Share

Kenapa memanggilku Jev?

Penulis: El Nurien
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-28 13:58:28

“Semua orang melamar pastinya motifnya karena tergiur uang dan kau tidak suka itu, tapi mengapa tidak kau hapus saja video itu?”

“Nenek tipe teguh pendirian. Aku tak bisa melarang begitu saja. Hanya saja, Nenek harus menghargai keputusanku karena nanti kelak aku yang menjalani.”

Key menghela napasnya. “Kalau begitu, aku minta nomor rekeningmu, aku akan kembalikan uang nenekmu.”

“Itu aku yang kirim.”

“Hah?”

“Untuk memastikan kau perempuan jujur.”

Key tersenyum miring. “Apa semua pelamar kau perlakukan begitu?”

“Tidak. Hanya padamu.”

“Kenapa?

“Bagaimanapun kita pernah habiskan waktu istirahat bersama. Tidak buruk jika kita bersama lagi. Hanya saja, aku perlu berhati-hati.”

Key tertawa sumbang. Ia merutuki dirinya yang berani bermain-main dengan Javi.

“Bagaimana dengan Neal?”

Spontan Key menoleh. Javi tahu hubungannya dengan Neal? Padahal ia sudah menjaga jarak dengan Neal. Entah dari mana bermula, ia malah dirumorkan mengejar Neal. 

“Bagaimana kau bisa tahu aku punya hubungan dengan Neal?”

“Bagaimana aku tahu itu tidak penting. Yang penting sekarang, bagaimana hubunganmu dengannya?”

“Neal sedang berada di puncak, aku tidak ingin menunggunya lagi.”

“Bukan karena uang kau melamar?” Suara Javi melemah. 

“Kuakui itu salah satunya. Kau pria dingin, setahun mendiamkanku, paling buruk kau akan memperlakukanku dengan cara yang sama.  Setidaknya aku bisa mendapatkan gaji dari Nenek. Setidaknya aku bisa melakukan hal-hal yang aku sukai dengan uang itu.”

“Tapi aku mau hubungan yang komitmen. Aku hanya mau menikah dengan gadis yang mau tidur bersamaku. Tidak boleh bicara perceraian selain aku.”

“Tak masalah,” sahut Key cepat. Beberapa detik kemudian jantungnya berdetak cepat. 

 Javi mendekatkan wajahnya. Key memicingkan mata. Javi terus memajukan wajah, sandaran sofa membuat Key tak bisa lagi menghindar. Sampai-sampai ia dapat merasakan napas Javi. Ia memejamkan mata dengan detak jantung bertalu-talu. 

“Jev, kita belum menikah,” lirihnya bergetar.

Javi menarik diri. Aroma parfum Javi yang menjauh membuat Key berani menghirup udara. 

“Setelah menikah, aku tidak ingin lagi ada penolakan. Jadi sebaiknya kau pertimbangkan lagi,” ucap Javi tanpa menoleh. 

“Selama kau bersikap baik padaku, aku akan melakukan hal yang sama,” janji Key. 

“Jangan kuatir.”

“Boleh aku minta satu hal?”

Spontan Javi menoleh dengan wajah garangnya. “Di sini posisinya kau sebagai pelamar, kau masih mengajukan syarat?”

“Aku cuma minta, kalau nggak mau yang sudah,” sahut Key dengan wajah merengut. 

Javi berbalik. “Katakan! Tapi aku tak janji.” 

“Bisa pernikahan kita dirahasiakan?” 

Kembali wajah Javi berbalik. Kali ini dengan emosi berkali lipat. 

“Kenapa? Kau tidak ingin Neal tahu? Aah, atau kau malu bergandengan denganku? Si pria lumpuh ini.”

Mendadak Key menjadi panik. Apalagi dengan kalimat terakhir Javi yang penuh penekanan. 

“Bukan … bukan begitu,” sergah Key. 

“Lalu?” 

Key mengembuskan napas. Tatapannya lurus ke depan. “Aku memang menginginkan pria kaya, tapi aku belum terbiasa dengan kemewahan. Dari dulu kau jadi pusat perhatian. Meski mulutmu pedas pada gadis-gadis, tetap saja ada yang mendekatimu.”

“Bukankah sudah seharusnya kau pertimbangkan itu sebelum memutuskan menikah dengan pria kaya?  Kemewahan, sosialita, relasi, koneksi bahkan popularitas sangat mendukung eksistensi mereka.”

“Baru saja aku berpikir memilih pria kaya. Aku tidak kalau doaku dikabulkan secepat itu. Ini melebihi  akselerasi kelas satu sd naik ke kelas satu SMP.”

Sesaat hening. Tenggelam dalam pikiran masing-masing. Key bertanya-tanya dalam dirinya, andai ia tahu saat itu doaku dikabulkan, mungkin tidak berpikir mencari pria kaya. Jangan-jangan saat itu berdoa hubungannya dengan Neal abadi? Seketika ia menggigil yang membuat Javi menoleh. 

“Kau kedinginan?”

“Tidak. Jangan kuatir.”

“Lalu soal dirahasiakannya pernikahan. Aku juga mempunyai keluarga, kerabat, relasi kerja, juga karyawan. Aku tak suka dibilang kumpul kebo.” 

Key menoleh pada Javi. “Beri aku kesempatan. Kau bisa umumkan setelah aku terbiasa. Atau begini saja, kita tunangan dulu?” 

“Tidak.”

Key terdiam. Ia mengalihkan pandangannya dengan wajah merengut. “Ya sudah. Kirim nomor rekeningmu. Aku kembalikan uangmu.”

Javi menahan senyumnya. “Aku ingin menikah secepatnya.”

Key menoleh. 

“Tapi janji, suatu saat pernikahan kita akan diumumkan.”

Key mengangguk pasti. “Aku janji. Terima kasih.” 

“Kalau begitu, kau bersiaplah.”

“Hah? Menikah sekarang?”

“Kau mau begitu?” 

Key melambaikan kedua tangannya. “Tidak-tidak. Aku harus memberi tahu ibu.”

Kali ini Javi tidak menyembunyikan senyumnya. 

“Aku mau membawamu menemui Nenek.”

Key menghela napas lega. “Begitu?” Tetapi beberapa saat kemudian dia memekik. “NENEK?”

“Kenapa?

“Apa tidak terlalu cepat? 

“Makin cepat, lebih baik. Besok aku akan urus ke KUA, jika bisa besok kita menikah.”

“JEV!” Ia tersadar, mengapa ia memanggil Jev? Apakah karena biasnya Jake? 

“Aku bilang jika,” sahut Javi. “Tapi, kenapa kau memanggilku Jev?” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Bukan Sembarang Cincin

    “Kau lupa dia tidak mengenakan benda yang sudah diinjak orang? Apalagi ini punya Key. Siapapun itu, harus mengganti full. Ah tiga kali lipat. Di sini sudah sold out. Aku harus mencari di outlet lain, mungkin saja harus outlet luar negeri. Karena itu edisi terbatas.”Indra beralih pada Melodi. “Anda dengar ‘kan?”Indra kembali mengangkat teleponnya. “Lalu bagaimana kau menghadapinya? Setelah ini mungkin aku juga akan dipecat.”Bisik-bisik kembali terdengar. Neal ikut bertanya-tanya siapa sebenarnya Key. Ia baru ingat kalau ayah Key orang kaya. “Apa Key sudah baikan dengan ayahnya?” gumam Neal. Melodi yang mendengar gumaman Neal segera berbisik. “Siapa ayahnya?”Neal tak menjawab. Perhatian mereka teralih pada percakapan Indra. “Jangan kuatir, Ndra. Toko baru saja mendapatkan edisi terbaru. Asalkan Key menyukainya, kau akan selamat.”“Baiklah, bawa paket itu ke sini. Kita harus menenangkannya.” Indra menyudahi panggilannya. Ia beralih pada Melodi. “Anda sudah mendengarnya.” Ia mempe

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Melodi Bertingkah

    [Hati-hati di jalan.]Key yang tadinya bersandar pada kursi kini terduduk ketika melihat alamat yang diberikan Javi. Lokasi itu bahkan nama gedungnya sama yang sering ia masuki untuk mengantar makanan Neal.“Memangnya si Ayam Panggang bekerja sebagai apa?”“Apa, Non.”Key terkesiap karena melupakan Bibi Nurul yang tak jauh darinya. “Tidak apa, Bi. Aku turun dulu, Bi. Assalamu ‘alaikum.”“Wa ‘alaikum salam,” sahut Bibi Nurul sambil tersenyum. Ucapan salam hanya kegiatan sederhana, tapi tidak semua orang konsisten atau peduli melakukannya. Tindakan sederhana, tetapi membuat Bibi Nurul yakin, Key perempuan baik dan layak mendampingi majikan yang sejak kecil ia besarkan. ***“Jev, aku sudah di bawah. Kantormu di mana?” tanya Key di dalam telpon. “Tunggu saja di sana. Aku minta Indra menjemputmu.”“Baiklah. Aku tunggu.” Key menutup panggilan. Sesaat ia mengedarkan pandangan. Luasnya lobi dan orang-orang berlalu. Baru kali ini ia memperhatikan suasana lobi. Biasanya ia langsung saja melun

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Mengapa Alamat yang Sama?

    Key dapat merasakan napasnya yang tertahan. Terperangkap? Bukankah itu yang menakutkan. Bukankah ia seperti lepas dari kucing, masuk ke sarang singa. “Tidak akan,” sahut Key dengan memasang wajah meyakinkan. Ia harus pintar manipulatif, jika tidak arena yang tadinya tempat main-main akan berubah menjadi perang. Ironisnya ia terperangkap di dalamnya. Javi memajukan wajahnya. Key memejamkan mata dengan sedikit memiringkan wajahnya. Melihat itu Javi mengalihkan sasarannya. Key meringis. Spontan ia mendorong Javi. “Jev, kenapa menggigitku?” protes Key sambil mengusap lehernya yang terasa sakit. “Untuk menyenangkan kedua pengasuhku. Nenek pun kalau melihat ini pasti senang.”“Hah?” tanya Key dengan wajah kebingungan sambil mengelvs lehernya yang masih terasa sakit. “Bangunlah. Kita salat berjamaah.” Key mengangguk saja, meski belum mengerti apa yang dikatakan Javi barusan.***Di ruang makan sudah ada Indra yang berdiri tak jauh dari Javi dan sepasang suami istri yang menyiapkan sar

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Malam Pertama

    “Key meninggalkanku? Tidak mungkin. Cinta Key padaku dari kecil, jadi mana mungkin bisa berpindah ke orang baru.”***Key memejamkan matanya, berharap ia tertidur lebih duluan. Nyatanya, telinganya makin menajam, memindai bunyi shower di kamar mandi bahkan ia dapat merasakan gerakan-gerakan Javi. Shower dimatikan dan tak lama pintu terbuka. Seketika dadanya berdebar keras dan semakin bergemuruh ketika indra penciumannya menangkap aroma vanila lembut semakin dekat. Terlalu dekat malah. Ternyata dirinya masih belum bisa menjadi wanita dingin materialis yang sebenarnya. Menjalin hubungan nominal tanpa rasa. Kecupan lembut di dahi yang membuat matanya seketika membuka. “Belum tidur?”Key hanya mampu menggeleng sedikit, bahkan tak berani mengerjap. Ia dapat merasakan detak jantungnya yang bertalu-talu. Ia berpikir, jika Javi menjauhkan wajahnya beberapa detik lagi, jantungnya akan berhenti berdetak. Javi terus saja memindai wajah cantik yang telah halal untuknya. Ia menatap setiap inci

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Narsis Parah

    “Diusahakan malam ini?”“Apa? Kalian tidak melakukan tindakan memalukan itu kan?”“Kenapa Nenek berpikir begitu?” protes Javi.“Kamu sih! Kebanyakan nikahan grasak-grusuk itu karena ngisi duluan.”“Tidak, Nek. Aku cuma ingin secepatnya.”“Mudah ngomongnya. Mesan tempat saja paling nggak sebulan duluan.”“Nek, ada yang ingin saya sampaikan pada Nenek. Semoga Nenek memaklumi keadaan saya,” sela Key. Ia menundukkan wajahnya. “Tapi, jika memang tak bisa ditoleransi, saya rela mundur dari rencana pernikahan ini. Saya akan kembalikan dari apa telah diberikan pada saya.”Nenek menatap penuh tanya. “Nek, saya mempunyai trauma tak bisa berada di orang banyak bahkan tak bisa menatap orang. Jadi, jika boleh, pernikahan diadakan yang ada hanya kita.”Javi meraih tangan Key dan menggenggamnya. Dadanya berdenyut nyeri. Lebih sakit saat dulu Key yang tak pernah mau menatapnya. Andai ia tahu lebih dulu, seharusnya setahun cukup mengobati luka Key. Ia baru tahu setelah ngobrol dengan calon mertuanya

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Apa Kalian Melakukan Tindakan Memalukan itu

    “Mmm,” shaut Key sambil menggeliat, tetapi dua detik berikutnya ia terlonjak duduk. “Ibu? Kapan Ibu datang?”Ia lebih syok ketika menyadari mereka sedang tidak berada di kamarnya. “Kita di mana?”“Kita di mana? Kau masih belum sadar?!” Zaida langsung menarik sebuah bantal dan memukulkan ke badan Key. “Bagaimana kau bisa ceroboh sekali?! Bagaimana bisa sampai di sini, heh?!”“Ampun, Bu,,” seru Key sambil melindungi badannya dengan mengangkat kedua tangan. “Sebentar-sebentar.”Zaida menghentikan pukulannya. Napasnya tersengal. Kening Key mengerut. Berusaha meraba-raba ingatan terakhir kali. Ia teringat kemarin ke mall, pulang, kakinya yang pegal, tawaran Javi, setelah itu ia tidak ingat apa-apa lagi. Seketika wajahnya meringis. Fakta tidur di rumah pria membuatnya ingin menenggelamkan diri, belum lagi bagaimana harus menjelaskan kepada wanita yang melahirkannya itu. “Sudah ingat?!” ejek Ibunya. Key mendekat dan menarik lengan ibunya. “Bu,” ucap Key dengan nada antara rayuan dan ta

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status