Share

Bertemu Javi

Author: El Nurien
last update Last Updated: 2025-05-28 13:55:18

“Nenek sama cucu sama saja. Pemilih. Sebenarnya kriteria seperti apa yang diinginkan Nenek Sarah? 25 juta perbulan?” lirihnya. Tiba-tiba saja ia terseret penasaran. 

Key iseng mengirim cv miliknya pada akun Nenek Sarah. 

Key terkekeh setelah melihat pesannya berhasil terkirim. “Apa yang kau lakukan, Key? Serius kau mencari jodoh dengan cara begini? Kau lupa Jev tak suka cewek matre?” omelnya pada diri sendiri. 

“Key, mengapa kamu sebodoh ini?!” teriaknya, kemudian terdengar ketukan dinding dari sebelah. Ia segera menyembunyikan wajahnya di balik bantal karena rasanya tak puas berteriak. “Sudahlah. Bukankah nenek itu merekam diam-diam, jadi kemungkinan Jev juga tidak tahu tindakan neneknya. Anggap saja aku menghilangkan kesia-siaan cv itu.” 

Ia tersenyum ketika mengingat fakta ini. Ia menulis cv itu saat masih kuliah. Nyatanya cv itu tidak pernah Key kirim ke mana-mana karena ia memutuskan sebagai kreator demi fokus mendukung karir Neal. 

Ia kembali berdoa semoga Jev tidak membaca cvnya. 

Mata Key membesar melihat tombol warna merah ikon surat. 

“Secepat ini?” gumamnya sambil mengklik pesan itu. 

[Hallo, Nak Key. Sebutkan alasanmu ingin menjadi istri cucu kami.]

Tiba-tiba Key merasa interview kerja. Tak dapat disanggah, komunikasi dengan teks kadang seseorang membacanya dengan nada dan spekulasi sendiri. Seperti sekarang ia merasa interview kerja, padahal mungkin saja Nenek Sarah balasnya sambil rebahan. 

{Sejujurnya aku membaca komentar di vt Nenek. Katanya banyak yang melamar, tapi selalu ditolak. Aku jadi penasaran, kriteria seperti apa yang diinginkan Nenek.]

Key jeda sejenak. Ia perlu waktu untuk mencerna situasinya. Memang terlalu ceroboh, tetapi Javi bukan pria jahat, tentu sayang dibuang kesempatan ini. Bukankah ia ingin pria kaya?

Key menghapus dan mengetik ulang. 

[Pertama, tergiur yang dijanjikan Nenek. Kedua, Javi kakak kelasku waktu di SMA, dia cowok baik. Tidak akan rugi kalau aku berdampingan dengannya.] 

Tak lama muncul lagi sebuah pesan.

[Bukankah alasan pertamamu, memperlihatkan  kau terlihat materi?]

Key segera membalas. 

[Soal alasan pertama, itu memang benar, tapi aku juga tak ingin membuang kesempatan. Dan aku percaya diriku bertanggung jawab dan memiliki komitmen tinggi.]

Key terdiam menatap layar ponsel. Tidak ada lagi balasan. 

Ia merebahkan diri ke atas kasur. Ia yakin Nenek  Sarah tidak membalas lagi. Kalaupun membalas paling info kalau ia tidak lulus. 

Ia kembali membuka aplikasi editor dan kembali mendesain. Tak lama masuk sebuah notif dari aplikasi hitam. 

[Baik. Cukup kau kirim nomor rekeningmu]

{Maksudnya?}

[Kirim saja]

Akhirnya Key mengirim saja nomor rekeningnya, meski tidak tahu apa maksud Nenek Sarah. 

Kling. 

Ia mengerutkan kening. Masuk satu notif dari aplikasi bank. Matanya membesar, begitu melihat nominal yang masuk ke rekeningnya. Ia bergegas mengirim chat pada Nenek Sarah.

{Ada uang masuk ke rekeningku. Itu dari Nenek? Nenek salah kirim? Minta nomor rekening Nenek, akan saya kembalikan.}

[Kau diterima jadi calon istri cucu Nenek. Itu separuh maharmu. Sisanya beritahu alamat orang tuamu, supaya kami bisa langsung datang pada orang tuamu]

Mata Key masih saja membesar, seakan lupa berkedip. 

Kling. 

Key tersentak. Bunyi sebuah pesan-pesan tiba-tiba terasa horor baginya. 

[Kamu di mana? Mari bertemu. Javi]

“Jev?” Tiba-tiba saja dadanya berdebar hebat. Ia merasa seperti maling tertangkap basah. 

Tiba-tiba layar ponselnya berubah jadi panggilan. Spontan ia langsung mematikan panggilan dan melepaskannya. Dengan bergetar mengambil ponsel itu dan  ia mengetik pesan. 

[Baik. Kita ketemu di mana?]

[Katakan kamu di mana. Aku akan menemuimu]

Key menghela napas. Dari dulu ia tahu pria itu tak suka dibantah. Ia segera membalas pesan dengan memberitahu alamat kosnya. 

[Tunggu sekitar 15 menit]

[Baik]

Key kembali menghempaskan tubuhnya ke kasur sambil menghela napas. 

“Key, apa yang terjadi?” 

Key masih tidak percaya apa yang terjadi ini nyata. Ia memejamkan mata. Lelah benar-benar terasa. Petualangan maya ternyata tak kalah melelahkan. 

Tanpa terasa waktu telah berlalu. Key kembali terkejut dengan bunyi ponselnya. 

[Aku di luar]

[Baik]

Key segera bangun dengan tangan masih memegang ponsel. Ia mematut sebentar di depan cermin, menepuk-nepuk wajah dengan sedikit bedak, kemudian keluar kamar. 

Pintu sebuah mobil di tepi jalan terbuka begitu ia sampai di halaman. Setengah berlari ia mendekati mobil itu.

“Masuklah!” titah Javi tanpa menoleh. 

Ia masuk saja dan duduk di sofa samping Javi. Pintu mobil segera tertutup. 

“Kau tau aku tidak suka cewek matre.” Ini bukan pertanyaan. Tiba-tiba Key merasa dingin AC di mobil itu menusuk tulang.

“Tau.” jawab Key dengan diusahakan tidak gugup. Spontan ia menoleh karena menyadari satu fakta. “Bukankah aku mengirim ke nenekmu? Kau tahu itu. Kau membaca cvku?”

“Video view jutaan, bagaimana aku tidak tahu?”

“Jadi semua pelamar kamu yang tolak?”

Javi hanya memberikan jawaban dengan anggukan. 

“Nenek tahu?”

Javi kembali mengangguk. 

“Semua orang melamar pastinya motifnya karena tergiur uang dan kau tidak suka itu, tapi mengapa tidak kau hapus saja video itu?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   End

    “Sorry, aku ngaku salah,” ucap Javi sambil mendekat. “Berhenti di situ! Kenapa Indra tahu, sedang aku tidak? Kau tidak mempercayaiku?” “Bukan begitu! Indra tahu karena Prass yang bilang.” “Aku bilang jangan mendekat!” Kali ini ia meraih benda apa saja di atas nakas dan bersiap melempar. “Oke … oke. Aku berhenti di sini. Key, apa yang terjadi? Kau mens?” Key menggeleng. “Aku benci pembohong. Aku benci tidak dipercayai,” ucap Key dengan luapan emosi. Bahkan da-danya terlihat naik turun. “Aku tak bermaksud begitu,” sahut Javi sambil kembali mendekat. “Aku bilang jangan mendekat!” Hoeek. Key berlari ke kamar mandi. Mual yang sejak tadi ia tahan kini tak tertolong lagi. Hoeek. Ia mengeluarkan segala isi perut ke dalam closet. “Key, kau tidak apa-apa?” “Aku bilang jangan mendekat! Hoeek.” Key kembali mengeluarkan isi perutnya yang nyaris sudah habis. Kali ini perutnya benar-benar sakit. Ia menekan perutnya dengan napas tersengal. Keringat kini membanjiri seluruh tu

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Aku benci Pembohong

    “Key, kau keluar sebentar. Ada yang ingin kami bicarakan,” pinta Javi.“Kau tidak percaya padaku?”“Bukan begitu. Ada kalanya kita perlu mencerna, kemudian memproses untuk menyampaikan kepada orang lain.”Key terdiam beberapa saat hingga akhirnya ia mengangguk dan segera meninggalkan ruangan itu. Indra menghampiri Javi begitu Key menutup pintu. “Bagaimana Papa bisa dirawat, apakah juga karena obat itu?”Indra hanya bisa menggeleng. “Mungkin nanti bisa kita dapatkan infonya dari Prass. Tapi menurutku, ia syok karena saudaranya yang tiba-tiba sekarat dan meninggal, terlebih lagi jika memang dia menyimpan rasa sesal. Jika malam itu mereka memang memasukkan obat ke minuman ginseng, mungkin juga Tuan Ferren sakit karena ketakutan yang ekstrem.”Javi tertawa miring. “Siapa yang tidak takut dengan kematian seperti itu. Terlebih jika memang ada rasa bersalah, tapi aku tak yakin apakah dia masih memiliki hati nurani. Orang yang tidak memiliki hati nurani, jangankan merasa bersalah bahkan men

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Kabar Baik

    “Dengan gejala yang sama seperti almarhum ayahku?” tanya Javi. Key menjadi kebingungan. Ia seperti sedang menonton drama pertengahan episode. Dari mana awal cerita dan akan dibawa kemana. Tuan Darren siapa? Saudara Ferren? Apa yang terjadi? Kenapa Javi tidak seperti orang baru bangun dari koma?“Belum dapat dipastikan karena aku belum melihat rekam medisnya.” “Sebenarnya apa yang terjadi? Siapa Tuan Darren?” Akhirnya Key tidak dapat menahan diri. Sesaat tiga pria itu saling bersitatap hingga akhirnya Indra bersuara. “Kalau begitu kami keluar dulu. Aku juga mau memantau keadaan. Kelihatannya Tuan Ferren tadi sedang tidak baik.”Javi mengangguk. Key terus menatap Javi hingga kedua bersaudara itu telah keluar dari ruangan.“Katakan apa yang terjadi? Mengapa kau tidak seperti bangun dari koma?”Javi terdiam beberapa detik, hingga akhirnya ia berkata, “Aku haus.”Key menggertakkan gerahamnya, tetapi segera membuang napas karena Javi memang belum menyentuh apapun hampir 24 jam. Key be

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Senjata Makan Tuan

    Susah payah Ferren menyeret langkah hingga akhirnya sampai di luar rumah sakit. Namun, kemudian tersadar kalau saudaranya mungkin saja di rumah sakit yang ia pijak sekarang.Dengan tangan bergetar ia mengangkat ponselnya. “Mel, ayahmu di mana?”“Di ruang ICU, Paman.”Ferren mematikan panggilannya dan kembali masuk ke rumah sakit. Ia mengayunkan langkah cepat sambil memeriksa anak panah penunjuk meski pernah mendatangi ruang ICU sebelumnya.***Isak tangis ipar dan dua keponakannya yang duduk ruang tunggu saat Ferren telah tiba. “Mel, bagaimana keadaan ayahmu?”Melodi menggeleng lesu. Wajahnya basah dan membengkak. “Paman, mungkinkah malam tadi ….”Bahkan Melodi tak berani membayangkan. Ferren sedikit terhuyung. Tanpa diingatkan pun ia telah menebak hal yang sama. Ia tak bisa menerka-nerka bagaimana bisa Darren si pengatur rencana terkena jebakannya sendiri. Andai Javi juga tidak kritis, ada harapan mangkuk itu hanya tertukar. Nyatanya … Ferren tak berani membayangkan. “Apa yang ter

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Wajah di Balik Topeng Ayah Tiri

    “Key!” Pada akhirnya ia harus menahan diri. Ia berjanji akan mendatangi dokter itu lagi di lain waktu. “Baiklah, kalau begitu aku undur diri. Dokter, maaf telah mengganggu waktunya.”“Kau mau sesuatu? Biar aku belikan.” Neal kembali menawarkan diri. Key tertawa kecil. “Aku jadi ingat waktu sakit dulu. Kau menawarkan berbagai makanan hingga aku kesel dibuatmu.”Neal ikut terkekeh. “Benar, tapi kau masih saja tidak memperlihatkan kekesalanmu. Andai waktu bisa diulang ….”“Sudahlah! Nyatanya itu tak mungkin. Andai diulang, mungkin semesta ini jadi kacau karena setiap orang ingin mengubah takdirnya. Neal, bisa kau jemput Ibu. Aku belum kasih kabar ke Ibu.”Neal mengangguk cepat. “Akhirnya aku bermanfaat untukmu.”Key kembali tertawa kecil. “Ngomong apa? Pergi sana,” seru Key sambil mendorong punggung Neal. Key berbalik. Ia tak berminat lagi mencari angin segar. Key mempercepat langkah, tapi tepat di persimpangan ia segera bersembunyi karena melihat Ferren yang berjalan dari arah lain.

  • Diabaikan Kekasih, Dimanja CEO   Kedalaman Cinta

    Yang ia tak mengerti mengapa menggunakan ginseng merah? Apakah Javi tidak bisa mengkonsumsi ginseng merah? Atau ginseng merah hanyalah kambing hitam atas obat yang tersembunyi?Seketika matanya memerah berselaput kaca. Jika dugaannya benar, ia tidak membiarkan mereka hidup dengan tenang. ***Tak lama Zivana datang dengan Melodi. “Ma,” sapa Key lesu. “Apa yang terjadi dengannya?” Zivana bergegas menghampiri Javi. “Kenapa ia tidak sadarkan diri?”Key menoleh pada Melodi. Tatapan tajam itu membuatnya tersentak. “Javi kritis. Besar dugaan dia keracunan makanan,” ucap Key tanpa mengalihkan pandangannya pada Melodi. “Keracunan makanan? Key, kau sangat ceroboh memberinya sembarang makanan. Aku akan menuntutmu,” teriak Zivana sambil menunjuk. “Menuntunku? Ia hanya sempat sarapan di rumahku, kenapa aku, Bibi dan Pak Isa baik-baik saja? Sebaliknya malam tadi, dia datang dari mana? Makan apa? Apakah Mama mengingatnya?”Zivana menggeleng cepat. “Ia memang makan di rumah Melodi, tapi tidak m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status