Share

Bab. 3. Sok, jual mahal

Dalam keadaan mabuk bisa-bisanya Reval mengatai Marsya. Marsya tidak terima dirinya dikatai pelacur. Sama sekali apa yang dikatai sang suami tidak benar adanya. 

"Lepaskan,  lepaskan saya!" Marsya memukul dada Reval berulang-ulang.

"Diam berengsek!" Reval tidak peduli dengan penolakan Marsya dan juga pukulan Marsya. "Kamu itu istriku,  kamu harus melayaniku."

"Tapi bukan kaya begini caranya!  Aaaah ...." Marsya berteriak sekencang mungkin.

"Aku tidak peduli dengan teriakanmu. Teriak sekencang yang kamu bisa, pelacur!" 

"Aku bukan pelacur!  Lepaskan!" Marsya meneteskan air matanya. 

Reval pun bercinta dengan Marsya. Walaupun sag istri menolak dan menangis, Reval tidak peduli. Yang terpenting dia bisa mengeluarkan hasrat kelelakiannya. 

Pergulatan pun telah selesai.  Marsya hanya bisa menangis setelah ditiduri oleh Reval.  Dia menoleh ke arah Reval dan sang suami sudah tertidur pulas.

***

"Kepalaku pusing sekali." Reval memegangi kepalanya lalu mengingat kejadian semalam. "Sial!  Kenapa aku malah bercinta dengan dia."

Reval bangun dari atas kasur lalu beranjak ke kamar mandi. Dia masih memikirkan kejadian semalam. Hanya beberapa kejadian yang dia ingat.

"Sok jual mahal!  Cuma kamu wanita yang Menolakku," umpat Reval. 

Beberapa menit kemudian Reval sudah selesai mandi dan berganti pakaian. Dia bergegas ke lantai bawah. Perutnya sudah mulai keroncongan.

"Tuan," sapa Mbok Lasmi. 

"Mana Marsya?  Panggil dia ke sini!"

"Baik,  Tuan."

Reval kemudian duduk di kursi. Tidak lama kemudian Marsya datang menghampirinya.  Marsya menarik napas dalam-dalam ketika akan mendekati Reval. 

"Tuan. Ada yang bisa saya bantu?"

"Aku mau makan, ambilkan aku nasi." 

"Baik,  Tuan." Marsya mengambil piring dan mengambil lauk pauk. "Ini,  Tuan silakan."

"Semalam aku ngapain saja, setelah aku pulang?" tanya Reval.

"Memang, Tuan tidak ingat?" selidik Marsya. 

"Kalau aku ingat, mana mungkin aku bertanya sama kamu. Dasar wanita aneh."

"Semalam,  Tuan pulang dalam keadaan mabuk dan langsung tidur." 

"Yang benar kamu?" Reval masih penasaran dengan jawaban Marsya.

"Ya, sudah kalau tidak percaya. Memangnya, Tuan mengingatnya?"

"Siapa yang mengingatnya?" ucap Reval, "Kenapa dia berbohong masalah semalam. Benar-benar perempuan aneh. Malah jual mahal lagi." Reval mengumpat dalam hati. 

"Kenapa, Tuan lihatin saya kaya begitu. Masih tidak percaya dengan jawaban saya?"

"Iya, aku percaya! Siapkan pakaian untukku. Aku mau pergi ke kantor."

"Baik," ucap Marsya lalu bergegas ke lantai atas. 

***

Reval sedang berada di perusahaan. Dia merasa bingung kenapa Marsya tidak mengatakan yang sebenarnya. Reval menyunggingkan senyumnya ketika mengingat dirinya bercinta dengan sang istri. Reval benar-benar menikmatinya walaupun sang istri terus saja menolak. 

"Aku tidak peduli kamu menolak. Jika aku menginginkan tidur denganmu, aku harus Melakukannya." Reval bermonolog sendiri.

***

"Reval!" panggil Angel, "aku ikut ke rumahmu ya,  Sayang." Angel masuk begitu saja ke mobil Reval. 

"Kenapa kamu tiba-tiba ada di sini? Mengganggu saja!" marah Reval. 

"Aku, 'kan tahu jadwal pulang kamu di perusahaan. Sudah tidak usah marah begitu. Pokoknya aku ke rumahmu." Angel memasang seatbelt. 

"Terserah! Percuma kamu, aku larang juga. Kamu tetap mau ke rumahku." Reval menutup pintu mobil.

"Oh,  iya,  Sayang besok antar aku ke pantai, ya. Aku mau pemotretan di sana. 'kan besok kamu libur. Jadi kamu bisa antar aku, sekalian kita bersenang-senang."

Reval tidak menjawab hanya diam saja. 

"Kamu malah diam lagi. Jawab dong,  Sayang."

"Iya, besok aku antar kamu." 

***

"Tuan," sapa Marsya kepada Reval. 

Angel memperhatikan Marsya dengan sangat tidak suka. "Kamu punya pembantu baru?  Perasaan aku baru lihat dia," tanya Angel kepada Reval. 

"Hhmm. Ya,  sudah kamu tunggu di ruang televisi, aku mau ganti pakaian dulu."

"Oke," jawab Angel. 

"Kenapa kamu diam saja!  Sediakan air minum buat Angel," perintah Reval kepada Marsya.

"Baik, Tuan." Marsya langsung bergegas ke arah dapur.

***

Marsya kemudian membawakan minuman untuk Angel. "Silakan, Non." Marsya meletakkan satu minuman di atas meja. 

Angel menatap Marsya dari atas sampai bawah. "Sejak kapan kamu bekerja di sini?"

"Baru kemarin, Non."

"Oh,  iya kamu pasti sudah kenal sama aku. Aku seorang model kelas atas dan juga kekasih Reval." Angel membanggakan dirinya.

"Kekasih!" Marsya kaget mendengar ucapan Angel. 

"Kenapa? Tidak percaya kalau aku kekasih Reval!"

"Iya percaya." Ada rasa tidak terima ketika mendengar Angel adalah kekasih Reval. 

"Dari pada kamu berdiri terus, mendingan kamu pijitin kakiku!"

"Apa! Maaf saya tidak mau," tolak Marsya. 

"Kamu berani menolakku!  Pembantu sialan! Ayo, pijit kakiku!" perintah Angel.

Marsya hanya diam saja, dia tidak mau memijat Angel. 

Heh, malah diam lagi kamu. Ayo!" Angel menatap tajam Marsya. 

"Iya, baik,  Non."

Beberapa menit kemudian datanglah Reval. Dia mengerutkan keningnya ketika melihat Marsya sedang memijat kaki Angel. Reval tidak terima jika Marysa harus melayani Angel. 

"Marsya!  Ngapain kamu mijitin dia," marah Reval. 

"Kamu apaan sih,  Reval?  Dia sedang memijit kakiku." Angel melirik ke arah Reval.

"Sudah sana, tidak usah pijitin dia." Reval melihat Marsya sambil menggerakkan kepalanya ke arah kiri.

"Baik, Tuan." Marsya bangun dari jongkoknya lalu meninggalkan Reval dan Angel.

"Kamu kenapa melarang pembantu itu buat mijitin aku." Angel bangun dari sofa lalu duduk.

"Dia punya nama,  tidak usah bilang dia pembantu."

"Memangnya kenapa kalau aku panggil dia pembantu. Dia memang pembantu kamu di sini."

"Tapi dia pembantuku bukan pembantumu. Enak saja kamu nyuruh-nyuruh pembantuku." Reval duduk di sofa.

***

"Ngapain mereka masuk ke kamar tamu."  Marsya memperhatikan Reval dan Angel. "tidak mungkin, 'kan mereka mau ...." Marsya geleng-geleng kepala lalu bergegas ke tempatnya.

Di dalam kamar tamu, Reval dan Angel Sedang bercumbu. Ciuman mereka semakin panas dan tangan Reval pun tidak tinggal diam. Angel melucuti pakaiannya sendiri.  Sementara Reval masih berpakaian lengkap. 

Ketika sedang menikmati tubuh Angel, terlintas dalam pikiran Reval wajah sang istri. "Sial, kenapa aku malah mengingat wajah dia." Reval bicara dalam hati. 

Angel menyadari dalam beberapa detik Reval terdiam. "Sayang, kamu kenapa diam?"

Reval kembali menikmati tubuh Angel. Namun, tetap saja wajah Marsya terlintas jelas di pikirannya. Reval pun bangun dari atas tubuh Angel.

"Sayang kamu kenapa!" Angel kaget karena melihat Reval tiba-tiba bangun dari atas tubuhnya. 

"Kamu pulang, ini sudah malam!" perintah Reval lalu meninggalkan Angel begitu saja. 

"Sayang!" teriak Angel kepada Reval yang sudah keluar dari kamar. "Kamu kenapa, Reval, kenapa tiba-tiba ninggalin aku?" Angel memakai kembali pakaiannya. 

***

Reval malah menemui Marsya. "Marsya!" Reval mengetuk pintu. 

"Sebentar, Tuan," sahut Marsya.

"Cepat buka pintunya. Lama banget cuma mau buka pintu juga."

"Iya, iya sebentar." Marsya membuka pintu. "Maaf, Tuan saya baru selesai mandi."

"kamu ke kamarku," pinta Reval. 

"Buat apa, Tuan?" Bingung Marsya. 

"Tidak usah banyak tanya, cepat ke kamarku sekarang!"

"Saya pakai baju dulu." Marsya berbalik akan berganti pakaian. 

"Tidak usah ganti, begitu saja." 

"Tapi, Tuan," timpal Marsya. 

"Aku bilang tidak usah ganti ya,  tidak usah ganti!"

Iya,  baik, Tuan." Marsya pun berjalan melewati Reval. 

Reval menyunggingkan senyumnya ketika melihat Marsya berjalan.

***

"Kamu mau ngapain ke lantai atas? Masih berpakaian begini lagi. Dasar tidak sopan, sana ganti baju dulu. Kamu mau menggoda kekasihku!" Angel memegang handuk kimono Marsya. 

"Maaf saya disuruh tuan Reval." 

"Tapi setidaknya berpakaian dulu jangan seperti ini." Angel mendorong tubuh Marsya. 

Reval dari jauh sudah melihat Angel mendorong Marsya. "Angel apa-apaan kamu. Aku menyuruhnya ke lantai atas." Reval berjalan sambil berbicara ketus kepada Angel.

"Tapi kenapa dia masih berpakaian seperti ini. Ini tidak sopan, Reval." Sebenarnya dalam hati Angel  takut kalau Marsya akan menggoda Reval. 

"Memangnya kenapa? Tidak boleh, setidaknya dia berpakaian. Sudah kamu pulang sana. Aku tadi sudah menyuruhmu pulang. Malah ada di sini lagi."

"Kamu tidak akan mengantarku?" Angel mendekati Reval. 

"Kamu pulang sama supirku saja. Sudah sana pulang. Masa aku harus paksa kamu."

"Iya,  iya aku pulang," kesal Angel. 

"Ngapain kamu bengong?  Sudah sana ke kamarku!" perintah Reval kepada Marsya setelah Angel meninggalkan mereka.

"Baik, Tuan."

***

"Ngapain aku disuruh ke kamarnya. Apa mungkin tuan Reval mau mandi. Mungkin dia mau mandi sehabis bercinta dengan model itu." Marsya bermonolog sendiri sambil berjalan ke kamar mandi. 

Marsya pun mengisi air ke dalam bathtub. "Dasar perempuan gatal, dia, 'kan belum menikah dengan tuan Reval. Kok, mau sih ditiduri sama tuan Reval." Marsya mengumpat dalam hati sambil menuangkan sabun cair ke dalam bathtub yang sudah berisi air.

"Tuan!" Tiba-tiba saja Reval sudah memeluknya dari belakang. 

"Kita mandi bareng." Reval berbisik di kuping Marysa. 

Bisikan Reval pada kuping Marsya membuatnya merinding. "Saya tidak mau,  saya baru selesai mandi." Marsya menggeliat ingin melepaskan pelukan Reval. 

"Pokoknya kamu harus mandi bersamaku, jangan banyak membantah!" perintah Reval. 

"Kenapa,  Tuan tidak mandi saja sama wanita model itu. Tuan, 'kan sudah tidur sama dia. Kenapa harus mandi bareng saya," protes Marsya. 

"Jadi kamu menolakku." Reval melepaskan pelukan sambil mendorong Marsya. "Kamu itu istriku, tahu tidak!"

"Kalau, Tuan menganggapku istri kenapa, Tuan jadikan aku pembantu. Sekarang, Tuan ada maunya baru bilang kalau saya istri,  Tuan."

"Berani sekali kamu bicara seperti itu." Reval mendekati Marsya. "Kamu lebih suka melakukannya sama mereka. Susah kalau jadi pelacur, lebih senang melayani pria hidung belang. Dari pada melayani suami sendiri!" 

"Cukup! Tuan selalu bilang saya pelacur. Saya bukan pelacur!" Marsya menatap tajam mata Reval. 

"Lalu apa kalau bukan pelacur? Wanita malam, kupu-kupu malam. Kamu ingin diperhalus kata-katanya. Oke, kamu kupu-kupu malam, itu lebih bagus dibandingkan kata pelacur." 

Mata Marsya sudah berkaca-kaca karena masih saja Reval menganggapnya pelacur. 

"Kenapa kamu lihatin aku kaya begitu?  Masih tidak terima dibilang kupu-kupu malam!" 

"Aku bukan semuanya!  Kenapa, Tuan selalu menganggapku seperti itu!" teriak Marsya. 

"Lalu apa yang pantas?" tanya Reval. 

Marsya tidak mau menjawab. Dia hanya diam saja. Bingung apa yang harus dikatakan.

"Kenapa diam saja? Kamu tahu aku telah tertipu dengan muka polosmu. Dengan percayanya aku menganggapmu wanita masih suci. Tapi ternyata kamu hanyalah seorang pelacur."

"Cukup! Aku bukan pelacur! Aku sudah tidak perawan karena aku sudah diperkosa!"

Comments (4)
goodnovel comment avatar
Zetha Salvatore
Wah Reval sepertinya ketagihan sama istri ketimbang angel haha
goodnovel comment avatar
Da Chan
Angel datang-datang bikin naik pitam aja
goodnovel comment avatar
Weka
kasian amat.Marsya
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status