Share

Bab 5 *Kabur Dari Rumah*

Lisa yang tadinya akan memulai cerita, akhirnya dia memutuskan untuk mengangkat telfon yang masuk pada ponselnya. Dia membaca nama yang memanggilnya dan ternyata bertuliskan Bu Karni. Itu tandanya Ibu mertuanya yang menelfonnya saat ini. Selama ini, Ibu mertuanya tidak pernah menelfonnya kecuali ada hal penting yang akan dia bicarakan. Lisa pun meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk mengangkat telfon. Dia pun langsung mengawali percakapan dengan Ibu mertuanya di sebrang telfon.

"Halo Lis, Riza kabur dari rumah. Apa dia ada di sana?" tanya Bu Karni yang menanyakan anaknya masih dengan suara yang lantang meski lewat ponsel.

"Tidak Bu, aku saja baru sampai di rumahku, memangnya ada apa dengan Mas Riza?" Lisa membalas dengan rasa penasarannya.

"Riza tidak ada di rumah. Ibu hanya menyuruh dia makan saja, Hadi yang mendobrak pintu kamar dan ternyata suamimu tidak ada di rumah. Ini semua gara-gara kamu yang pergi dari rumah, anakku sampai nekat kabur entah kemana. Awas saja jika terjadi sesuatu sama Riza, kamu yang akan ku salahkan!" bentak Bu Karni yang kemudian langsung menutup telfonnya tanpa mengucapkan salam kepada Lisa.

Mendengar ucapan Ibu mertuanya, membuat Lisa bertambah bingung kepada suaminya itu. Pikiranny menjadi kalang kabut memikirkan Riza. Meski posisinya dalam keadaan marah dengan sumainya itu, di dalam hatinya  masih sangat cinta dan tidak ingin terjadi sesuatu kepada Riza. Pak Bambang dan Bu Leha yang melihat ekspresi wajah Lisa berubah saat menerima telfon, mereka pun langsung memberikan pertanyaannya kembali.

"Lisa, siapa yang menelfonmu? Kenapa kamu murung? Apa yang membuatmu sedih Nak? Aku ini Ini Ibu kandungmu. Lebih baik, kamu bercerita saja kepada kami. Siapa tau kami bisa membantu kan Nak," Bu Leha berkata dengan lembut kepada Lisa dengan harapan anaknya segera menceritakan masalahnya.

Setelah beberapa saat terdiam, akhirnya Lisa mengeluarkan suaranya.

"Baik Bu, aku akan menceritakan semuanya. Ibu, Bapak, maafin aku yang selama ini membuat kalian malu punya anak seperti aku yang belum bisa memberikan cucu. Aku tau, jika kalian juga mengharapkan cucu dariku, pasti kalian juga ada rasa malu ketika kalian di tanya oleh tetangga di sini mengenai kapan punya cucu, tapi aku yakin jika suatu saat nanti pasti bisa memberikan cucu untuk Ibu dan Bapak. Aku di rumah Mas Riza sangat tertekan Bu, setiap hari telingaku pedas selalu menjadi bahan gosip tetangga ataupun keluarga Mas Riza yang lain jika aku mandul lah atau apalah. Maka dari itu aku putuskan entah sampai berapa hari aku akan tinggal di sini," ucap Lisa yang berhasil menceritakan masalahnya kepada kedua orang tuanya meski seharusnya ini sebuah rahasia dalam rumah tangganya.

"Lisa, kamu jangan menangis. Ibu dan Bapak tidak pernah merasa malu kok, mau gimana lagi jika belum rezekinya di beri kepercayaan. Kita tidak bisa memaksa kehendak Tuhan kan, jadi masalahnya itu ya, sekarang saran Ibu kamu jangan dengarkan apa kata orang. Yang paling penting suami kamu menerima kekuranganmu Nak, percayalah! Pasti suatu saat kamu akan memiliki keturunan.  Yakinlah Nak, ujian yang harus kamu lewati harus terjal seperti ini dulu, jangan sedih ya, ini sudah sangat sore kamu segera mandi dan makan malam!" ucap Bu Leha dengan perkataan yang menenangkan.

Di rumahnya inilah Lisa merasakan kenyamanan dan tanpa tekanan. Bahkan setelah mendengar nasehat dari kedua orang tuanya, rasa sedihnya berangsur menghilang dan yang di pikirnya saat ini hanyalah suaminya yang kata Ibu mertuanya kabur dari rumah. Sesekali dia menatap layar ponselnya untuk menghubungi suaminya itu dan akhirnya tidak aktif. Dia mencoba untuk berpikir positif jika suaminya pasti kabur untuk menyusul dirinya di rumah kedua orang tuanya ini. Karena hari sudah mulai gelap, akhirnya dia memutuskan untuk mandi dan makan malam bersama keluarganya. 

_ _ _

Hari sudah gelap bahkan waktu sudah menunjukkan jam delapan malam. Lisa masih termenung di ruang tamu karena teringat ucapan Ibu mertuanya jika hari ini Riza kabur dari rumah. Dari tadi yang ada di pikirannya jika Riza kaburnya akan di rumahnya, namun sampai sekarang belum juga sampai. Dia berusaha untuk menghubungi suaminya itu hingga enam kali, namun tetap tidak aktif. Kecemasan kini mulai menyerang hatinya. Di tengah lamunannya, datanglah Ibunya yang datang menghampiri sambil memegang bahunya sampai dia terkejut.

"Eh anak Ibu, kenapa tidak ikut menonton televisi? Kamu memikirkan apa di sini Nak?" tanya Bu Leha yang langsung duduk di sampingnya.

"Aku sedang menunggu Mas Riza Bu, kata Ibu mertuaku dia kabur dari rumah. Ini juga aku sedang menunggunya, siapa tau dia datang ke sini. Tapi sampai jam delapan belum juga sampai. Aku sudah menghubungi berkali-kali tapi tetap tidak bisa Bu," balas Lisa dengan nada yang sedih.

Meski hatinya sedang marah dengan suaminya, namun dia tetap memikirkan akan keselamatan suaminya itu karena biar bagaimanapun Riza masih suaminya yang dia sayangi. 

"Kamu yang tenang Nak, Riza kan sudah dewasa. Apalagi dia imam keluarga, pastinya dia bisa memikirkan dirinya dan menjaga dirinya sendiri kok, kamu jangan menambah tekanan di pikiranmu ya," Bu Leha berusaha memberikan ucapan yang bisa menenangkan hati Lisa meskipun di dalam hatinya juga ada rasa cemas.

Ketika mereka berhenti berbincang, ponsel milik Lisa berdering yang kali ini datang dari Kakak iparnya. Dengan jantung yang berdebar karena takut jika mendengar kabar buruk, dengan tangan gemetar dia tetap mengangkat telpon itu. Belum sempat dia mengawali pembicaraan, di sebrang telfon Hadi langsung mengucapkan perkataan yang akan dia sampaikan.

"Halo Lisa, apakah suamimu ada di sana? Kakak ini menginap di rumah Ibu karena dari tadi Ibu menangis minta di temani," ucap Hadi dengan perkataan yang cepat.

"Tidak Kak, Mas Riza tidak ada di sini. Memangnya tadi tidak pesan sesuatu atau ada pesan di kamar yang di tinggalkan gitu kak? Aku dari tadi juga menunggu Mas Riza namun sampai sekarang belum datang juga, ku pikir Mas Riza sudah pulang ke rumah Ibu, aku jadi khawatir. Kira-kira dia ada di mana ya Mas? Aku harus mencarinya di mana?" balas Lisa dengan di iringi tetesan air mata.

"Ini pokoknya gara-gara kamu! Kamu harus tanggung jawab Lisa! Ibu tidak terima jika anak Ibu hilang! Kamu harus mencari sampai ketemu! Kamu memang wanita pembawa sial! Menyesal aku menjadikanmu sebagai menantu, tidak bisa bekerja  dan juga menghasilkan anak. Selama ini hanya menjadi benalu di rumahku, kamu bisa ku masukkan ke dalam penjara jika sampai Riza tidak di temukan. Ingat itu!" bentak Bu karni dengan perkataan pedasnya.

Mendengarkan ucapan Ibu mertuanya, hati Lisa terasa begitu sesak. Di dalam hatinya bingung akan keberadaan suaminya yang sama sekali dia juga tidak mengetahui keberadaannya. Sedangkan Bu Leha yang duduk di sampingnya dan mendengar ucapan Ibu mertuanya yang kasar, merasa sangat kesal dan tidak terima jika Lisa di perlakukan seperti itu.

"Oh, jadi begini kelakuan Ibu mertuamu Lis, kamu tidak usah datang lagi ke sana. Sakit hati Ibu, aku saja yang Ibu kandungmu tidak pernah berbicara sekasar itu padamu, kok malah orang lain bisa semena-mena padamu. Ibu tidak rela kamu di perlakukan seperti itu!" ucap Bu Leha dengan nada yang lumayan tinggi.

"Tenang Bu, maka dari itu aku menenangkan diri di sini kemarin itu. Ibu yang tenang ya, kan ada Mas Riza yang selalu membelaku meski aku selalu mendapatkan tekanan dari keluarganya," balas Lisa dengan lirih.

Seketika Bu Leha terdiam karena dia menyadari karena Lisa sekarang punya suami dan sudah bukan tanggung jawabnya untuk mengatur hidupnya meski masih ada rasa tidak terima jika anaknya di perlakukan semena-mena oleh orang lain. Ketika Lisa hendak menenangkan Ibunya kembali agar tidak marah lagi, tiba-tiba terdengar suara seperti benda jatuh yang berukuran besar di teras rumahnya. Dengan rasa terkejut, Lisa dan Bu Leha langsung bergegas menuju teras rumah untuk mengetahui sumber bunyi itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status