Share

Diary Sang Kupu Kupu Malam
Diary Sang Kupu Kupu Malam
Penulis: Adevio Putra Kencana

Prolog

“Kenalkan namaku Mawar.Aku seorang kupu-kupu malam. Jalan hidupku yang begitu pahit dan terasa getir serta rumit, sudah aku rasakan sepanjang perjalanan dan kisah yang aku lalui di sini.

"Kisah dan perjalanan hidup yang penuh liku-liku dan juga begitu keras harus aku lewati. Menjalani kehidupan nyata hanya untuk bertahan hidup di ibu kota, yang bernama Jakarta.

Inilah kisahku....................

Warna bibir merah merona, berwajah manis dan bermata biru, tinggi semampai berbadan langsing. Ya, Itulah gambaran sekilas sosok diriku. Aku terlahir dari keluarga tidak mampu yang hanya bisa bersekolah  sampai lulus sekolah dasar saja, dikarenakan beratnya biaya pendidikan yang membuat leher tercekik. Kami orang-orang yang tidak mampu membelinya hanya bisa gigit jari dengan semua kenyataan pahit.

Aku anak tunggal, dibesarkan di desa terpencil dengan kasih sayang Ibu dan Ayahku yang memang banyak mengajarkan aku arti hidup dengan menerima kenyataan dan takdir yang sudah digariskan.

Masa remaja tepatnya usia belasan tahun aku mencoba peruntungan hidup di ibu kota jakarta, dengan modal nekad dan tanpa bekal pendidikan aku beranikan diri untuk sekedar merubah nasib dan takdir yang tentunya sudah digariskan. 

 

Kembali malam itu aku mengusap wajah serta perlahan menarik rambut panjang ke arah belakang, dengan gerakan gemulai tangan halusku tentunya.

Termenung sejenak dengan kenikmatan dunia, melayani Laki-laki beranak satu demi menyambung hidup, bertahan dengan hidup yang kurasa begitu keras di tempat ini.

Aku mencoba bangkit dari tubuhku yang saat itu, sehabis melakukan hubungan terlarang dengan seorang laki-laki.

Seorang Laki-laki bernama Bram yang sudah berhasil aku taklukkan malam itu juga. Laki-laki yang telah beristri dan beranak satu itu selalu saja datang dan kembali ke dalam pelukanku.  Laki-laki yang memang selalu datang dan pergi sesuka hatinya kapan dia mau, hanya untuk menyalurkan keinginan yang saat itu dimilikinya .

Kembali aku mengambil sebuah benda  yang mengeluarkan asap itu di atas meja, tentunya telah dipesan malam itu. Dipesan laki-laki yang memang selalu datang ketagihan dengan jasa yang aku berikan.

Ya, jasa yang aku berikan sebagai pelayan laki-laki yang tentunya hampir acap kali aku lakukan tiap malam, hanya untuk meneruskan perjuangan hidup.

Jangan salah menilaiku, aku hanya manusia biasa tak luput dari dosa. Ini aku lakukan hanya untuk dapat bertahan hidup setelah sekian lama aku lelah berjuang mencari pekerjaan di ibukota. Kehidupan yang aku rasa tak pernah adil bagi kami orang miskin dan tak punya pendidikan tinggi. Tak semudah membalikkan telapan tangan atau dengan kata Sim Salabim semata, lalu mendapatkan pekerjaan.

Aku lihat laki-laki itu berdiri dan kembali  duduk di sampingku setelah mengenakan pakaiannya, dia bicara padaku.

“Aku pulang, Ini uang jajan untukmu…” 

Laki-laki itu telah memakai pakaian lengkapnya dengan kemeja biru. Seketika ingin berlalu pergi ke luar kamar hotel saat itu juga, meninggalkan aku sembari tersenyum puas.

Aku tak ingin dia pergi, sejenak aku tahan laki-laki itu.

“Besok aja Om,

Aku menarik kaki laki-laki itu yang masih bersandar duduk tepat di atas tempat tidur empuk, melarangnya untuk pergi meninggalkan kamar hotel.

“Mawar,"

"Minggu depan Om datang  ke sini lagi. Jangan begitu sayang, Om mau kerja besok.

 ingat…! Jangan telepon atau berkirim pesan! nanti ketahuan istri Om, bahaya loh.....”

 Laki-laki itu mengelus rambutku. Aku terlihat merajuk saat itu, bosan mendengar ocehannya yang memang selalu itu-itu saja yang dia katakan dari waktu ke waktu.

Hanya uang dan uang yang aku mau darinya. Kalau tak karena uang, mungkin aku tak akan melakukan hal ini. 

Laki-laki itu kembali mengelus rambut serta mengusap lembut wajahku dengan tangan kekarnya kemudian pamit pergi keluar dari kamar hotel.

Tak dapat aku paksa laki-laki itu bertahan  lebih lama lagi di sini. Terdengar mesin mobil yang dinyalakan dari depan, perlahan-lahan suaranya kian menjauh.

Matahari pagi baru saja muncul dari peraduan tidur panjangnya, seolah ingin menyapa diriku pagi itu. Sambil menghembuskan asap  ke udarah, aku mengambil Handpone dari atas meja kamar hotel.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status