Share

Bab 7

Penulis: VEty SAry
last update Terakhir Diperbarui: 2022-11-10 21:53:17

Bab 7

Bu Leha langsung menarik tangan Lisa untuk berjalan cepat mengikuti suaminya yang memang berjalan dengan jarak berjauhan dengannya. Bahkan di sepanjang jalan, hati Lisa di liputi rasa khawatir yang berlebihan. Sampai-sampai, perutnya berkali- kali merasakan mulas.

"Ibu, sebenarnya Bapak mengikuti Mas Riza kemana ya bu? Sepertinya kok serius banget, mana perutku terasa keram dan mulas ini mungkin karena terlalu panik," ucapnya dengan lirih.

"Tidak tau juga Ibu Lis, yang jelas kamu yang sabar ya Lis, ikuti saja Bapakmu itu, semoga saja tidak ada hal- hal yang tidak di inginkan, soalnya sepertinya dari tadi Ibu merasakan sesuatu yang tidak enak setelah melihat ekspresi Bapakmu yang seperti itu!" sahutnya yang terus memperhatikan suaminya yang berjalan dengan cepat.

Sementara itu, posisi Riza sudah tidak terlihat dari pandangan Pak Bambang. Namun dia yakin jika menantunya itu pasti akan mendatangi jembatan gantung yang terletak di ujung desa.

"Aduh Riz, setan apa yang menghantuimu sehingga kamu bertekad seperti ini!" gumamnya di dalam hati.

Sementara itu Lisa yang terus menahan rasa sakit mulas di perutnya itu, dia berusaha mengajak Ibunya untuk istirahat tetapi Bu Leha mengabaikan permintaannya dan mereka akhirnya tetap berjalan dengan cepat. Sampai akhirnya langkah mereka terhenti di sebuah keramaian.

"Ibu, di sana ada ramai- ramai ada apa ya Bu? Itu seperti baju Bapak kan? Bapak tadi memakai baju warna itu kan Bu? Kenapa dia teriak- teriak di sana?" Pertanyaan demi pertanyaan berhasil di lontarkan oleh Lisa karena rasa penasarannya.

"Ibu juga tidak tau Lis, perasaan Ibu semakin tidak karuan. Kita berlari saja untuk pergi ke sana ya, kamu masih kuat kan?" tanya Bu Leha sambil memperhatikan wajah Lisa yang tampak begitu pucat yang kemungkinan menahan rasa sakit.

Setelah langkah mereka mendekat di keramaian itu, mereka langsung meminta izin dan menerobos di sela- sela kerumunan orang. Ketika melihat siapa yang berdiri di atas tiang jembatan, sepasang mata Lisa langsung terbelalak. Tangisnya seketika pecah di tempat, air matanya langsung mengalir deras. Bahkan dia berkata dengan nada gemetar.

"Mas Riza, aku mohon jangan lakukan itu! Turunlah!" teriak Lisa dari bawah.

Sementara itu Pak Bambang juga masih mencari cara agar menantunya itu mau turun dan mengurungkan niatnya lagi. Meski tenggorokan sampai serak, Lisa terus berteriak ke arahnya dengan suara yang lantang.

"Mas Riza, aku mohon jawab pertanyaanku! Apa yang membuatmu  menjadi lelaki yang mudah putus asa? Mas, aku mohon turunlah dari atas sana! Apa kamu tidak kasihan sama aku?" Lisa berteriak lagi dan masih berharap jika suaminya itu kembali turun.

Setelah teriakan Lisa yang ke lima kali akhirnya Riza membalas teriakannya itu. Bahkan tampak dari wajah Riza yang kalut.

"Kamu kenapa datang ke sini Lisa? Bukankah kamu senang jika aku tiada? Sudahlah Lisa, aku akan pergi untuk selamanya," ucapnya sambil menutup wajahnya.

"Tapi Mas, kamu jangan berpikiran pendek seperti itu, semua bisa kita bicarakan dengan baik- baik," Lisa masih berusaha membujuk suaminya itu dengan suara yang lantang meski suaranya hampir habis karena terus berteriak.

Tetapi, apalah daya Riza tetap bersikukuh ingin meloncat dari atas pagar pembatas jembatan itu. Melihat posisi darurat, Pak Bambang langsung membujuk Lisa untuk menuruti permintaannya terlebih dahulu untuk sekedar memancing agar Riza tidak melakukan hal dosa itu.

"Mas Riza, dengarkan aku baik- baik ya, aku sayang kamu! Aku mau hidup satu rumah denganmu di rumahmu! Tapi, aku mohon kamu turun sekarang!" Dengan susah payah Lisa berteriak lagi sampai suaranya sangat serak.

Mendengar perkataan istrinya, seketika hati Riza langsung luluh. Bahkan dia menangis sampai akhirnya dia langsung meloncat ke arah jalan raya.

Semua orang yang menyaksikannya langsung bersorak ke arahnya karena aksinya yang menggemparkan itu.

"Aduh Mas, Mas, nasi masih enak kok ya mau bunuh diri! Apa Masnya sudah punya banyak amal? Jika masih belum cukup amal, jangan sok- sok'an ingin mati!" sahut salah satu penonton yang menyaksikannya.

"Bener tuh, dan ternyata tidak jadi mati deh, aduh tau gini aku tidak menonton," sahut warga yang lainnya dengan maksud ucapan menyindir.

Sementara itu, Riza hanya terdiam sambil menundukkan kepalanya karena dia merasa malu jika di lihat oleh warga dengan pandangan yang kurang suka.

Melihat suaminya seperti orang yang terkucilkan, membuat Lisa merasa kasihan pada suaminya itu. Dia langsung mendekat di samping Riza. Sedangkan Pak Bambang langsung membubarkan kerumunan orang yang tampak saling bergosip satu sama lain

"Mas Riza, kamu kenapa nekad seperti ini? Lihatlah orang- orang di sekitarmu, pasti mereka akan membicarakanmu hal yang tidak baik. Sekarang kita bicarakan ini di rumah," Setelah berkata, Lisa langsung pergi dari hadapannya.

Sedangkan Riza terus berteriak memanggil namanya namun dia hiraukan. Bahkan Lisa tak sedikitpun menoleh ke belakang hanya karena masih ada rasa malu.

Ketika sudah sampai di halaman rumah Ibunya, barulah Lisa berhenti karena di sanalah dia akan meminta penjelasan dari Riza.

"Lisa, kenapa kamu meninggalkanku sendiri? Kamu bukannya sudah berjanji jika akan ikut bersamaku lagi? Apa kamu membohongiku?" tanyanya sambil menarik nafasnya yang panjang.

Seketika Lisa langsung menoleh ke belakang mendengar ucapannya. Bahkan di dalam hatinya menganggap jika suaminya masih seperti anak kecil.

"Mas Riza, aku mau imamku itu bisa menjadi panutan yang baik bukannya malah memberi contoh yang buruk! Bagaimana bisa aku mempunyai imam dengan kondisi mental yang mudah goyah?" Lisa langsung berbicara terus terang bahkan dengan lantang.

Mendengar ucapan Lisa, seketika Riza langsung naik pitam. Otot- otot pada lehernya seakan- akana ingin kelur dari sarangnya. Karena dia memang merasa di rendahkan.

"Lisa, apa maksudmu berbicara seperti itu?" Karena rasa penasarannya, Riza langsung menanyakan hal itu.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan   Bab 9

    Bab 9Baru saja Lisa sampai di rumah, dia harus mengalami tekanan batin lagi. Sampai- sampai dia merasakan kurang sehat. Bahkan saat ini kepalanya berdenyut pusing karena akhir- akhir banyak.Sampai akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Saat dia berjalan menuju dapur, dia melihat suaminya yang saat ini sedang berbincang dengan Ibu mertuanya dan juga Kakak iparnya. Meskipun begitu, dia sama sekali enggan mengucapkan sesuatu.Tapi, Bu Karni yang melihatnya melintas di depannya, dengan nada ketus dia langsung memberikan sindiran pedas."Udah tuh yang lagi ngambek? Cuma di katain begitu saja sudah langsung ngambek, bagaimana dengan rumah tanggamu jika istri saja tukang ngambek?" sindir Bu Karni dengan sedikit mencibir.Mendengar ucapan Ibu mertuanya dia hanya diam dan menahan rasa sakit hati. Namun, hari ini rasa sakit hagi itu terkalahkan oleh rasa sakit di kepalanya yang terasa berat. Bahkan kali ini di sertai dengan perutnya yang keram.Ketika dia sampai di dapur, tiba- t

  • Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan   Bab 8

    Karena terlalu risau dengan sahutan Riza yang dia lontarkan terus menerus, membuat Lisa merasa tidak tenang. Dia pun langsung berjalan menuju arah suaminya itu lagi sambil memasang wajah yang sangat kesal."Mas Riza, cobalah kamu berpikir secara dewasa sedikit! Pastinya kamu mengerti apa yang aku maksud kan, kamu itu seharusnya berpikir jernih sebelum melakukan sesuatu. Apalagi ini menyangkut harga dirimu! Apa kamu tidak malu ya, bersikap konyol seperti tadi?" sahut Lisa sambil memperhatikan wajah suaminya yang memucat."Maafkan aku Lisa, aku tidak akan mengulangi kesalahanku lagi, aku janji Lis," ucapnya dengan nada memohon.Ketika mendengar anak dan menantunya yang sedang berbincang dengan nada yang seperti orang bertengkar, seketika Pak Bambang langsung menghampiri ke arah Lisa untuk melerainya."Lisa, kamu ini seorang istri dan seharusnya menuruti apa kata suami. Coba saja kamu buka kembali hatimu dan memaafkan segala kesalahan suamimu, aku akan mendukung semua keputusanmu, tapi s

  • Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan   Bab 7

    Bab 7Bu Leha langsung menarik tangan Lisa untuk berjalan cepat mengikuti suaminya yang memang berjalan dengan jarak berjauhan dengannya. Bahkan di sepanjang jalan, hati Lisa di liputi rasa khawatir yang berlebihan. Sampai-sampai, perutnya berkali- kali merasakan mulas."Ibu, sebenarnya Bapak mengikuti Mas Riza kemana ya bu? Sepertinya kok serius banget, mana perutku terasa keram dan mulas ini mungkin karena terlalu panik," ucapnya dengan lirih."Tidak tau juga Ibu Lis, yang jelas kamu yang sabar ya Lis, ikuti saja Bapakmu itu, semoga saja tidak ada hal- hal yang tidak di inginkan, soalnya sepertinya dari tadi Ibu merasakan sesuatu yang tidak enak setelah melihat ekspresi Bapakmu yang seperti itu!" sahutnya yang terus memperhatikan suaminya yang berjalan dengan cepat.Sementara itu, posisi Riza sudah tidak terlihat dari pandangan Pak Bambang. Namun dia yakin jika menantunya itu pasti akan mendatangi jembatan gantung yang terletak di ujung desa."Aduh Riz, setan apa yang menghantuimu s

  • Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan   Bab 6

    Ketika mereka keluar rumah betapa terkejutnya mereka mendapati bayangan seseorang yang jatuh dari kursi panjang. Seketika Bu Leha langsung masuk ke dalam rumahnya untuk menyalakan lampu teras rumahnya yang memang kelupaan dan belum dia nyalakan dari tadi."Lisa, kamu tunggu dulu di sana! Sepertinya orang itu tampak diam saja karena kesakitan," ucapnya sambil berlalu dari hadapan Lisa.Sedangkan di dalam hati Lisa di penuhi rasa ketakutan yang menyergap karena yang dia takutkan jika orang yang ada di hadapannya tiba-tiba berbuat jahat kepadanya.Namun, ketika orang itu mengucapkan suaranya karena dirinya merasa kesakitan, Lisa kembali di buat tercengang karena suaranya mirip dengan suara suaminya.Ketika lampu sudah menyala, sepasang matanya langsung terbelalak. Bahkan dia langsung terkejut seperti firasat yang sudah dari tadi datang menghantui pikirannya."Mas Riza? Kenapa Mas tidak mengetuk pintu?" ucapnya sambil berjalan ke arah Riza yang masib terduduk di lantai teras.Sedangkan Bu

  • Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan   Bab 5 *Kabur Dari Rumah*

    Lisa yang tadinya akan memulai cerita, akhirnya dia memutuskan untuk mengangkat telfon yang masuk pada ponselnya. Dia membaca nama yang memanggilnya dan ternyata bertuliskan Bu Karni. Itu tandanya Ibu mertuanya yang menelfonnya saat ini. Selama ini, Ibu mertuanya tidak pernah menelfonnya kecuali ada hal penting yang akan dia bicarakan. Lisa pun meminta izin kepada kedua orang tuanya untuk mengangkat telfon. Dia pun langsung mengawali percakapan dengan Ibu mertuanya di sebrang telfon."Halo Lis, Riza kabur dari rumah. Apa dia ada di sana?" tanya Bu Karni yang menanyakan anaknya masih dengan suara yang lantang meski lewat ponsel."Tidak Bu, aku saja baru sampai di rumahku, memangnya ada apa dengan Mas Riza?" Lisa membalas dengan rasa penasarannya."Riza tidak ada di rumah. Ibu hanya menyuruh dia makan saja, Hadi yang mendobrak pintu kamar dan ternyata suamimu tidak ada di rumah. Ini semua gara-gara kamu yang pergi dari rumah, anakku sampai nekat kabur entah kemana. Awas saja jika terjad

  • Dibuang Karena Tak Kunjung Melahirkan   Bab 4 *Kembali Ke Rumah Orang Tua*

    Setelah beberapa saat mendekam di dalam kamar, akhirnya Lisa memutuskan untuk keluar dari kamar dan bertekad untuk pulang ke rumah orang tuanya untuk menenangkan diri. Dengan langkah yang malas, dia memberanikan diri untuk berbicara kepada Riza yang kebetulan sedang duduk bersama Ibu mertuanya dan juga Kakak iparnya.Kebetulan letak kamar Lisa berada di sebelah ruangan keluarga. Ketika melihat Lisa yang baru saja membuka pintu, Bu Karni kembali menyindir Lisa dengan ucapannya yang kasar."Sudah yang drama menangisnya? Sudah puas melihat Mita sakit hati gara-gara suaminya membela kamu? Ingat ya, awas saja kamu menjadi duri dalam rumah tangga Mita, tak segan-segan aku akan memecat kamu sebagai menantu. Biar saja kamu menjadi janda lapuk, siapa sih yang mau menerima wanita mandul sepertimu kecuali anakku! " sindir Bu Karni sambil melirik sinis ke arah Lisa yang baru saja menutup pintunya kembali setelah keluar kamar."Aku mengerti kok Bu, aku ke sini mau berbicara sama Mas Riza. Mas, aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status