobil dan langsung mencari rumah sakit terdekat.

Sampai di rumah sakit Lisa cepat berlari masuk mencari bantuan, dia kembali dengan beberapa suster.

Pemuda itu segera dimasukkan kedalam ruangan gawat darurat dan segera ditangani oleh dokter.

Lisa masih menunggu di luar, dia tidak tahu harus berbuat apa sampai Dokter yang menangani Pemuda itu keluar dari ruangan dan menghampirinya.

"Apa anda keluarga pasien?" Tanya Sang Dokter.

"Bukan Dok. Saya tadi hanya kebetulan melihat kecelakaannya dan menolongnya."

"Oh.. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab?"

Lisa bingung untuk menjawab.

"Ah, Baiklah. Kami akan menunggu pasien sadar untuk menanyakan keluarganya. Saat ini, pasien akan dipindahkan ruangan perawatan karena lukanya memang tidak terlalu parah."

"Baiklah dokter." jawab Lisa.

Dokter beranjak pergi. Lisa masih berdiri sambil mendekap bayinya.

Saat ini, pemuda yang bernama Gilang itu mulai sadar. Suster yang melihat segera memanggil dokter.

Dokter kembali memeriksa keadaanya.

"Saya ada dimana?" Tanya Gilang yang menatap sekeliling dengan bingung.

"Anda berada dirumah sakit, tadi ada seorang wanita yang telah menolong anda." Dokter tersenyum saat memberitahu Gilang.

"Wanita?" lirih Gilang mencoba mengingat kejadian tadi. Gilang teringat wanita dengan bayinya yang telah menolongnya. Dia langsung meminta Dokter untuk memanggilnya.

Dokter mengangguk kemudian memintanya suster untuk memberitahu Lisa agar masuk karena pasien sudah sadar.

Tapi saat Lisa hendak melangkah masuk, tiba-tiba saja Kiki menangis. Lisa berusaha menenangkan bayinya, tetapi Kiki malah semakin menangis kencang.

"Maaf Sus, sepertinya saya tidak bisa masuk. Karena pasien sudah sadar, sampaikan salam saya saja ya. Saya harus pulang. Bayi saya rewel."

"Oh, baiklah kalau begitu ibu. Tidak mengapa. Nanti saya sampaikan." Suster pun mengiyakan dan menatap punggung Lisa yang sudah melangkah pergi.

Suster kembali ke dalam dan menyampaikan jika Wanita yang telah menolong Gilang pulang karena bayinya terus menangis.

Gilang merasa kecewa, dia belum sempat bertanya siapa namanya dan bahkan belum sempat mengucapkan terima kasih.

"Apa anda punya nomor keluarga yang bisa dihubungi?" Dokter bertanya.

Gilang mengangguk dan kemudian menyebutkan nomor ponsel ibunya.

Dokter segera menghubungi nomor tersebut.

"Apa dokter? Gilang putraku! Ya Allah!" Bu Ranti ibu Gilang disana ambruk tanpa sempat bertanya lebih lanjut. Beruntung suaminya tepat waktu menangkap tubuh Bu Ranti.

"Mama kenapa?"

Pak Ginanjar menyambar ponsel yang masih menyala.

"Halo. Siapa disana?" Dia bertanya karena yakin jika yang telah menghubungi istrinya pasti orang yang penting, dan pasti ada sesuatu, jika tidak mana mungkin istrinya sampai pingsan seperti ini.

"Ini kami dari pihak rumah Pak. Anak Bapak yang bernama Gilang saat ini berada di rumah sakit karena mengalami kecelakaan. Seorang wanita menolongnya dan membawanya kemari. Kami mengharapkan kedatangan keluarga pasien secepatnya."

Pak Ginanjar juga terkejut bukan main, "Astagfirullah.. Apa? Te, terus bagaimana keadaan anak saya Dok?"

"Anak banyak sudah sadar. Hanya masih sangat lemah. Untung yang menolong tadi cepat membawa kemari, jadi anak bapak tidak kehabisan darah."

"Iya Dokter, iya. Tolong berikan yang terbaik untuk anak kami. Kami akan segera kesana. Mohon untuk mengirim alamat rumah sakitnya."

Dokter menutup panggilan, Pak Ginanjar kembali pada Istrinya yang masih tak sadarkan diri. Dia menepuk-nepuk pipi Bu Ranti. Tidak berapa lama, Bu Ranti bangun dan histeris kembali.

"Papa.. Gilang Pa! Ya Allah.."

"Mama.. Tenang Ma. Gilang tidak apa-apa. Dia sudah sadar. Kita akan segera kesana. Mama jangan seperti ini, yang kuat ya."

"Ya Allah Gilang.." Bu Ranti masih seperti orang linglung.

Kemudian setelah memenangkan diri, Mereka bersiap untuk ke rumah sakit yang sudah dikirim alamatnya oleh dokter tadi.

Sepanjang perjalanan, Bu Ranti masih sesenggukan, dia sangat khawatir dengan keadaan Putranya itu.

Disisi lain,

Lisa sudah sampai di rumah orang tuanya. Dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam.

Dari belakang, terdengar Bu Saodah menjawab salam dan berlari kecil untuk membukakan pintu.

Ibu terkejut ketika melihat siapa yang datang. Putrinya datang seorang diri tanpa suami sambil menggendong bayinya. Tapi yang membuat firasat ibu tiba-tiba tidak baik adalah, tas ransel yang ada di tangan Lisa.

"Lisa." Ibu memeluk Lisa, tanpa ingin bertanya dahulu karena seperti sudah paham apa yang terjadi pada anaknya ini, Ibu hanya mengambil Kiki dari tangan Lisa, kemudian menuntut Lisa dengan lembut ke kamar.

Kamar kecil bekas Lisa dulu, tapi masih terlihat terawat karena ibu memang membersihkan setiap waktu.

Ibu berdiri diambang pintu menantap putrinya yang tampak lelah dan wajahnya terlihat murung itu.

Ibu meninggalkan Lisa beristirahat seorang diri, dia memilih pergi membawa cucu yang sudah lama tidak dilihatnya ini.

Dari belakang rumah, terdengar suara cangkul tersandar, lalu terdengar suara air keran mengalir deras di teras rumah.

Nampaknya pak Usman sudah kembali dari kebun dan masuk kedalam rumah.

Pria yang sudah separuh baya itu terlihat terkejut saat tak sengaja melihat Lisa ada di dalam kamar saat melewati kamar itu.

Tapi belum sempat pak Usman membuka mulut, istrinya menarik tangannya dan membawanya ke dapur.

"Ada apa ini Bu? Ada apa dengan Lisa?" menatap kearah istrinya yang tengah menggendong Kiki.

"Sepertinya, ada yang terjadi dalam rumah tangga Lisa. Biarkan Lisa istirahat dulu, nanti malam kita tanyakan semuanya. Sekarang bapak bantuin ibu jaga cucu kita dulu. Ibu mau menyiapkan makan malam." Bu Odah memberikan Kiki kepada pak Usman.

Lisa sendiri, masih termenung di dalam kamarnya. Dia teringat semua perlakuan kejam suami dan mertuanya yang begitu menganggapnya sampah. Ucapan Talak tomi yang masih terngiang-ngiang di telinganya.

Air mata Lisa kembali mengalir.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status