Marsya Anastasya terpaksa dijodohkan Pak Bowo kepada CEO yang bernama Reval Adrian Altezza. Sang Ayah terlilit hutang dengan Reval. Mau tidak mau Marsya harus menikah hari itu juga dengan lelaki yang baru saja dikenalnya. Namun, setelah malam pertama, Reval merasa kecewa terhadap Marsya dan Pak Bowo. Ternyata wanita yang sudah menjadi istrinya, tidak sesuai dengan apa yang sudah dibicarakan oleh Pak Bowo. Apa yang akan dilakukan Reval kepada Marsya dan Pak Bowo?
Lihat lebih banyak"Apa kamu bilang?! Jangan ... jangan bertemu lagi? Kamu jangan ngelantur, Marsya! Tidak ada angin tidak ada hujan kenapa kamu tiba-tiba tidak ingin bertemu denganku?" marah Reval lalu menggelengkan kepalanya, "Bapakmu berbuat apa sama kamu? Bapakmu yang melarang?" kesal Reval. "Bukan, Reval. Bapakku tidak tahu apa-apa. Ini keinginanku sendiri. Lagian, 'kan bapak tidak tahu kalau kita dekat lagi," kata Marsya dan hatinya merasakan sakit."Iya, tapi kamu aneh, Marsya. Kamu cerita sama aku kenapa? Ada yang mengancammu? Ayo, cerita sama aku. Jangan pernah kamu pendam sendiri, aku akan bantu kamu," ujar Reval dan hatinya menjadi tidak tenang. "Aku benaran tidak apa-apa! Sudahlah aku ngantuk, aku mau tidur di sini sudah malam!" ketus Marsya lalu mematikan sambungan telepon. Marsya kemudian menarik napas panjang lalu mengembuskannya. "Maafkan aku Reval ini bukan keeinginanku. Aku senang kamu menghubungiku, aku juga merindukanmu Reval. Maafkan aku .
"Apa?! Maksud ... maksud, Mister kalian pacaran? Sejak kapan?" Bu Tasya merasa tidak percaya dengan pengakuan Garvin, dia lalu menoleh ke arah sang anak. Garvin pun memperhatikan Marsya lalu seperti memberi isyarat kepada Marsya agar Marsya berkata sesuatu kepada Bu Tasya.Marysa langsung mengerti lalu tersenyum kepada sang bunda. "Iya,Bu kita sudah pacaran. Maaf Bu, Marsya belum sempat cerita sama, Ibu. Soalnya kita memang baru eemm, dua hari jadiannya." Marsya memegang tangan sang bunda lalu melirik Garvin. "Betul, 'kan, Mr. Garvin?" tanya Marsya. Garvin tersenyum Kepada Marsya lalu kepada Bu Tasya. "Iya betul kita baru jadian," jawab Garvin, "aku harap, Tante mengizinkanku untuk memacari anak, Tante. Aku sangat mencintai anak, Tante. Aku berjanji akan membahagiakan Marsya," lanjut Garvin. Ketika Marsya sedang mendengar Garvin berucap tangan Marsya secara refleks memegang kencang lengan sang bunda. Pikirannya pun malah kepada Reval. Dia mera
"Apa?!" Marsya membelalakkan kedua matanya setelah mendengar ucapan Garvin. "Mister saya ....""Pokoknya aku tidak mau tahu! Kamu harus memilih salah satu! Kamu masih bisa menjalin hubungan dengan mantan suamimu. Asalkan malam ini kamu harus melayaniku. Kamu harus mau bercinta denganku!" perintah Garvin, "tapi ... kalau kamu tidak mau melayaniku jadilah kekasihku. Jauhi Reval jangan pernah berhubungan lagi dengan mantan suamimu dan kamu harus memberitahu kepada Reval bahwa kamu sudah menjadi milikku. Bilang sama dia kalau kamu sangat mencintaiku!" lanjut Garvin. Marsya hanya bisa menelan salivanya sendiri ketika mendengar perintah Garvin. Dua pilihan yang tidak mungkin Marsya sanggupi. Dia hanya bisa menatap Garvin dengan sendu. "Kenapa? Hhhmmm. Kamu tidak sanggup? Sanggup tidak sanggup kamu harus menyanggupinya. Paham kamu!" Garvin menatap tajam kedua mata Marsya yang sudah berkaca-kaca. Marsya hanya bisa menganggukkan kepalanya sambil mena
"Iya, Pak." Mau tidak mau Marsya menuggu di kamar hotel sendiri. Entah kenapa perasaannya sangat tidak enak. Dia kemudian berjalan ke arah jendela dan melihat pemandangan luar. Dari situ dia bisa melihat pemandangan kota di malam hari.Lima belas menit berlalu, Marsya mulai gelisah. "Kenapa harus sama ibu segala, sih?" Marsya melihat jam tangannya lalu berjalan ke arah kasur. Marsya kemudian merebahkan tubuhnya di atas kasur lalu mengambil ponsel di dalam tas pestanya. Dia menulis pesan kepada sang bunda. [ Bu jangan lama-lama ya. Marsya takut nih, Bu sendirian. ]Pesan pun terkirim dan Marsya memperhatikan pesan tersebut. Namun, sang bunda belum membaca pesan tersebut. Dia kemudian menyimpan ponselnya dan memilih untuk memejamkan mata sebentar. Namun, tetap saja Marsya gelisah. Dia membolak-balikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan. Kedua matanya membuka kemudian menatap langit-langit kamar. Beberapa menit kemudian di
"Kamu sudah mengatakannya sama Mr. Garvin?" tanya Reval."Iya, Reval. 'Kan kata kamu harus tegas. Dengan aku berkata seperti itu ternyata Mr. Garvin benar-benar tidak menemuiku lagi," ucap Marsya. "Terus apa kamu merasa tidak enak dengan Mr. Garvin seperti itu?" tanya Reval. "Ada sih sedikit. Cuma mau bagaimana lagi, aku tidak mungkin terus menerus seperti itu sama Mr. Garvin. Urusan dia marah atau tidak itu sudah urusan dia," ujar Marsya. Reval menggangguk-anggukan kepalanya sambil memperhatikan sang mantan istri. "Aku benar-benat senang mendengarnya," ucap Reval lalu tersenyum. "Oh, iya untuk besok dan tiga hari ke depan aku tidak akan antar jemput kamu dan makan siang di sini," kata Reval. "Kenapa?" tanya Marsya dan tiba-tiba dalam hatinya merasa tidak terima. "Aku akan ke luar negeri untuk mengecek perusahaanku yang ada di sana dan juga akan bekerja sama dengan perusahaan lain di sana," jelas Reval. Marsya mang
Marsya terdiam sejenak ketika mendengar pertanyaan dari Garvin. "Hallo, Marsya. Kamu jawab jujur saja, aku tidak akan marah kok. Seperti kamu berkata jujur padaku bahwa kamu tidak mau dijemput lagi sama aku," pinta Garvin. "Maaf, Mister ini masalah pribadi saya. Saya tidak mungkin mengatakannya," ucap Masya, "sepertinya mata saya sudah mulai ngantuk, Mister. Saya minta maaf," lanjut Marsya. "Ya, sudah tidak apa-apa, Marsya. Maafkan aku sudah mengganggumu. Selamat malam dan selamat tidur, semoga mimpi indah," tandas Garvin lalu mematikan ponselnya. Akhirnya, Marsya bisa bernapas dengan lega setelah Garvin mengakhiri percakapan. "Mr. Garvin selalu mencampuri urusanku," keluh Marsya lalu menyimpan ponsel di atas nakas. ***"Marsya, Marsya!" Bu Tasya mengetuk pintu kamar Marsya. "Ada apa, Bu?" tanya Marsya setelah membuka pintu. "Ada tuan Reval ke sini. Katanya mau mengantar kamu kerja," jawab Bu Tasya.
"Sepertinya aku mendahului Mr. Garvin buat antar kamu pulang?" Reval menoleh ke arah Marsya lalu kembali fokus menyetir. "Iya, Reval," jawab Marsya. "Kamu tidak keberatan, 'kan aku mengantarmu pulang?" tanya Reval. "Tidak, kok. Justru aku malah tidak enak sama kamu. Kamu mau anterin aku."Reval tersenyum mendengar ucapan Marsya. "Justru aku senang bisa antar kamu pulang," bisik Reval sambil memiringkan badannya ke arah Marsya. Marsya pun tersenyum malu-malu sambil melihat sang mantan suami. Hatinya pun berdetak sangat kencang. Marsya seperti sedang dimabuk kasmaran lagi bersama Reval. "Oh, iya, Marsya. Kalau seandainya aku dan Mr. Garvin tiba-tiba datang berbarengan di depan cafemu. Kamu mau ikut siapa buat antar kamu pulang?" tanya Reval. "Hah! Emm, ...." Marsya bingung sendiri harus menjawab apa. "Sudah tidak apa-apa kamu jawab jujur saja. Aku tidak mau kamu merasa tidak enak di antar sama aku." Reval m
Marsya sedang berdiam diri di ruangan kerjanya. Dia memperhatikan foto-foto bersama Reval ketika di Bandung. Dia senyum-senyum sendiri ketika melihat foto di galeri ponselnya."Kebahagiaanku hanya sesaat, sekarang aku harus memikirkan nasibku lagi. Bagaimana ini? Aku tidak mau menjadi wanita penghibur," keluh Marsya lalu kembali melihat foto. Ketika Marsya masih melihat foto-foto tersebut, ponselnya berdering. Dia melihat layar ponsel dan ternyata sang bunda yang menghubungi dia. Marsya kemudian Mengangkatnya. "Hallo, Ibu ada apa?" tanya Marsya."Marsya malam ini kamu selamat, Nak. Bapak mau keluar kota selama seminggu bersama dua orang temannya," ucap Bu Tasya. "Benaran, Bu? Ya ampun Marsya senang banget, Bu. Eemm, tapi benaran, 'kan pergi ke luar kotanya? Takutnya tidak jadi, bapak, 'kan pernah kaya gitu.""Tidak, Marsya. Sepertinya yang ini memang jadi. Soalnya bapak bawa beberapa pakaian. Sebelum berangkat bapak sama dua
Tiga hari berlalu, Marsya, Cindy, dan Reval sedang dalam perjalanan pulang. "Terima kasih ya, Reval. Kamu sudah bela-belain tiga hari sama kita. Maaf kalau merepotkan dan juga jadi mengganggu pekerjaanmu." Marsya menoleh kepada Reval yang sedang fokus menyetir. "Iya sama-sama, Marsya. Lagian ini, 'kan kemauanku. Kamu tidak usah merasa bersalah justru aku senang bisa ikut. Aku juga sekalian refreshing sama kalian berdua," ucap Reval lalu tersenyum kepada sang mantan istri. Marsya pun membalas senyuman Reval. Satu pandangan lurus beradu. Dua hati yang sama-sama merasakan debaran di dalam dada masing-masing.***Garvin menyunggingkan senyumnya ketika dia melihat foto Marsya dan Reval sedang berpelukan. "Sialan kamu Reval! Kamu sengaja memanas-manasiku. Tidak, aku tidak akan membiarkan mereka kembali bersatu," desis Garvin, "Marsya aku mencintaimu, aku tidak rela jika kamu harus kembali bersama mantan suamimu."Garvin tetap saja i
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.