Share

Bab. 4. Salah menilai

Penulis: My_ndrati
last update Terakhir Diperbarui: 2024-01-03 15:44:12

Sudah habis kesabaran Marsya karena dirinya terus menerus dihina oleh Reval. Akhirnya, Marsya pun mengatakan hal yang sebenarnya kepada Reval. Tak terasa air mata jatuh di pelupuk matanya.

"Kamu jangan bohong! Kamu pasti hanya membela diri saja, 'kan agar aku simpatik sama kamu," ucap Reval.

"Buat apa saya bohong. Kalau saya mau menarik simpatik orang untuk apa harus saya pendam sendiri masalah ini. Saya pendam sendiri karena saya malu dan juga ...." Marsya tidak melanjutkan kata-katanya.

"Dan juga apa?" tanya Reval penasaran.

Marsya hanya terdiam, dia sama sekali tidak mau menjawabnya. 

"Marsya! Malah diam lagi kamu? Ayo, jawab! Atau kamu memang lagi berbohong karena tidak mau dikatai pelacur," bentak Reval.

"Saya tidak bohong, buat apa saya bohong!" teriak Marsya, "saya … saya sudah diancam sama orang itu. Saya tidak boleh cerita sama siapapun. Termasuk sama kedua orang tua saya. Kalau saya berani cerita, apalagi sama kedua orang tua saya. Katanya mereka akan dibunuh." Marsya menangis tersedu-sedu.

"Umur berapa kamu waktu itu?" tanya Reval.

Marsya sesaat terdiam, Marsya menarik napas dalam-dalam. Mungkin sudah saatnya bagi Marsya untuk cerita kepada seseorang. Toh, yang di hadapannya adalah suaminya sendiri.

"Enam tahun yang lalu, waktu umur saya masih tujuh belas tahun. Saya baru saja pulang sekolah. Pas saya baru pulang ke rumah, orang tua saya kebetulan tidak ada. Waktu itu saya lupa kunci pintu karena saya pikir ada orang tua saya di dalam. Tiba-tiba saja waktu saya lagi di kamar sedang berganti pakaian. Ada orang masuk ke kamar. Orang tersebut tiba-tiba saja mendobrak pintu kamar. Saya … saya ... langsung diperkosa sama orang itu." Marsya menutupi wajahnya sambil menangis karena langsung mengingat kejadian tersebut.

"Kamu masih ingat wajahnya? Ciri-cirinya ataupun apa yang membuat kamu ingat sama orang itu? Kamu kenapa malah teledor seperti itu." Reval kesal sendiri. 

Marsya hanya menggelengkan kepalanya. Dia malah semakin kencang menangis. Dia terus menerus menggelengkan kepalanya sambil kedua tangan menutup wajahnya. 

Marsya menangis histeris, kejadian tersebut seperti terulang kembali. Marsya serasa berada di tempat itu, suara lelaki itu terngiang di kuping Marsya. Ancaman-ancaman yang membuat Marsya ketakutan. Bahkan pisau yang ditodongkan lelaki tersebut seakan terlihat jelas.

Reval masih memperhatikan sang istri. Ada perubahan pada diri Marsya ketika Reval memperhatikan istrinya. Di mata Reval, Marsya seperti ketakutan. 

"Tidak! Tidak!" Marsya menutup wajahnya sambil berteriak dan menangis histeris 

"Marsya!" Reval langsung menghampiri dan memeluk Marsya. "Sudah, sudah kamu jangan ingat lagi kejadian itu. Ada aku di sini, kamu tidak usah takut." Reval memeluk Marsya.

Marsya menangis tersedu-sedu di pelukan Reval. Reval sesekali mengusap punggung Marsya dan juga kepala Marsya. Ada ketenangan dalam diri Marsya ketika dirinya dipeluk oleh Reval.

Marsya tiba-tiba memeluk Reval sangat erat. Jantung Reval tiba-tiba berdetak tidak karuan di saat Marsya memeluk erat sang suami. Reval bingung sendiri ada apa dengan dirinya. Reval pun terus menerus memeluk Marsya dan secara spontan mencium kepala sang istri.

"Sudah jangan menangis, kenapa kamu bodoh sekali. Sampai bisa diperkosa begitu."

***

Waktu sudah menunjukkan pukul 08.00. Reval tidak pergi ke kantor karena hari ini hari sabtu, jadwal Reval libur. Marsya sedang berada di kamar tamu. Dia sedang merapikan tempat tidur.

"Kenapa kamu harus membawa perempuan itu ke sini. Jangan di sini kek, setidaknya hargai istrimu. Walaupun kamu memang tidak menganggapku." Marsya bermonolog sambil memakaikan sprei.

Reval tersenyum tipis, ternyata ia sedang berada di balik pintu. Ia mendengar ocehan Marsya. Sementara Marsya tidak menyadari ada Reval di luar kamar.

"Apa dia cemburu kalau aku bawa Angel ke sini." Reval menghampiri Marsya sambil berbicara dalam hati. "Setelah beres kamu ke kamarku!"

"Baik, Tuan."

***

"Tuan, Ada yang perlu saya bantu?" tanya Marsya setelah berada di kamar Reval. 

"Cariin aku baju, aku mau menjemput Angel ke rumahnya."

"Baik,  Tuan." Marsya berjalan ke arah lemari. 

Reval bermain ponsel sambil menunggu Marsya mengambil pakaian. 

"Ini,  Tuan bajunya." Marsya menyerahkan pakaian kepada Reval. "Em, Tuan boleh tidak saya ikut bersama, Tuan?"

"Ikut ke mana!  Kamu mau ikut aku sama Angel?" 

"Bukan,  Tuan. Saya mau ketemu Ibu sama Bapak saya. Boleh ya, Tuan?" Marsya memasang wajah memelas. 

Reval memperhatikan wajah Marsya dengan seksama. "Ya,  sudah sana ganti baju. Jangan pakai lama!"

"Baik, Tuan. Terima kasih ya,  Tuan." Marsya tersenyum senang karena Reval mengizinkannya ikut. 

***

Marsya dan Reval sudah dalam perjalanan. Reval tidak memakai supir pribadi. Dia membawa kendaraannya sendiri.

"Ingat ya, setelah kamu berada di rumahmu. Kamu jangan macam-macam. Awas kalau kamu macam-macam! Kamu sudah jadi milikku. Bukan milik orang tuamu lagi,  mengerti kamu!"

"Mengerti,  Tuan. Sekali lagi terima kasih, Tuan sudah mau mengantar saya," ucap Marsya, "oh, iya,  Tuan memangnya,  Tuan mau ke mana sama model itu?" lanjut Marsya. 

"Dia punya nama. Kenapa selalu menyebut dia model! Kamu lupa nama dia siapa,  hah!" kesal Reval. 

"Ingat,  Tuan. Namanya Angel," ketus Marsya. 

"Terus kenapa susah bilang Angel doang."

"Iya,  maaf,  Tuan."

"Kamu jangan lama-lama di rumah orang tuamu. Sebelum aku pulang kamu harus sudah pulang. Ingat itu!" perintah Reval. 

"Iya, baik,  Tuan," jawab Marsya. 

Reval sudah berada di halaman rumah orang tua Marsya. Marsya diam sejenak melihat rumah baru orang tuanya. Tidak menyangka Reval akan memberikan rumah bagus. Walaupun tidak sebagus dan semewah rumah Reval. 

"Malah bengong lagi. Ayo,  turun!" Reval geleng-geleng kepala melihat Marsya. 

"Baik, Tuan," ucap Marsya.

"Aku mau ikut dulu ke dalam. Aku mau bertemu orang tuamu dulu," pinta Reval lalu membuka pintu mobil. 

"Tuan, 'kan mau menjemput Non Angel, nanti terlambat menjemputnya," kata Marsya setelah berada di luar mobil. 

"Sok tahu kamu. Tidak usah larang-larang aku. Sudah ayo, kita masuk." Reval memegang tangan Marsya.

Sontak saja Marsya kaget karena tangannya tiba-tiba dipegang oleh Reval. 

"Kenapa tidak ada orang tuamu. Tapi pintu malah terbuka." Reval dan Marsya masuk ke rumah. 

"Iya,  Tuan saya juga tidak tahu," ucap Marsya. 

Reval melirik ke arah Marsya. Dia baru menyadari kalau tangannya sedang memegang tangan Marsya. Reval langsung melepaskannya secara kasar. Marsya hanya bisa menghela napas ketika Reval melepaskan tangannya. 

Marsya dan Reval berada di ruang tamu. "Ibu,  Ibu," panggil Marsya. 

Namun,  tidak ada jawaban dari sang bunda. 

"Kita ke sana saja." Reval mengajak ke arah belakang. 

"Sudahlah, Bu. Ngapain kangen-kangen segala sama si Marsya. Toh, dia sudah enak hidupnya. Yang penting kita dapat duit. Sok-sokan kangen, mending dia anak kita. Dia bukan anak kita ini, sudah biarkan saja."

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
yuyunitaa
ya ampun, ternyata Marsya bukan anaknya?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 122. Jangan melakukan perlawanan!

    "Saya mohon maafkan saya. Jangan masukkan saya ke penjara. Saya mohon Tuan. Saya mengakui saya telah bersalah kepada Marsya. Saya ... Saya benar-benar minta maaf." Pak Bowo mengangkat kedua tangannya memohon sambil menundukkan kepalanya. Reval menyunggingkan senyumnya sambil memperhatikan Pak Bowo. "Minta maaf? Aku tidak salah dengar! Anda jangan minta maaf kepadaku, tetapi kepada Marsya anakmu!" jerit Reval, "Sekarang Anda minta maaf setelah semuanya sudah terbongkar. Ke mana saja Anda selama ini? Bahkan Anda masih memanfaatkan Marysa dan akan menjadikan mantan istriku sebagai wanita malam. Dan sekarang Anda berkata menyesal. Dasar manusia tidak tahu diri. Jika Marsya tidak mengenal teman Anda, Anda tidak mungkin melakukan hal ini. Oke, tunggu saja. Dalam waktu satu kali dua puluh empat jam Anda dan teman Anda akan masuk ke penjara!" desis Reval.Pak Bowo bangun dari duduknya lalu menghampiri Reval. "Tuan saya mohon jangan penjarakan saya. Saya mohon, Tuan!" Pak

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 121. Anda jangan coba-coba kabur!

    Marsya tiba-tiba berteriak dan menangis histeris. Jantungnya berdetak tidak karuan dan tubuhnya bergetar hebat. Reval merasa bingung melihat Marsya. "Sayang kamu kenapa?" Reval memegangi tubuh Marsya sambil memperhatikan wajah sang mantan istri dengan penuh khawatir. "Orang itu ... orang itu ada lagi." Marsya berucap dengan terbata dan menangis lalu menyembunyikan wajahnya di dada Reval. Reval mengerutkan keninnya sambil berpikir lalu memperhatikan Pak Bowo dan teman pemilik rumah bordil yang sedang berjalan. "Tuan Reval." Pak Bowo menundukkan kepalanya setelah berada di depan Reval. Namun, dia merasa bingung melihat Marsya sedang menangis. "Ada ... ada apa dengan anak saya?" tanya Pak Bowo lalu menoleh kepada pemilik rumah bordil. Sang pemilik rumah bordil pun merasa bingung sambil mengerutkan keningnya.

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 120. Will you marry me?

    "Sudah tahu Marsya masih mencintaiku. Kenapa kamu memaksanya?" kesal Reval, "asal kamu tahu, Garvin. Sebenarnya aku malas menemuimu, tetapi demi mengembalikan cincin ini aku terpaksa menemuimu. Aku tidak mau kamu berpikiran kalau Marsya masih menyimpan cincin pemberianmu. Hanya cincin pemberian dariku yang akan melingkar di jari manisnya." Reval mencondongkan badannya ke arah Garvin. Garvin menyunggingkan senyumnya. "Oke, sekali lagi aku mengaku kalah. Harusnya kamu berterima kasih kepadaku. Kalau malam itu bukan aku yang menemui Marsya. Marsya tidak akan selamat. Dia mungkin sudah dijamah dan ditiduri oleh pria hidung belang. Apa lagi penampilan Marsya saat itu sangat cantik dan seksi. Siapa yang tidak akan tergoda melihat ...." Garvin malah membayangkan penampilan Marsya lalu menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Sialan! Kamu sedang membayangkan apa, hah?" Reval bangun dari duduknya. "Tuan Reval. Su

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 119. Aku terpaksa memakainya

    Marsya dan Reval sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Marsya. Mereka duduk berpelukan dan saling tersenyum. Reval tidak henti-hentinya menciumi kening sang mantan istri. "Senang sekali melihat mereka bahagia. Aku harap kalian berdua tidak akan terpisahkan." Farhan sekilas menoleh ke kaca spion sambil berbicara dalam hati. "Kamu kalau ada apa-apa cerita sama aku, ya. Kalau ada orang yang menekanmu jangan diam saja." Reval memeluk Marsya sambil tangan kanannya mengelus rambut Marsya. "Iya, Reval. Sekali lagi terima kasih, ya. Kamu sudah menolongku," ucap Marsya, "emm, tapi ...." Marsya tidak melanjutkan kata-katanya. "Kenapa?" tanya Reval khawatir. "Aku takut pulang, Reval. Bapak mau ...." "Sudah kamu pulang saja, tidak apa-apa kamu aman," ucap Reval lalu mencium kening Marsya. "Aman?" tanya Marsy

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 118. Mati saja kamu

    "Kita tunggu di sini saja. Aku ingin menunggu Marsya." Reval duduk di kursi. "Baik, Tuan." Farhan ikut duduk di samping Reval. Beberapa menit kemudian Garvin berjalan sambil menarik tangan Marsya. Dia melewati Reval dan Farhan yang sedang duduk dan sama sekali dia tidak menyadari adanya mereka. "Marsya!" Reval bangun dari duduknya. "Kenapa dia membawa Marsya seperti itu?" kesal Reval, "Kita ikuti dia! Awas saja kalau dia macam-macam!" Reval berjalan mengikuti Garvin secara pelan agar Garvin tidak mengetahuinya. "Hati-hati Tuan jangan sampai Mr. Garvin tahu kita mengikutinya." "Hhhmmm." Reval berjalan sambil memicingkan matanya. Reval kemudian berhenti dan memperhatikan Garvin yang sudah berada di depan mobil. "Berengsek! Kasar sekali dia!" Reval mengepalkan tangannya lalu melangkah. "Tuan ... jangan gegabah. Kita lihat saja dulu. Kita

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 117. Kenapa kamu menggigit bibirku?

    "Honey, sepertinya mantan suamimu sedang cemburu." Garvin menatap tajam Reval sambil berbisik kepada Marsya. "Reval?" kaget Marsya lalu matanya mencari keberadaan sang mantan suami. "Kita temui dia." Garvin meraih tangan Marsya lalu menggenggam jari jemari Marsya. "Buat apa?" Marsya menahan langkahnya dan berusaha melepaskan tangannya dari Garvin. "Sudah kita temui dia!" Garvin tetap berjalan membawa Marsya. Marsya ingin sekali menolak. Dia tidak ingin membuat sang mantan suami sakit hati melihat dirinya bersama Garvin. "Reval maafkan aku, aku tidak mau seperti ini." Marsya berbicara dalam hati sambil mengikuti Garvin. "Hai, Reval," sapa Garvin setelah berada di hadapan Reval. Reval menundukkan kepalanya lalu menatap Marsya. "Tahan, Reval jangan memperlihatkan kemarahan dan kecemburuan di mata bule berengsek ini!" batin Reval. "Asisten Farhan," sapa Garvin. Mr. Garvin." Farhan menundu

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 116. Aku harus bisa menikmati tubuhmu

    "Ibu sebenarnya sudah menyadarinya. Cuma Ibu ingin kamu yang bercerita sama Ibu. Kalau Ibu yang bertanya duluan kamu tidak akan mungkin menjawab jujur," kata Bu Tasya "Iya, Bu. Marsya belum siap bercerita sama Ibu. Cuma Marysa juga tidak mungkin pendam sendiri. Apa lagi bapak sudah ikut campur dan malah memaksa Marsya untuk merayu Mr. Garvin. Marsya tidak mau, Bu. Merayu salah tidak merayu pun salah," ucap Marsya lalu menghela napas pelan."Kamu minta tolong sama tuan Reval. Kamu putuskan hubunganmu dengan Mr. Garvin. Kamu, 'kan tidak mencintai Mr. Garvin. Kamu tuh cintanya sama tuan Reval. Iya, 'kan?" Marysa mengangguk lalu tersenyum. "tapi Marsya bingung, Bu. Marysa tidak mungkin memutuskan hubungan Marsya dengan Mr. Garvin. Ini sudah pilihan Marsya. Mr. Garvin memberikan pilihan yang aneh sama seperti Bapak," kesal Marsya. "Aneh bagaimana maksudnya?" tanya Bu Tasya. Marsya kemudian menceritakan awal mula dia harus menjadi pacar M

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 115. Kuras harta dia!

    Reval sudah berada di ruangan rapat. Kedua matanya langsung menatap tajam ke arah Garvin yang sedang duduk di meja sebelah kiri. Tatapannya bagaikan elang yang akan memangsa buruannya. "Kamu tidak akan lama bersama Marsya. Lihat saja Garvin. Kamu boleh sombong di hadapanku untuk saat ini dan kesombonganmu tidak akan lama." Reval berbicara dalam hati sambil mengepalkan kedua tangannya. "Tuan Reval! Silakan dimulai," bisik Karin. "Hhhmm." Reval hanya berdeham dan tatapannya masih kepada Garvin. Garvin pun malah membalasnya menatap Reval sambil tersenyum. "Ada yang sedang terbakar cemburu sepertinya," batin Garvin. Sementara Farhan hanya bisa menghela napas pelan. Dia kemudian memperhatikan Reval dan menggelengkan kepalanya kepada sang CEO. Reval pun mengerti melihat Farhan seperti itu. Dia kemudian menarik napas dalam-dalam lalu mengembuskannya. Keadaannya sudah bisa terkontrol dan Reval memulai rapatnya. ***

  • Dianggap Pelacur Oleh Suamiku   Bab. 114. Bullshit dengan omonganmu!

    Marsya membelalakkan matanya ketika secara tiba-tiba Reval langsung bertanya ke inti permasalahan. Dia meremas-remas tangannya sendiri. Tenggorokannya seakan tercekat dan dia tidak berani menatap Reval. "Kenapa diam saja? Ayo, jawab, Marsya!" Reval menatap tajam wajah Marsya yang sedang menunduk.Dada Reval kembang kempis dan dirinya benar-benar emosi. Namun, sebisa mungkin dia menahan emosinya di hadapan Marsya. Sementara Farhan memperhatikan Marsya secara seksama. Dia pun ingin bertanya, tetapi dia tidak ingin ikut campur. "Marsya!" panggil Reval lalu menggelengkan kepalanya, "Aku yakin ada sesuatu yang tidak beres. Makanya kamu seperti ini, ada yang mengancammu, 'kan?" tanya Reval mengintimidasi. Marsya langsung mengangkat kepalanya mendengar pertanyaan sang mantan suami. "Tidak ada. Siapa yang mengancamku? Itu memang keinginanku. Waktu kamu pergi, di situ aku berpikir. Sepertinya aku salah jika harus dekat kembali denganmu. Aku t

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status