Share

Bab. 5. Aku lagi baik sama kamu

Ketika Marsya sudah sampai di rumah baru orang tuanya. Marsya tidak sengaja mendengar pembicaraan pak Bowo dan Bu Tasya. Dia tidak percaya dengan apa yang sudah didengarnya.

Marsya seakan hilang keseimbangan di saat dia mendengar ucapan pak Bowo. Untung saja Reval langsung sigap memegang badan Marsya. Reval menatap wajah Marsya dengan penuh kasihan.

Marsya menutup mulut dengan tangan kanannya. Tidak terasa air mata jatuh di pelupuk mata Marsya. Bibir Marsya seakan kelu dan dia menggelengkan kepalanya beberapa kali.

"Sudah jangan ditangisin. Ayo,  kita keluar," bisik Reval. 

"Tapi …." Marsya meneteskan air matanya.

"Sudah, ayo!" Reval memegang tangan Marsya lalu membawanya keluar.

Marsya melonjak kaget. Akan tetapi, Marsya tetap mengikuti sang suami berjalan. Tangan Marsya dipegang erat oleh Reval. Sang istri menangis sambil berjalan mengikuti sang suami. 

"Sudah jangan menangis, buat apa kamu tangisin mereka." 

Marsya hanya mengangguk lalu menghapus air matanya. Dia kemudian melihat Reval mengambil vas bunga yang ada di meja luar dan malah melemparkannya ke dalam rumah. Reval kemudian menarik tangan Marsya dan mengajak berlari.

Marsya dibuat heran oleh kelakuan sang suami. Untuk beberapa detik mereka saling menoleh dan menatap satu sama lain. Jantung mereka berdetak sangat kencang, entah perasaan apa yang dirasakan oleh mereka. Reval tersenyum kepada sang istri dan Marsya membalas senyuman sang suami.

***

"Sudah tidak usah cengeng. Buat apa nangisin orang tua tidak tahu diri. Mereka bukan orang tuamu. Pantas saja orang tuamu tega kamu dijadikan penebus hutang sama aku. Tahunya kamu bukan anaknya."

"Terus siapa orang tua saya? Kenapa saya bisa ada sama mereka. Kenapa mereka tidak bilang kalau saya bukan anak mereka," ucap Marsya masih sambil menangis.

"Ya, mana aku tahu siapa orang tuamu," sahut Reval.

Reval menoleh sesaat kepada Marsya. Ternyata Marsya masih menangis. Ia kemudian meminggirkan mobilnya.

"Sudah tidak usah menangis, yang terpenting sekarang kamu berada sama orang yang tepat. Yaitu aku, kamu harus bersyukur karena aku yang dapatin kamu," ucap Reval dengan penuh percaya diri.

"Tepat sih, tepat. Tapi, Tuan tidak menganggap saya sebagai istri hanya karena saya sudah tidak perawan," timpal Marsya lalu cemberut.

"Itu urusan aku. Sudah kita mau ke mana?" tanya Reval.

"Hah, mau ke mana!" bingung Marsya.

"Iya,  kamu mau ke mana?  Malah bingung lagi kamu."

"Tuan, 'kan tadi sudah tahu saya mau ke mana. Bukannya, Tuan yang mau menjemput pacar, Tuan. Kenapa malah nanya sama saya."

"Maksud aku, kamu mau pulang atau ikut aku ke rumah Angel?" sanggah Reval.

"Buat apa saya ikut. Tuan saja yang ke rumah dia. Mendingan saya pulang," kesal Marsya.

Reval menyunggingkan senyumnya di saat mendengar ucapan Marsya. 

"Ya, sudah kalau kamu tidak mau ikut. Aku tidak akan jadi ke rumah Angel. Aku lagi baik sama kamu. Kamu, 'kan lagi sedih. Jadi aku akan ajak kamu jalan-jalan." 

"Jalan-jalan! Jalan-jalan ke mana?" Marsya  tersenyum senang. 

"Tidak usah senyum-senyum dan juga kegeeran," ketus Reval.

"Siapa yang kegeeran. Biasa saja tuh," timpal Marsya.

***

Reval mengajak jalan-jalan Marsya ke taman hiburan. Di saat turun dari mobil, Marsya tersenyum bahagia. Reval memperhatikan Marsya, dia sangat senang melihat Marsya bahagia.

"Tuan kita naik itu yuk," ajak Marsya pada Reval.

Reval malah terdiam di saat Marsya mengajaknya naik  roaler coaster. 

"Ayo, Tuan kita ke sana." Marsya memegang lengan Reval dan membawanya ke wahana roller coaster.

Reval tersenyum senang di saat Marsya memegang tangannya. Reval kemudian mengikuti sang istri berjalan. Marsya masih saja memegangi tangan sang suami.

"Kamu yakin mau menaiki ini," tanya Reval setelah berada di wahana tersebut.

"Iya,  yakin. Soalnya saya mau teriak-teriak."

"Ya,  sudah."

Marsya dan Reval sudah menaiki roller coaster. Benar saja, Marsya langsung berteriak sekencang mungkin. Reval melirik Marsya, dia pun mengikuti sang istri berteriak. 

***

Marsya terlihat senang setelah menaiki roller coaster begitupun dengan Reval. Selain menaiki roler coaster Marsya menaiki wahana yang lain. Reval selalu menuruti keinginan sang istri. 

Baru kali ini Reval merasakan senang dan bahagia bersama seorang wanita. Marsya sangat berbeda dengan wanita lain. Marsya gadis sederhana. 

Biasanya bila wanita dekat dengan Reval mereka selalu memanfaatkan Reval. Yang pastinya uanglah yang ingin mereka dapatkan. Juga mereka selalu menggoda Reval dengan keseksian mereka.

"Makasih ya, Tuan. Sudah ajak saya ke taman hiburan. Saya senang banget. Saya bisa meluapkan emosi saya sambil naik roller coaster, kora-kora, pokoknya banyak lagi, Tuan." Marsya menyebutkan wahana mainan sambil tangan menyentuh pundak Reval. "Maaf, Tuan tidak sengaja." Wajah Marsya merah merona. 

Reval hanya tertawa melihat tingkah laku Marsya. 

"Nah, gitu dong, Tuan ketawa. Tahu tidak kalau, Tuan ketawa tuh, tambah ganteng," ucap Marsya.

"Ketawa tidak ketawa aku sudah ganteng," timpal Reval.

"Iya, iya yang sudah ganteng dari sananya."

***

Reval dan Marsya sudah sampai di rumah Reval. Mereka turun dari mobil kemudian jalan berbarengan sambil tersenyum. Di saat Reval dan Marsya mendekati halaman rumah Reval.

"Tuan!" Marsya bersembunyi di balik tubuh Reval. 

"Kenapa kamu jalan sama dia! Kamu, 'kan mau antar aku ke pantai!" Angel bertolak pinggang sambil menatap sinis ke arah Marsya. 

"Aku ada perlu sama Marsya."

"Ada perlu apa sama pembantu sampai pulang malam begini?" 

"Bukan urusanmu,  sudah minggir sana!" Reval mendorong Angel. "Sorry aku tidak bisa jemput kamu. Aku ada keperluan mendadak," jelas Reval.

"Keperluan! Keperluan apa? Jalan sama dia, pembantu kamu!" kesal Angel sambil menunjuk Marsya.

Marsya sedang berada di samping Reval. Dia hanya bisa menunduk karena Marsya bingung harus berkata apa.

"Kamu jangan salahin dia. Dia tidak salah apa-apa. Aku yang minta dia buat antar aku," kelit Reval.

"Memangnya kamu ada perlu ke mana? Bukanya kamu mau jemput aku. Kamu bilang sama aku kalau kamu lagi on the way. Tapi kenapa kamu malah ada perlu."

"Sudahlah tidak usah dibahas, tidak penting membahas masalah ini. Kalau kamu mau membahas masalah ini. Kamu pulang sana, tidak usah di sini. Lagian aku capek mau tidur," usir Reval, "ayo, Marsya kita masuk." Reval memegang tangan Marsya.

"Apa-apaan kamu, Reval. Dia hanyalah seorang pembantu! Buat apa kamu pegang-pegang tangan dia. Dia tidak selevel sama kamu!" Angel menarik tangan Marsya.

"Heh, pembantu sialan! Bisa-bisanya kamu goda pacarku. Reval milik aku bukan milik kamu. Dasar pembantu sialan, tidak tahu diri!" Angel mendorong tubuh Marsya.

"Cukup, Angel dia bukan pembantu!" teriak Reval.

"Apa! Apa kamu bilang? Dia bukan pembantu, terus apa? Kamu sendiri, 'kan yang bilang kalau dia pembantu. Atau jangan-jangan dia wanita penggoda yang pura-pura jadi pembantu."

"Sialan kamu, Angel dia bukan pembantu dan juga bukan wanita penggoda." 

"Terus siapa, hah? Kenapa kamu membela dia terus! Pembantu sialan!" geram Angel.

"Berengsek! Dia adalah istriku!" 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status