Share

Bab 8

Karena terlalu risau dengan sahutan Riza yang dia lontarkan terus menerus, membuat Lisa merasa tidak tenang. Dia pun langsung berjalan menuju arah suaminya itu lagi sambil memasang wajah yang sangat kesal.

"Mas Riza, cobalah kamu berpikir secara dewasa sedikit! Pastinya kamu mengerti apa yang aku maksud kan, kamu itu seharusnya berpikir jernih sebelum melakukan sesuatu. Apalagi ini menyangkut harga dirimu! Apa kamu tidak malu ya, bersikap konyol seperti tadi?" sahut Lisa sambil memperhatikan wajah suaminya yang memucat.

"Maafkan aku Lisa, aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi, aku janji Lis," ucapnya dengan nada memohon.

Ketika mendengar anak dan menantunya yang sedang berbincang dengan nada yang seperti orang bertengkar, seketika Pak Bambang langsung menghampiri ke arah Lisa untuk melerainya.

"Lisa, kamu ini seorang istri dan seharusnya menuruti apa kata suami. Coba saja kamu buka kembali hatimu dan memaafkan segala kesalahan suamimu, aku akan mendukung semua keputusanmu, tapi semua orang bukannya memiliki kesalahan dan masa lalu? Jika Riza mengulangi lagi kesalahan, mungkin kamu bisa melakukan tindakan apapun yang kamu mau! Maafkan Bapak, bukannya mau ikut campur tentang masalah rumah tanggamu Lis," sahut Pak Bambang dengan nada yang sedih karena melihat putrinya yang memang penuh dengan masalah.

Mendengar ucapan Bapaknya, Lisa langsung terdiam. Bahkan dia terdiam sejenak karena memikirkan kata- kata Bapaknya. Setelah dia pikirkan kembali, akhirnya dia mau menuruti apa yang di katakan oleh Bapaknya itu.

"Maafkan aku yang tadinya emoai Mas Riza, aku mau ikut dengan Mas asal kamu jangan mengulangi kesalahan seperti tadi, ingat, itu hal yang di larang oleh agama kita Mas,"  Meski masih ada rasa emosi, Lisa berusaha berkata dengan perkataan yang biasa saja kepada suaminya itu.

Sedangkan Riza langsung tersenyum bahagia setelah mendengar ucapan Lisa yang menerimanya kembali.

"Iya Lis aku janji kok, maafkan aku ya, sekarang kita pulang, aku sayang kamu Lis, aku menerima kekuranganmu apa adanya darimu!" Perkataan Riza begitu sangat menenangkan hati Lisa sampai- sampai hati istrinya itu langsung luluh dan percaya akan ucapannya.

Setelah mereka berbincang sejenak di teras, keduanya akhirnya memilih untuk berpamitan kepada kedua orang tua Lisa untuk kembali ke rumah Bu Karni.

Dengan mengendarai sepeda motor tua, Riza membonceng Lisa sambil memegang tangannya bagaikan sepasang muda- mudi yang sedang di mabuk asmara. Karena jarak rumah Lisa dan rumahnya yang tidak begitu jauh, hanya memakan waktu seperempat jam akhirnya Riza telah sampai di halaman rumahnya tepat jam delapan malam.

Di mana di rumahnya masih ramai oleh Ibu dan Kakaknya yang sedang berbincang di teras. Ketika mereka melihat Riza telah pulang, keduanya langsung berdiri melihat kedatangan Riza yang baru saja mereka cari.

"Riza! Kamu kemana saja Nak? Kamu jangan kabur- kabur lagi ya, kasihanilah aku yang sebagai Ibumu!" ucap Bu Karni sambil mengelus wajah anaknya sambil memeluknya.

Ketika dia sedang memeluk tubub Riza, sepasang matanya langsung tertuju pada Lisa, yang tak lain menantu yang dia benci dan selalu dia caci.

"Ini pasti semua gara- gara kamu kan? Apa kamu tidak bisa menghindar dari anakku?" bentak Bu Karni di hadapan Lisa dan juga kedua anaknya.

Namun Lisa hanya diam saja tanpa bersuara. Hatinya bagaikan teriris karena baginya keputusan balik ke rumah Ibu mertuanya adalah suatu keputusan yang salah.

"Eh, kenapa kamu diam! Jawab dong! Kamu sakit hati? Itu kan sudah seharusnya yang kamu terima!" Bentakan demi bentakan telah terlontar dari bibir Bu Karni dengan lantang.

Tanpa di sadari, seketika air mata Lisa langsung mengalir dengan deras karena ucapan Ibu mertuanya yang memang menyakiti hatinya. Namun, sesuai apa yang di katakan oleh Riza tadi jika dia akan membela Lisa dan melindungi dari perkataan yang buruk, dia pun langsung membalas segala apa yang di katakan oleh Ibunya kepada Lisa.

"Ibu, tak seharusnya Ibu berkata seperti itu kan, apalagi sekarang aku juga sudah pulang ke rumah ini! Apa aku perlu pergi lagi agar Ibu tidak berbicara sembarangan lagi kepada Lisa?" bela Riza pada istrinya yang seketika membuat tamparan keras di hati Ibunya yang memiliki ucapan pedas.

Sedangkan Lisa yang saat ini ada di belakangnya, dia hanya diam saja dan masih di iringi deraian air mata karena ucapan yang mendarat di telingannya bergitu menyakitkan.

"Ya sudah, Ibu akan diam saja. Tapi kamu jangan pergi lagi ya Riz, Ibu itu cuma ada kamu saja di rumah ini, sedangkan Hardi kan ikut istrinya," sahut Bu Karni sambil menatap ke arah putra pertamanya.

Namun Riza hanya memperhatikannya dan langsung mengajak Lisa untuk masuk ke dalam kamar. Bahkan dia tidak membalas ucapan Ibunya apa- apa.

Setelah dia dan Lisa sudah berada di dalam kamar, dia pun melanjutkan perkataannya tadi ketika masih di rumah Lisa.

"Lisa, maafkan aku dan Ibu, memang Ibu orangnya suka begitu namun dia baik kok, kamu jangan sedih lagi ya," ucapnya sambil mengusap pipi Lisa 

"Aku tau kok Mas, kamu memang tidak pernah tega dengan Ibumu, aku tau kok Mas, jika Ibumu segalanya untukmu, namun kamu harus mengetahui apa yang aku derita! Aku ini istrimu, bukanlah babu atau musuhmu! Kamu harus peduli dengan perasaanku! Anggaplah aku di rumah ini!" sahut Lisa dengan lantang bahkan baru kali ini dia berkata kepada suaminya itu dengan suara yang lantang.

Seketika Riza langsung terdiam karena merasa terkejut mendengar ucapan istrinya itu. Bahkan dia tidak menyangka jika Lisa berani berkata demikian.

"Aku sudah berkali- kali meminta maaf kepadamu Lisa, coba kamu dengarkan apa kata Bapakmu! Apa kamu lupa apa kata beliau? Bukannya Bapakmu telah berkata jika surgamu berada di bawah telapak kakiku? Bukankah seorang yang bersalah tak selamanya harus di cap salah?" Riza pun tidak ingin kalah. Bahkan dia langsung mengingat apa yang telah di sampaikan oleh Bapak mertuanya.

"Ya Mas, aku yang salah, ini semua salahku. Kenapa juga aku belum hamil, seandainya aku sudah hamil, pasti keluargamu akan menghargaiku jika aku ini juga manusia!" sahut Lisa lagi yang masih membela dirinya sendiri.

Mendengar ucapan istrinya itu, membuatnya tidak terima. Bahkan hatinya tersinggung yang tiba- tiba rasa sakit hati itu langsung spontan mengeluarkan kata- kata kasar.

"Jaga mulutmu Lisa! Kamu tidak pantas berkata seperti itu!" Dengan lantang Riza berkata di depan Lisa yang membuat istrinya itu terkejut bahkan langsung menyingkirkan tangannya dari rambutnya.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status