Home / Romansa / Dibalas Dengan Dusta / 17. Adilkah Ini?

Share

17. Adilkah Ini?

Author: nanderstory
last update Last Updated: 2025-04-25 19:47:39

Jika akhir pekan, Kinan memilih untuk tidak keluar rumah demi menghormati suaminya. Berbeda dengan hari biasa disaat suaminya harus berangkat kerja, Kinan memilih untuk mengasingkan diri di luar rumah ketimbang berada dalam satu atap bersama istri kedua suaminya dan juga nenek mertuanya yang kian hari kian sinis terhadapnya.

“Hari ini jadi mau ke supermarket?” Raga muncul dari dalam kamar menghampiri Kinan yang tengah duduk di sofa sambil menonton siaran televisi.

“Iya, jadi, Mas. Ada beberapa kebutuhan yang harus aku beli. Kamu nggak keberatan kan?”

“Nggak kok. Mau jam berapa?”

“Habis makan siang aja mungkin ya.”

Raga mengangguk lalu melangkah keluar menuju teras rumah dan duduk di salah satu bangku menyeruput kopi yang sempat ia buatkan.

Sementara Tari dan Nenek sedang berbelanja di tukang sayur keliling yang mangkal di ujung jalan perumahan. Biasanya Kinan yang bertanggung jawab melakukan itu di rumah ini, hanya saja, setelah kedatangan Tari di rumah ini, Raga harus lapor ke
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Dibalas Dengan Dusta    18. Empat Mata

    “Apa, Mas?” Kinan sukses melongo begitu mendengar Raga menceritakan rencana Nenek yang akan pulang sementara ke rumahnya di Desa. Raga menjawab dengan anggukan. “Kenapa kok Nenek tiba-tiba mau pulang? Perasaan kemarin bersikeras ingin tinggal disini?” Kinan mengerutkan keningnya heran. Raga mengangkat bahunya. “Nenek maunya begitu. Katanya dia akan kesini menjelang Tari lahiran.” “Dia mau melahirkan disini?” “Katanya sih begitu.” Kinan memalingkan wajahnya, menatap lurus jejeran mobil yang tengah diparkir di sebuah supermarket besar yang letaknya tak jauh dari rumah. Dilihatnya langit sudah menjadi kelabu dan sesekali terlihat kilatan petir mulai muncul. Beberapa minggu belakangan, cuaca sedang tidak menentu, jika pagi harinya bisa sangat terik, kemudian di sore hari bisa berubah menjadi hujan angin. Seperti sekarang. Saat ini. Untungnya Kinan dan Raga sudah menyelesaikan urusan berbelanja beberapa kebutuhan. Selama dua jam tadi, ia begitu ceria karena untuk pertama kalinya la

    Last Updated : 2025-04-26
  • Dibalas Dengan Dusta    19. Topeng

    Jika sesuai dengan rencana, Raga akan kembali pulang pagi hari berikutnya. Kinan sudah terbangun dari tidur tapi ia masih duduk di pinggiran kasur sambil menatap jendela yang langsung menghadap ke halaman rumah.Pikirannya masih teringat dengan apa yang Tari katakan malam tadi.Untuk pertama kalinya Tari berbicara panjang lebar saat itu, dan ketika Kinan bertanya kenapa dirinya baru mengatakan itu sekarang, Tari hanya menjawab karena ia ingin menjaga perasaan Nenek Lasmi.“Dan juga, sulit untukku meminta waktumu karena kamu terus-terusan berada di luar rumah,” katanya malam itu.Mau tidak mau Kinan membenarkan.Perubahan sikap Tari yang mendadak menjadi hangat itu membuat Kinan terus bertanya-tanya. Hatinya bahkan tidak merasakan ketulusan yang berusaha ditunjukan oleh wanita itu. Kata-kata yang keluar dari mulutnya seolah kosong tanpa ada isi.“Sebenarnya ada apa dengannya? Dan apa yang sedang ia rencanakan?” gumam Kinan dalam hati. Keningnya berkerut. Berpikir keras.Kinan mendesah

    Last Updated : 2025-04-27
  • Dibalas Dengan Dusta    20. Ular Berbisa

    Tubuh Kinan menegang, matanya terbelalak. Tari menunjukkan raut wajah yang tidak bersahabat. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ia lihat malam tadi, bahkan hari-hari kemarin saat masih ada Nenek Lasmi.“Apa maksudmu?” tanya Kinan dingin. Memicingkan matanya. “Jadi selama ini kamu hanya berpura-pura?”Tanpa diduga, Tari tertawa. Meremehkan.“Meski Raga masih menginginkan kamu, harusnya kamu tahu diri kalau kamu sudah tidak berguna. Nenek Lasmi pun sudah tidak menginginkan kamu sebagai istri dari cucu kesayangannya. Kalau aku jadi kamu, aku akan mundur pelan-pelan dan membiarkan Raga bahagia dengan keluarga barunya dan calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir.” Tari menyunggingkan senyum miring.Kalimat itu langsung menusuk ke dalam relung hatinya. Telinganya berdenging. Wajahnya pucat pasi. Tanpa ia sadari, sebuah mobil sudah berada terparkir di jalanan depan rumahnya sejak beberapa saat yang lalu.Kinan melangkah mundur, tapi tangannya ditarik oleh Tari yang masih menggenggam

    Last Updated : 2025-05-01
  • Dibalas Dengan Dusta    21. Melepaskanmu

    Sudah hampir empat jam Raga juga belum kembali.Kinan menunggu di dalam rumah dengan gelisah. Dirinya melangkah mondar-mandir di tengah rumah dan sesekali mengintip dari jendela.Rentetan pesan yang ia kirimkan kepada suaminya hanya dibalas satu kalimat singkat dan menusuk.Raga: Nanti kita bahas di rumah.Hanya itu. Dari sekian isi pertanyaan mengenai kondisi Tari hingga penjelasan dari apa yang sebenarnya terjadi, pria itu hanya membalas singkat tanpa mengatakan apapun lagi.Lima belas menit kemudian suara mobil yang ia kenali itu akhirnya terdengar. Raga memarkirkan mobilnya di depan rumah, dan melangkahkan kakinya gontai memasuki rumah.Kinan bangkit dari duduk dan menghampiri Raga p

    Last Updated : 2025-05-01
  • Dibalas Dengan Dusta    22. Kemenangan Istri Kedua

    Tak pernah dibayangkan sebelumnya bahwa ia akan menyeret kopernya keluar dari rumah yang sudah ditempatinya seumur rumah tangganya berjalan bersama Raga Satria, suaminya –kini mantan suaminya dan pernah hidup tentram damai sebelum perusak rumah tangga itu mulai menggerogoti pernikahannya. Di depan pagar rumah, Kinan menolehkan kepala dan menatap sekali lagi rumah yang menjadi saksi bisu pernikahan yang akhirnya harus ia lepaskan. “Mestinya sejak dulu aku menyerah,” gumamnya lirih. “Mestinya aku nggak luluh sama ucapannya,” lanjutnya kemudian sebelum akhirnya berbalik badan dan kembali menyeret kopernya. Hari masih siang dengan sinar matahari yang sudah setinggi ubun-ubun kepalanya. Kinan menegakkan kepalanya meski hal itu menjadi sangat menarik perhatian oleh orang yang melihatnya. Bertepatan dengan itu, sebuah mobil taksi tanpa penumpang terlihat melintas. Kinan dengan cepat melambaikan tangan untuk mencegat taksi tersebut. Kinan buru-buru membuka pintu belakang dan membiarkan Sa

    Last Updated : 2025-05-02
  • Dibalas Dengan Dusta    23. Healing

    Butuh tiga hari untuk Kinan akhirnya bangkit dari keterpurukannya. Tangisannya berhenti di hari ini, menyisakan ruang hampa yang cukup besar di hatinya. Bohong jika Kinan mengatakan bahwa rasa cintanya sudah menguap begitu saja. Ia pernah jatuh hati dengan dalam pada pria yang mencuri hatinya dan pria yang pertama kali membuktikan keseriusannya di depan kedua orang tuanya. Meski pada akhirnya perjuangannya harus dibuang begitu saja. Kehadirannya tak cukup membuat Raga mempercayainya lagi. Sudah cukup, Kinan. Semua tinggal persoalan waktu. Kinan bangkit dari ranjang dan berjalan untuk membuka tirai jendela kamar hotel. Sinar matahari langsung menyergap matanya dan sontak saja langsung memenuhi seluruh ruangan. Seolah menamparnya bahwa hidupnya masih bisa berjalan meski kemarin sedang diterpa kegelapan. Langkah selanjutnya ialah membersihkan diri sekaligus menyegarkan badannya selama tiga hari ini hanya berdiam diri di kamar hotel. Yang ia lakukan hanya tidur dan bangun hanya untu

    Last Updated : 2025-05-03
  • Dibalas Dengan Dusta    24. Gugatan

    Kinan menjabat tangan seorang wanita berambut pendek dan kacamata yang bertengger di wajahnya yang bulat. “Mohon bantuannya Bu Eliza. Saya nggak butuh harta gono-gini, yang penting saya ingin prosesnya bisa selesai dengan cepat.” Wanita bernama Eliza itu mengangguk mantap. “Beruntung, Ibu Kinan belum ada anak. Jadi tidak ada kasus gugatan hak asuh anak yang mungkin akan memperlambat prosesnya. Saya juga turut prihatin atas apa yang menimpa Ibu Kinan.” Kinan menyunggingkan senyum miris. Jika selama ini ia mendapatkan pandangan iba dari banyak pihak karena belum hamil-hamil juga, justru kini ia mendengar pendapat yang kontradiktif. Sejurus kemudian, Kinan keluar dari ruangan Eliza Wardhana selaku pengacara yang akan mendampingi proses perceraiannya dengan Raga menjadi sebuah langkah nyata yang berhasil ia laksanakan seminggu kemudian. Sebagai orang yang awam, tentu Kinan tidak mengerti alur untuk mengajukan gugatan ke pengadilan. Lagipula, tentu ia juga tidak mempersiapkan pernikaha

    Last Updated : 2025-05-07
  • Dibalas Dengan Dusta    1. Janji

    “Kalau saja waktu itu kamu jadi nikah sama Astari, mungkin kamu nggak akan kesulitan punya anak begini,” ujar Nenek Lasmini pada suatu pagi di hari Minggu kepada Cucu Kesayangannya, Raga Satria. Pria yang baru saja genap berusia 33 tahun itu hanya menarik napas panjang sebelum kemudian menghembuskannya sangat perlahan. “Mungkin belum jodoh aja kali,” jawab Raga singkat. “Belum jodoh tapi kok pacarannya lama banget. Dia itu cinta pertamamu, kan?” Nenek Lasmini mencibir pelan. Raga memilih untuk tidak menjawab. Diam-diam, dia melirik ke sebuah sekat tembok tanpa pintu yang mana ada istrinya, Kinanti Sahara sedang membuatkan makanan untuk mereka bertiga. Ia hanya tidak mau perkataan Neneknya akan membuat wanita yang sudah dinikahinya selama tiga tahun terakhir itu akan membuat huru-hara. “Dia yang nikahnya setahun lebih telat dari kamu aja bisa tuh langsung hamil. Tapi kenapa istrimu tidak bisa?” Mendengar pertanyaan yang terus dilontarkan oleh Sang Nenek membuat dirinya menghembu

    Last Updated : 2025-03-26

Latest chapter

  • Dibalas Dengan Dusta    24. Gugatan

    Kinan menjabat tangan seorang wanita berambut pendek dan kacamata yang bertengger di wajahnya yang bulat. “Mohon bantuannya Bu Eliza. Saya nggak butuh harta gono-gini, yang penting saya ingin prosesnya bisa selesai dengan cepat.” Wanita bernama Eliza itu mengangguk mantap. “Beruntung, Ibu Kinan belum ada anak. Jadi tidak ada kasus gugatan hak asuh anak yang mungkin akan memperlambat prosesnya. Saya juga turut prihatin atas apa yang menimpa Ibu Kinan.” Kinan menyunggingkan senyum miris. Jika selama ini ia mendapatkan pandangan iba dari banyak pihak karena belum hamil-hamil juga, justru kini ia mendengar pendapat yang kontradiktif. Sejurus kemudian, Kinan keluar dari ruangan Eliza Wardhana selaku pengacara yang akan mendampingi proses perceraiannya dengan Raga menjadi sebuah langkah nyata yang berhasil ia laksanakan seminggu kemudian. Sebagai orang yang awam, tentu Kinan tidak mengerti alur untuk mengajukan gugatan ke pengadilan. Lagipula, tentu ia juga tidak mempersiapkan pernikaha

  • Dibalas Dengan Dusta    23. Healing

    Butuh tiga hari untuk Kinan akhirnya bangkit dari keterpurukannya. Tangisannya berhenti di hari ini, menyisakan ruang hampa yang cukup besar di hatinya. Bohong jika Kinan mengatakan bahwa rasa cintanya sudah menguap begitu saja. Ia pernah jatuh hati dengan dalam pada pria yang mencuri hatinya dan pria yang pertama kali membuktikan keseriusannya di depan kedua orang tuanya. Meski pada akhirnya perjuangannya harus dibuang begitu saja. Kehadirannya tak cukup membuat Raga mempercayainya lagi. Sudah cukup, Kinan. Semua tinggal persoalan waktu. Kinan bangkit dari ranjang dan berjalan untuk membuka tirai jendela kamar hotel. Sinar matahari langsung menyergap matanya dan sontak saja langsung memenuhi seluruh ruangan. Seolah menamparnya bahwa hidupnya masih bisa berjalan meski kemarin sedang diterpa kegelapan. Langkah selanjutnya ialah membersihkan diri sekaligus menyegarkan badannya selama tiga hari ini hanya berdiam diri di kamar hotel. Yang ia lakukan hanya tidur dan bangun hanya untu

  • Dibalas Dengan Dusta    22. Kemenangan Istri Kedua

    Tak pernah dibayangkan sebelumnya bahwa ia akan menyeret kopernya keluar dari rumah yang sudah ditempatinya seumur rumah tangganya berjalan bersama Raga Satria, suaminya –kini mantan suaminya dan pernah hidup tentram damai sebelum perusak rumah tangga itu mulai menggerogoti pernikahannya. Di depan pagar rumah, Kinan menolehkan kepala dan menatap sekali lagi rumah yang menjadi saksi bisu pernikahan yang akhirnya harus ia lepaskan. “Mestinya sejak dulu aku menyerah,” gumamnya lirih. “Mestinya aku nggak luluh sama ucapannya,” lanjutnya kemudian sebelum akhirnya berbalik badan dan kembali menyeret kopernya. Hari masih siang dengan sinar matahari yang sudah setinggi ubun-ubun kepalanya. Kinan menegakkan kepalanya meski hal itu menjadi sangat menarik perhatian oleh orang yang melihatnya. Bertepatan dengan itu, sebuah mobil taksi tanpa penumpang terlihat melintas. Kinan dengan cepat melambaikan tangan untuk mencegat taksi tersebut. Kinan buru-buru membuka pintu belakang dan membiarkan Sa

  • Dibalas Dengan Dusta    21. Melepaskanmu

    Sudah hampir empat jam Raga juga belum kembali.Kinan menunggu di dalam rumah dengan gelisah. Dirinya melangkah mondar-mandir di tengah rumah dan sesekali mengintip dari jendela.Rentetan pesan yang ia kirimkan kepada suaminya hanya dibalas satu kalimat singkat dan menusuk.Raga: Nanti kita bahas di rumah.Hanya itu. Dari sekian isi pertanyaan mengenai kondisi Tari hingga penjelasan dari apa yang sebenarnya terjadi, pria itu hanya membalas singkat tanpa mengatakan apapun lagi.Lima belas menit kemudian suara mobil yang ia kenali itu akhirnya terdengar. Raga memarkirkan mobilnya di depan rumah, dan melangkahkan kakinya gontai memasuki rumah.Kinan bangkit dari duduk dan menghampiri Raga p

  • Dibalas Dengan Dusta    20. Ular Berbisa

    Tubuh Kinan menegang, matanya terbelalak. Tari menunjukkan raut wajah yang tidak bersahabat. Sangat bertolak belakang dengan apa yang ia lihat malam tadi, bahkan hari-hari kemarin saat masih ada Nenek Lasmi.“Apa maksudmu?” tanya Kinan dingin. Memicingkan matanya. “Jadi selama ini kamu hanya berpura-pura?”Tanpa diduga, Tari tertawa. Meremehkan.“Meski Raga masih menginginkan kamu, harusnya kamu tahu diri kalau kamu sudah tidak berguna. Nenek Lasmi pun sudah tidak menginginkan kamu sebagai istri dari cucu kesayangannya. Kalau aku jadi kamu, aku akan mundur pelan-pelan dan membiarkan Raga bahagia dengan keluarga barunya dan calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir.” Tari menyunggingkan senyum miring.Kalimat itu langsung menusuk ke dalam relung hatinya. Telinganya berdenging. Wajahnya pucat pasi. Tanpa ia sadari, sebuah mobil sudah berada terparkir di jalanan depan rumahnya sejak beberapa saat yang lalu.Kinan melangkah mundur, tapi tangannya ditarik oleh Tari yang masih menggenggam

  • Dibalas Dengan Dusta    19. Topeng

    Jika sesuai dengan rencana, Raga akan kembali pulang pagi hari berikutnya. Kinan sudah terbangun dari tidur tapi ia masih duduk di pinggiran kasur sambil menatap jendela yang langsung menghadap ke halaman rumah.Pikirannya masih teringat dengan apa yang Tari katakan malam tadi.Untuk pertama kalinya Tari berbicara panjang lebar saat itu, dan ketika Kinan bertanya kenapa dirinya baru mengatakan itu sekarang, Tari hanya menjawab karena ia ingin menjaga perasaan Nenek Lasmi.“Dan juga, sulit untukku meminta waktumu karena kamu terus-terusan berada di luar rumah,” katanya malam itu.Mau tidak mau Kinan membenarkan.Perubahan sikap Tari yang mendadak menjadi hangat itu membuat Kinan terus bertanya-tanya. Hatinya bahkan tidak merasakan ketulusan yang berusaha ditunjukan oleh wanita itu. Kata-kata yang keluar dari mulutnya seolah kosong tanpa ada isi.“Sebenarnya ada apa dengannya? Dan apa yang sedang ia rencanakan?” gumam Kinan dalam hati. Keningnya berkerut. Berpikir keras.Kinan mendesah

  • Dibalas Dengan Dusta    18. Empat Mata

    “Apa, Mas?” Kinan sukses melongo begitu mendengar Raga menceritakan rencana Nenek yang akan pulang sementara ke rumahnya di Desa. Raga menjawab dengan anggukan. “Kenapa kok Nenek tiba-tiba mau pulang? Perasaan kemarin bersikeras ingin tinggal disini?” Kinan mengerutkan keningnya heran. Raga mengangkat bahunya. “Nenek maunya begitu. Katanya dia akan kesini menjelang Tari lahiran.” “Dia mau melahirkan disini?” “Katanya sih begitu.” Kinan memalingkan wajahnya, menatap lurus jejeran mobil yang tengah diparkir di sebuah supermarket besar yang letaknya tak jauh dari rumah. Dilihatnya langit sudah menjadi kelabu dan sesekali terlihat kilatan petir mulai muncul. Beberapa minggu belakangan, cuaca sedang tidak menentu, jika pagi harinya bisa sangat terik, kemudian di sore hari bisa berubah menjadi hujan angin. Seperti sekarang. Saat ini. Untungnya Kinan dan Raga sudah menyelesaikan urusan berbelanja beberapa kebutuhan. Selama dua jam tadi, ia begitu ceria karena untuk pertama kalinya la

  • Dibalas Dengan Dusta    17. Adilkah Ini?

    Jika akhir pekan, Kinan memilih untuk tidak keluar rumah demi menghormati suaminya. Berbeda dengan hari biasa disaat suaminya harus berangkat kerja, Kinan memilih untuk mengasingkan diri di luar rumah ketimbang berada dalam satu atap bersama istri kedua suaminya dan juga nenek mertuanya yang kian hari kian sinis terhadapnya. “Hari ini jadi mau ke supermarket?” Raga muncul dari dalam kamar menghampiri Kinan yang tengah duduk di sofa sambil menonton siaran televisi. “Iya, jadi, Mas. Ada beberapa kebutuhan yang harus aku beli. Kamu nggak keberatan kan?” “Nggak kok. Mau jam berapa?” “Habis makan siang aja mungkin ya.” Raga mengangguk lalu melangkah keluar menuju teras rumah dan duduk di salah satu bangku menyeruput kopi yang sempat ia buatkan. Sementara Tari dan Nenek sedang berbelanja di tukang sayur keliling yang mangkal di ujung jalan perumahan. Biasanya Kinan yang bertanggung jawab melakukan itu di rumah ini, hanya saja, setelah kedatangan Tari di rumah ini, Raga harus lapor ke

  • Dibalas Dengan Dusta    16. Prasangka

    “Hai Mbak, hari ini datang lebih siang?” Seorang barista muda menyapa kedatangan Kinan. “Iya nih, ada yang harus aku kerjakan dulu tadi.” Kinan membalas senyuman ramah barista itu. “Oh lagi sibuk banget sepertinya ya. Pesan seperti biasa?”Kinan mengangguk. “Tambah satu sloki espresso ya dan Butter Croissant satu.” “Siap, butuh kopi yang lebih strong banget kayaknya Mbak.” “Iya nih, deadline udah tinggal dikit lagi. Mesti dikebut.” “Sip, pesanannya sudah masuk. Mbak duduk aja dulu, nanti pesanannya aku yang anterin. Spot biasa juga masih kosong tuh, tumben. Biasanya rebutan. Jodohnya Mbak Kinan.” “Ah, bisa aja kamu. Makasih banyak, Jes.” Senyuman Kinan semakin mengembang. Barista yang bernama Jessica itu membalasnya dengan kedipan sebelah mata. Kinan berbalik badan dan menuju salah satu spot favoritnya yang terletak di sudut ruangan, sedikit tertutup karena adanya pilar yang menyembul di antara bangunan namun memiliki jendela besar yang bisa memantau pergerakan orang di luaran

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status