Share

Tentang Dia

Aвтор: Rindhu_ughi
last update Последнее обновление: 2021-01-14 17:24:20

"Udah ada kabar dari Nurul, Him?" Tanya Rindu yang kebetulan singgah ke rumah Hima, bersama para sahabat-sahabatnya.

"Katanya dia kerja di daerah Mertoyudan, tapi aku ga percaya. Waktu aku main ke kontrakannya, aku lihat ada motornya di teras." Jawab Hima sambil meletakkan cemilan ke atas meja.

"Sebenarnya masalah Nurul apaan sih, sampai kamu ikut-ikutan sibuk nyariin dia." Kini giliran Alfa yang bertanya.

"Entah, Ibunya yang minta aku bantu nyariin dia."

"Kamu ga mau cerita sama aku, bagaimana pun Nurul itu sahabat kita, jadi ga ada lagi rahasia diantara kita." Tukas Rindu.

"Waktu Aku balik ke Magelang, aku mampir ke kontrakannya yang di Sleman, tapi kata ibu-ibu yang punya kontrakan, Nurul udah hampir satu bulan ga balik ke kontrakannya." Yana memberi tahu sahabatnya.

"Kalo kamu Rim, ada info apa tentang Nurul?" Hima menatap Karim yang duduk di sebelahnya.

"Ga ada, Him! atau jangan-jangan dia emang pergi ke Mertoyudan ngejar si Ahmad, adiknya Mas Ardan, Tahu sendiri sifat Nurul semakin di tolak semakin gencar mendekat."

"Ealah, Ahmad kan udah nikah, senakal-nakalnya Nurul, mana mau dia ama laki orang." Tukas Rindu.

"Kalian juga tahu Ahmad udah nikah?" Tanya Hima.

"Beritanya udah nyebar ke seluruh kampus waktu itu." Jawaab Alfa.

"Bagaimana perasaan kamu, waktu tau incaran kau nikah, patah hati dong?" Rindu senyum-senyum sendiri sambil menatap Karim.

"Ya, lumayan lah...lumayan patah hati, tapi ya udahlah mungkin belum jodoh, mau gimana lagi? Jawab Karim sambil memainkan jari-jari tangannya.

"Him, menurut aku nih, Nurul lagi terlibat masalah yang besar deh, sampai ibunya minta tolong sama kamu buat nyariin dia." Kata Alfa sambil mengerutkan dahinya.

"Ga boleh suudzon, siapa tahu dia hanya butuh waktu buat sendiri." Ucap Rindu.

"Ngomong-ngomong udah pada bikin soal PAS belum?" Tanya Alfa.

"Aduh puyeng dah kalo ngomong PAS." Ujar Karim.

"Enak tuh Rindu, kerja bisa semaunya sendiri, ga ada yang atur tapi duit teratur." Jawab Hima.

Rindu tersenyum, "Iyalah kerja sendiri gaji diri sendiri duitnya dimakan sendiri."

"Him, abang kamu kemana dari tadi ga kelihatan?" Tanya Alfa

"Nah, ketahuan berarti bener dia ngajak kita ketemuan disini karena ada yang pingin dilihat, modus kamu tuh." Tukas Karim.

"Ini salah satu ikhtiar mencari jodoh, para sobat jombloku yang manis," Ucap Alfa membela diri.

"Hemmm...." Para sahabatnya ramai berkomentar.

***

Dengan kedatangan sahabat-sahabatnya, hati Hima menjadi sedikit terhibur, paling tidak dia menjadi tidak merasa sendiri, masih ada sahabat-sahabatnya yang selalu setia menemaninya dikala sedih ataupun senang.

"Hima, Apa ibu menganggu?" Ucap Ibunya yang berdiri dipintu kamar Hima sambil membawa segelas teh hangat.

"Ndak kok bu, masuk aja bu." Jawab Hima sambil merapikan buku-buku diatas meja kerjanya, dia mengurungkan niatnya untuk melanjutkan membuat soal-soal PAS, Hima hafal betul jika ibunya datang ke kamarnya pasti ada hal penting yang akan disampaikan oleh Ibunya ini.

"Kamu sedang apa to, Him?" Tanya ibunya sambil meletakkan teh manis yang ia bawa ke atas meja kerja Hima.

"Cuma merapikan buku aja, biar ga terburu-buru besok berangkat ke sekolah." Jawab Hima sopan.

"Ibu mau bicara sesuatu sama kamu,"

"Silahkan bu, akan Hima dengarkan."

Ibu Hima duduk dipinggir ranjang, sedangkan Hima memutar kursinya agar bisa berhadapan dengan ibunya.

"Tapi kamu jangan marah ya," Kata Ibunya Pelan.

"Inshaallah ga buk, memangnya ada apa to buk?" Tanya Hima penasaran.

"Kamu tahu putra Pak Burhan? teman bapakmu, yang punya pabrik tahu di kampung sebelah?"

"Siapa bu?" Hima mengerutkan dahi.

"Farhan, dia baru pulang dari Jakarta, dan mau tinggal disini untuk melanjutkan usaha bapaknya." Ibu Hima menjeda perkataannya.

Hima menatap Ibunya penasaran, kemudian Ibunya melanjutkan perkataannya.

"Pak Burhan ingin menjodohkan kamu sama Farhan." Ucap Ibunya sambil menunduk.

Hima menarik nafas panjang kemudian menghembuskannya perlahan,"Ibu dan Bapak setuju?"

Ibu menatap wajah Hima dengan seksama, "Itu semua tergantung kamu, ndok. Ibu sama Bapak ga mau memaksa kamu."

"Baiklah bu, Hima akan memikirnya dulu." Jawab Hima pada akhirnya.

"Ya sudah, kamu sekarang istirahat ya, besok ndak kesiangan, ibu juga mau istirahat dulu." Ucap Ibunya sambil beranjak dari ranjang, kemudian melangkah keluar dari kamar putri satu-satunya itu.

Setelah kepergian ibunya, Hima beranjak dari kursi kerjanya, melangkah menuju jendela yang telah tertutup separo. Lagi, Hima menatap gelapnya malam tanpa ada bintang yang menghiasi langit, semua terlihat gelap, sunyi dan suram. Hanya suara jangkrik yang menjadi irama pekatnya malam.

"Ya Allah hanya Kau yang tahu yang terbaik bagi hamba, jagalah hamba dari setiap keburukan hati manusia, dan jahatnya bisikan syetan." Hima bergumam, tangannya semakin erat mengengam jeruji kayu jendela kamarnya.

Malam kian larut, hanya keheningan yang menunjukkan kesunyian, namun hati hima tak sesunyi malam, hatinya gaduh tanpa ada bahasan yang terjawab, tanpa ada ujung dari sebuah kebisingan jiwanya.

Hima menutup jendela kamarnya, dan membaringkan tubuhnya di ranjang, berharap ia akan tertidur dengan pulas agar bisa terbangun disepertiga malam, dia ingin minta petunjuk pada Allah, agar ia tak salaah dalam mengambil keputusan.

Dengan sajadah yang terhampar di lantai kamarnya, Hima memanjatkan doa agar diberi petunjuk yang terbaik oleh Allah, keputusan apa yang harus ia ambil.

Hima mencurahkan kebisingan dihatinya, mencurahkan suara hati yang tak terdengar, inginnya dia menyingkap tirai kelam kisah cintanya, melepaskan belenggu kesedihan dalam hatinya, beginikah pada akhirnya? kisah cintanya berakhir pada sebuah perjodohan?

Tapi Hima justru meragu, seperti ada sebuah nama yang masih mengantung di dalam hatinya, walau entah siapa dan kapan ia tak tahu.

Cinta yang diperjuangkan dalam doa disepertiga malam

mengharap sebuah jawab, walau hati tak siap

Mencintai dalam diam, mencintai dengan rahasia

mencintai dalam barisan doa tanpa berkesudahan

Menitipkan cinta dalam doa,

Menitipkan jawab yang sesuai harap,

Menitipkan dia sang pelengkap jiwa,

Menitipkan dia sang penyempurna agama,

Kasih, dengarkanlah doa disepertiga malamku

Menyebutmu penuh rindu 

Menunggumu bersama dentingan waktu 

Meratap,  bermuhasabah demi cinta yang kutunggu

***

KRiiiiiNGGGGG

Jam weker di meja nakas berbunyi nyaring memekakkan telingga, Erlangga mengagap nakas demi menghentikan sebuah bunyi yang melengking membangunkan raganya.

Jam tiga pagi, Erlangga bangkit dari tempat tidurnya ketika tangannya berhasil mengapai jam yang berbentuk boneka beruang pemberian adik kelasnya.

Erlangga keluar dari kamar menuju kekamar mandi, seperti sebuah keharusan dia selalu mengerjakan sholat tahajud setiap hari, namun kali ini berbeda karena tidak hanya dia yang melakukannya, tapi Joko sahabatnya yang baru datang tadi pagi, rupanya mempunyai kebiasaan yang sama. 

Erlangga tersenyum samar melihat Joko melakukan sholat tahajud dengan khusuk, masih ingat betul dengan harapan Joko bahwa dia ingin istri yang cantik dan juga kaya. Apakah ini salah satu ikhtiarnya? pikir Erlangga. Ia mengelengkan kepalanya pelan kemudian menuju kamar mandi yang tak jauh dari kamar Joko.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Комментарии (3)
goodnovel comment avatar
Marrygoldie
sahabat yg baik mang selalu menghibur sahabatnya yang lagi kesusahan. macam Hima. semoga segera dipertemukan dengan Erlangga
goodnovel comment avatar
fitri rohmah
slaki-laki baik akan mendapatkan perempuan yang baik, begitu juga sebaliknya, aku yakin erlangga jodohnya hima.... semangat merengkuh cinta
goodnovel comment avatar
fitri rohmah
Soso erlangga yang luar biasa, bertemu hima pasti keren uey
ПРОСМОТР ВСЕХ КОММЕНТАРИЕВ

Latest chapter

  • Di ujung penantian   Antara Ikhlas dan Pasrah

    Satu minggu sudah acara pertunangan Hima dan Angger berlalu. Namun Hima masih menjaga jarak dan bahkan menghindari Angger, setiap kali Angger datang ke rumah Hima selalu berpura – pura tidur atau bahkan memang Ia sudah terlelap di dalam kamarnya.Hima masih enggan menemui Angger walau apapun alasannya, sampai mala mini Angger datang ke rumahnya dan Hima yang sedang banyak pekerjaan dan harus segera di selesaikan membuat Ia tak mungkin untuk pura – pura tidur.“Hima.” Panggil Ibu.“Ya bu.” Sahut Hima yang masih sibuk dengan laptop dan lembaran kertas di hadapannya.“Ada Angger di depan.” Ibu duduk di tepi ranjang Hima. Manik matanya menatap lembut pada sang putri yang sedang sibuk sibuk di kursi kerjanya.“Sebentar bu, ini harus selesai besok pagi.” Sahut Hima tanpa menoleh pada sang Ibu.Ibu hanya menghela nafas panjang, Ia tahu walau tak ada pekerjaan pu

  • Di ujung penantian   Penyesalan Aziz

    Siapakah dia yang mampu meruntuhkan rasa setiamu padaku, siapakah dia yang mampu mengalihkan duniamu untukku? Siapa kah dia yang mampu mencuri kerinduan di tiap detik sanubariku? Kata – kata itu yang kini berkecamuk di dalam pikiran Erlangga. Memikirkan gadisnya yang jauh disana dan mungkin tak aka nada lagi harapan baginya untuk mendapatkan gadisitu. “Hima, beginikah akhir dari perjuanganku untukmu? Atau sebenarnya aku belum memulai perjuangan ku? Maafkan aku Hima, pasti kau tersiksa saat ini, namun apa yang bisa aku lakukan selain mendoakanmu, mengharapkan kebahagiaan untukmu.” “HIma…” Erlangga menelungkupkan kepalanya diatas pagar balkon. Kepalanya dipenuhi permasalahan yang begitu pelik mulai dari masalah perusahaan hingga masalah hatinya sendiri yang seakan ditusuk ribuan pisau mendengar jika Hima melakukan prosesi lamaran oada malam ini. DrrrrTTtttt Ponsel Erlangg

  • Di ujung penantian   Kegalauan Melanda Hati

    Matahari terbenam di ufuk barat, menandakan hari yang akan segera berganti. Burung – burung dan binatang malam mulai mengeliat siap untuk memulai petualangan mereka.Bersujud dengan khusuk meminta ampunan di setiap dosa yang kita lakukan, dan memohon segala kemudahan dari Allah, itulah yang di lakukan Hima saat ini. Mencoba merayu Tuhan dengan segenap janji dan kepasrahan untuk lebih berdekatan dengan sang khalik.“Him…” Panggil sang Ibu dari balik pintu kamarnya.“Njih Bu.”“Kamu sudah selesai sholat?”“Sudah, Bu.”“Ya sudah gantian sama Ibu ya, Ibu mau sholat dulu itu teh nya belum di seduh.”“Ya bu, sebentar Hima keluar,”“Yowes Ibu tak sholat dulu.”Hima lalu meletakkan mukena yang baru saja Ia lipat ke tempat semula. Perlahan Ia keluar dari kamar lalu menuju ke dapur tempat diman

  • Di ujung penantian   Firasat hati

    “Him, kamu serius mau menerima lamarannya Angger?” Hima menatap kosong, jemari lentiknya hanya mengaduk minuman es jeruk yang ada di hadapannya. “Him!” Lagi, sahabatnya yang diajak bertemu di warung soto dekat sekolah tempatnya mengajar memanggil namanya, Hima terlalu larut dalam pikirannya sendiri hingga Ia tak mendengarkan apa yang ditanyakan oleh sahabat dekatnya itu. “Eh! Maaf Rin.” Sahut Hima penuh penyesalan. Rindu memutar bola matanya malas, “Jadi kamu beneran mau nerima lamaran dari Angger?” Rindu mengulang pertanyaannya pada Hima. “Lalu aku harus bagai mana? Aku sudah sering menolak permintaan Ibu dan Bapak. Aku tidak bisa membuat mereka kecewa lagi.” “Tapi kamu membuat dirimu kecewa Hima, mungkin juga Erlangga… bukankah kau diminta untuk menunggunya? Laki – laki yang tempo hari kamu ceritakan padaku itu, benarkan? Sebenarnya bagai mana perasaanmu sama dia?” Berondongan pertanyaan da

  • Di ujung penantian   Keputusan Hima

    Maaf para pembacaku, terlalu lama Hiatus, semoga mulai hari ini bisa updates tiap hari ya.. terimakasih untuk yang masih setia menunggu cerita abal - abalku ini.*******Duduk bersimpuh disepertiga malam, menangisdan meratap penuh kepiluan, mencurahkan segala sesak di hatinya yang kian mencekik seolah menjerat lehernya untuk berhenti bernafas.Hima terus bermunajat, mengharap segala yang terbaik untuk kehidupannya kelak. Lelehan air mata tak bisa Ia bendung, hanya meluncur begitu saja tanpa dapat ia duga dan ia cegah.“Ya Allah berikan hamba petunjuk, keputusan apa yang harus hamba ambil, sesungguhnya hanya Engkau yang mengetahui segala kebimbangan dan keraguan di hati hamba.” Hima mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangan lalu melepas sajadahnya dan meletakkan kembali ke tempat semula.Ditempat lain, Erlangga pun melakukan hal yang

  • Di ujung penantian   Awal Perjuangan

    “Hima, Tunggulah aku.” Ucap Erlangga sebelum Ia keluar dari ruang makan rumah Hima.Kata-kata itu selalu terngiang di dalam benak Hima, entah apa maksud dari Erlangga mengucapkan kata-kata itu namun Ia yakin Erlangga tak pernah main-main dengan apa yang Ia ucapkan.Hima kembali larut dalam pekerjaannya mengoreksi hasil ujian semester anak didiknya. Ia mengacuhkan hatinya yang masih ingin terlarut dalam ucapan bak sihir yang di ucapkan oleh Erlangga.“Ya Allah jagalah hati hamba.” Doa Hima di dalam hati.Berbeda dengan Hima, Erlangga sedang berkemas menuju kota Jakarta untuk mengecek kondisi perusahaan milik orang tuanya yang sedang dalam masalah.Sungguh Erlangga tak ingin usaha yang di rintis keluarganya hancur hanya karena kesalahan kakaknya yang tamak dan sombong.“Jok, kamu bener tidak mau ikut aku ke Jakarta?”Joko mengeleng,

  • Di ujung penantian   Perjuangan 1

    Erlangga keluar dari taksi lalu masuk ke lobby utama gedung apartemen mewah di tengah kota Jakarta, tangannya merogoh saku celana lalu menghubungi awan saudara sepupunya."Assalamualaikum, Wan. Aku dibawah." Kata Erlangga tanpa menunggu jawaban salam dari sepupunya itu."Waalaikumsalam, kamu langsung naik keatas aja, sandi masih sama seperti dulu belum pernah aku ganti, aku lagi keluar sebentar.""Oke. Assalamualaikum.""Waalaikumsalam."Erlangga bergegas memasuki lift yang kebetulan sedang terbuka, lalu berdiri diam sambil membawa koper miliknya.Tak lama kemudian Ia telah sampai di lantai tempat apartemen Awan berada. Erlangga keluar dengan segera dan langsung menuju ke ruang apartemen milik awan dipojok bangunan.Setelah memasukkan nomor sandi, pintu aoartemen mewah itu akhirnya terbuka, Erlangga langsung masuk ke dalamnya dan menuju salah satu kamar milik awan, yang sering Ia gunakan setiap kali Ia menginap di apartemen milik sepupunya in

  • Di ujung penantian   Antara aku, kamu dan dia 2

    Masih dengan rindu yang sama, masih dengan tatapan cinta yang sama. Merengkuh detik-detik yang terasa hampa tanpa hadirnya sosok yang Ia rindu hadir memeluk jiwa yang mengersang. Mengukir waktu yang kian berdebu, tak terjamah kehangatan bercumbu. Impian yang tergantung di ujung malam, melabuh angan dan harapan di penghujung doa disepertiga malam. Erlangga duduk bersimpuh di atas sajadah panjang, setelah melihat wajah Hima dari ponsel, membuat rindu yang menggunung sedikit terobati, walau ada keresahan dank e khawatiran yang mendalam akibat melihat sang pujaan merintih sakit. “Ya Allah, jagalah dia selalu, berilah dia keselamatan dimanapun dia berada, dan dekatkan hati kami jika memang kami berjodoh ya Allah, namun jauhkan lah jika memang kami tidak berjodoh.” Doa Erlangga di setiap sholatnya. “Pak Bos.” Panggil Yoga saat melihat Erlangga sedang melipat sajadahnya. “Ada apa Yoga?” Tanya Erlangga sambil menoleh pada asisten set

  • Di ujung penantian   Antara kamu dan dia 1

    Hima menatap ke arah jalanan yang ramai dengan lalu lalang kendaraan bermotor, dia sedang berdiri di taman sekolah yang berbatasan langsung dengan jalan raya. Entah mengapa akhir-akhir ini rasa rindunya semakin besar pada sosok laki-laki bernama Erlangga, tak dapat Ia pungkiri jika Ia memang menyukai laki-laki itu, Ia memang mencintainya. Salahkah? Tidak ada yang salah dalam hal cinta, karena cinta tak memandang status sosial atau kedudukan seseorang. Cinta adalah sebuah rasa yang kuat untuk menyayangi, melindungi dan rasa ingin memiliki.Desiran angin di siang itu menyibak rasa rindu yang kian menyeruak, Hima menarik nafas panjang, kedua lengannya bertumpu pada pagar pembatas antara sekolah dan jalan raya.“Hai, Nglamun aja.” Sapa Alfa dari belakang Hima.Hima menoleh ke belakang, dilihatnya sahabatnya, Alfa. Yang juga ikut berdiri dipinggir pagar .“Kamu kenapa, Him. Aku lihat akhir-akhir ini kamu sering melamun, dan lebih banyak diam.” Kata Alfa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status