Kembali pagi itu aku mengambil handphone yang aku taruh di atas rak hiasku hanya sekedar untuk menanyakan kabar Ibuy yang memang sudah aku rindukan suaranya. Hanya sekedar ingin mendengar suaranya yang begitu membuat hatiku nyaman dari semua rasa rinduku yang tak dapat bertatap muka. Tak kuhiraukan rasa mengantukku yang semalam masih bergelayut tepat di atas pelupuk mata, hanya suara Ibuku yang dapat mengusir rasa lelahku yang saat itu masih bersandar tepat di atas tempat tiudr yang aku masih rasakan sisa dari tenaga laki-laki itu semalam yang memang perkasa di atas ranjang kamar hotel itu. Berulang kali mengajakku untuk melakukan hubungan intim yang aku rasa tak sanggup melayaninya lagi.
“Ibu…aku lelah,”
“Apakah aku harus terus bertahan di tengah kota metropolitan yang aku rasa semakin banyak saja kisah hidup yang akan aku hadapi ke depan.”
Aku berkata sembari menahan napas dan perlahan mulai mengeluarkan tetesan air bening
Hi readers,,,kali ini akukembali lagi. Maafkan beberapa hari memang tidak update cerita, dikarenakan ada suatu halangan yang memang tak dapat aku ceritakan..terima kasih kepada readers semua yang masih mengikuti cerita ini. Jangan lupa tetap berikan kritik dan saran pada ceritaku yang memang masih begitu banyak kekurangan....
Aku mencari sesuatu dari balik laci meja riasku malam itu, apa lagi kalau bukan sebuah alat make up yang tentunya aku bawa kemana-mana dari dalam tas mungil kulit milikku. Biasanya aku selalu meletakan beberapa make up itu yang sudah tersusun dalam sebuah kotak kecil yang biasa aku taruh di dalam tas mungil.“Diman ya?“Aku menaruhnya kemarin persis di dalam laci,”Ucapku saat itu Yang terus membolak balik pintu laci meja riasku yang berukuran mini itu. Tetapi tak menemukan sesuatu yang aku cari.Tak aku pungkiri,sebuah kotak make up sangat berharga bagiku untuk merias penampilan wajah yang memang harus tampil begitu cantik ketika malam hari demi mencari rupiah di jalanan liar di sana.“Ahhh sudahlah, ada baiknya aku beli saja nanti,”“Toh enggak sebebrapa juga harganya,”Ucapku kemudian lalu kembali menutup laci meja sembari ingin berlalu keluar malam itu, tetapi aku lihat jam sudah terlalu larut mal
“Singkirkan mulut baumu dari wajahku!” Ucapku saat itu dengan marah dan emosi, langsung mendorong wajahnya yang ingin mencumbuku itu. Terasa sekali kalau dari hawa mulutnya tercium bau alkohol yang begitu menyengat sekali yang aku hirup, tepat pada pernapasannya yang seolah hari itu bernafsu sekali untuk segera mencumbuku. Gaun pendek sebatas paha yang aku kenakan kini merosot setengah dada, sehingga menampakkan bagian feminimku yang memang membuat nafsu liarnya itu semakin memanas. Dia mendorong tubuhku tepat di atas tempat tidur, seketika menarik gaun yang aku kenakan itu. Tak sempat lagi aku ingin memberontak malam itu. “Aku tak suka ini!” “Lepaskan!” Ucapku malam itu meminta laki-laki kekar itu yang terus mencumbu bagian terlarangku yang telah terlihat itu. “Ini pemaksaan!” “Lepaskan!” Tak ada rasanya kenikmatan dengan perlakuan kasarnya malam itu. Aku ingin menjerit rasanya sekuat kuatnya malam itu. Perlakuan
“Dari mana kau dapatkan alamatku!” “Cepat kau katakan! Aku kembali mencoba memaksa laki-laki itu yang mencoba mendekat tubuhku setelah lelah melakukan perbuatan pemerkosaan yang dia lakukan padaku. Apalagi akalu bukan perbuatan pemerkosan yang memang aku tak suka dan tak menikmati permainan panas itu yang harus melayani nafsu laki-laki bajingan bertubuh gempat itu. “Kau tak perlu tahu,” “Kau butuh uang bukan? laki-laki yang memang sudah beranak satu dan beristri itu mencoba berdiri dengan tanpa sehelai benag yang dia kenakan. Diambilnya tas sandang yang dia pakai saat itu. “Ambil perempuan murahan! “Aku memang tak pernah akan puas melampiaskan nafsu ku yang terus saja terbayang dengan tubuh indahmu!” Laki-laki itu berucap sembari membuka tas sandang yang dia ambil itu dari atas meja riasku yang saat itu memang sengaja ditaruhnya di sana. Sudah hampir dinihari laki-laki itu belum pulang dari kamar kontrakanku. Ti
Seperti biasa Aku dan Cantika malam itu tak menghiraukan suasana malam yang biasa kami lewati di sana. Tentu saja seperti malam-malam lainnya. Aku dan Cantika yang memang sering nongkrong di tempat Wanita Pekerja Malam itu memang sudah biasa menghadapi keadaan dinginnya malam di tempat itu. Tetapi kami dan para Wanita Pekerja Malam yang lainnya di sana tak pernah membayangkan akan terjadi sesuatu yang memang lebih buruk dari yang kami pikirkan malam ini.“Ayoooo,,,cepat!”“Nanti kita keburu sama yang lain loh!“kalau keduluan mereka, kita enggak bisa dapet pelanggan lagi!”“Terus mau makan apa besok?”Cantika berkata padaku saat itu, terlihat wanita itu mempercepat langkahnya dengan balutan kaos kutang dan juga celana rok mini yang dia kenakan, tas sandang yang dia senderkan pada bahu bagian kanan menambah seksi penampilannya di mala mini. Hingga membuat aku berpikir apakah wanita ini ta
Hari itu kami dibawa dengan menggunakan patroli petugas keamanan yang memang malam itu sedang mengadakan rahasia besar-besaran. Aku masih ingat sat itu saat mencoba berlari kencang sekuat tenaga dengan sepatu yang memang sudah aku lepaskan berharap bisa berlari sekencang angin menghindar dari kejaran bagaikan mengejar seorang pencuri atau tidak pelaku kejahatan.“Jangan berhenti teruslah berlari!”“kalau kita berhenti kita terrtangkap!”“Cepat lari!”Hari itu aku berteriak pada Cantika temanku yang memang sedang dalam keadaan yang begitu sesak karena berlari kencang.Aku yang melihat cantika yang berlari kea rah ujung gang dengan sangat begitu cepat bagaikan sekelebat bayangan yang menghilang di arah kegelapan bangunan di balik gedung yang tak jauh tempat kami mencari nafkah dengan jalan hitam. Sementara aku yang masih bersembunyi dari balik bangunan kosong yang memang duduk meringkuk ketakutan mendengar su
Tanpa banyak pikir panjang aku memanjat tangga yang tergeletak tepat di samping dinding kokoh beton yang mengelilingi bangunan pertunjukan itu demi untuk mengehindari kejaran dari petugas keamanan yang telah berhasil meraih kaki jenjangku tadi. Masih kurasakan sedikit saki pada pergelangan kakiku yang digenggamnya erat itu.“Kasar sekali, tak manusiawi!”Begitu ucapku dalam hati saat itu, sementara aku melihat laki-laki itu terlihat keasakitan dan dari wajahnya mengucur deras darah akibat tendanganku yang tepat sasaran mengenai wajahnya. Terpaksa aku lakukan cara kasar itu jika kata-kata dan teriakan serta ancamanku tadi sudah tak mempan lagi untuk menghalangi dirinya malam itu, mengejar dan ingin menangkapku seolah aku bagaikan seorang pencuri atau seorang pelaku tindak kejahatan kriminal.“Apa salahku, aku hanya mencari sesuap nasi di tempat ini!”“Bukankah Negara ini penuh kebebasan, lantas kenapa kami diperlakukan s
Aku terlihat pasrah sedang berada di atas sebuah truk yang menngangkutku menggunakan mobil para petugas keamanan yang saat itu tengah memandang ke arah wajahku, tentu saja yang hanya dapat memandang penuh kebencian ke arah mereka.Aku hanya melihat dan hanya memandang liar ke sekeliling tepat di dalam ruangan pengap berukuran besar di dalam mobil, beberapa teman-temanku yang lain dan laki-laki hidung belang tengah duduk bersandar pada kursi di atas mobil para petugas keamanan, bangku itu yang memang sengaja terpasang di sana membentuk memanjang. Kiri dan kanan hanya suara tawa yang terdengar dari para laki-laki gagaj dan terlihat berseragam khusus itu yang mencoba berulang kali aku dengar, suara seolah mengejek pekerjaan kami yang begitu hina dan kotor, tanpa mereka ketahui dalam diri mereka juga seolah tak luput dari dosa.“Kenapa kau memilih tindakan bodoh itu?”Saat itu Cantika berkata padaku yang juga tertangkap dengan para laki-laki pihak
“Kenapa laki-laki itu menatapku sedari tadi! tidak malukah dia dilihat beberapa orang rekannya yang ada di sini?Aku bergumam dalam hati menatap balik pada laki-laki itu penuh kebencian karena memang aku anggap mereka hanyalah bukan siapa siap di balik tugas yang mereka emban.Tak ada niatku untuk tertarik padanya, tetapi memang begitulah kenyataan dan fakta yang ada dalam hatiku mengenai sang laki-laki yang mengenakan seragam lengkap itu yang biasanya selalu saja berbanding terbalik pada kemauan dan kebebasan kami yang seolah memang tak akan pernah bisa menjadi teman atau malah sebaliknya.Bukan kali ini saja aku menaruh benci pada laki-laki seperti itu. Sudah banyak laki-laki yang datang dan pergi dalam hidupku termasuk laki-laki gagah salah satunya yang berasal dari kalangan mereka yang memang menyukai kami, mungkin hanya sebagai pengusir sepi dikala mereka butuh kehangatan dari kami sebagai perempuan malam, begitu pikirku.Mereka hanya Sekedar b