Share

Bab 9

Bab 9

Baru saja Lisa sampai di rumah, dia harus mengalami tekanan batin lagi. Sampai- sampai dia merasakan kurang sehat. Bahkan saat ini kepalanya berdenyut pusing karena akhir- akhir banyak.

Sampai akhirnya dia memutuskan untuk keluar dari kamarnya. Saat dia berjalan menuju dapur, dia melihat suaminya yang saat ini sedang berbincang dengan Ibu mertuanya dan juga Kakak iparnya. Meskipun begitu, dia sama sekali enggan mengucapkan sesuatu.

Tapi, Bu Karni yang melihatnya melintas di depannya, dengan nada ketus dia langsung memberikan sindiran pedas.

"Udah tuh yang lagi ngambek? Cuma di katain begitu saja sudah langsung ngambek, bagaimana dengan rumah tanggamu jika istri saja tukang ngambek?" sindir Bu Karni dengan sedikit mencibir.

Mendengar ucapan Ibu mertuanya dia hanya diam dan menahan rasa sakit hati. Namun, hari ini rasa sakit hagi itu terkalahkan oleh rasa sakit di kepalanya yang terasa berat. Bahkan kali ini di sertai dengan perutnya yang keram.

Ketika dia sampai di dapur, tiba- tiba saja tangannya menyenggol teko air yang ada di atas meja makan sampai airnya tumpah berceceran di lantai. Bahkan di ikuti tubuhnya yang langsung jatuh terkulai lemas tersungkur di lantai.

Seketika Bu Karni yang saat ini sedang berbincang dengan kedua anaknya, dia langsung berjalan menuju dapur bersama Riza.

Ketika melihat Lisa pingsan, bukannya dia menolong justru dia memarahi Lisa dengan ucapan pedasnya itu.

"Astaga, ini bocah menyusahkan saja! Teko air samlai di jatuhkan ke lantai segala! Untung saja tidak terbuat dari kaca, seandainya terbuat dari kaca pastilah bisa pecah ini teko!" bentaknya sambil mengambil teko yang ada di hadapannya.

Sedangkan Riza langsung mengangkat tubuh istrinya yang lemah tak berdaya itu. Bahkan dia yang tadinya sangat marah kepada Lisa, kini raut wajahnya berubah menjadi panik.

"Astaga Lisa, kenapa kamu bisa seperti ini? Apa kamu sakit ya?" ucapnya sambil mengamati tubuh Lisa yang tampak memucat.

"Alah Riz, paling itu hanya berpura- pura saja, dari tadi kan memang dia sudah terpojokkan, mana bisa dia itu menerima sikap kita, dianya saja yang suka baper dengan perkataan orang- orang, padahal kenyataan kan semuanya," Bu Karni berkata dengan ketusnya lagi namun kali ini Riza langsung membalas ucapannya dengan perkataan yang tidak terima.

"Ibu, sebaiknya Ibu tidak boleh berkata seperti itu! Kasihan Lisa, mungkin memang karena dia di sini dia tertekan jadi banyak pikiran, kalau begitu saya permisi!" balas Riza yang langsung membawa istrinya menuju kamarnya itu.

Sementara itu Bu Karni hanya mencibir dengan wajah yang tidak suka mendengar ucapan anaknya dengan perkataan yang membela Lisa.

Ketika Riza sudah sampai di dalam kamar, dia langsung memberi minyak angin di depan hidung Lisa. Setelah beberapa saat akhirnya Lisa tersadar dari pingsannya.

"Sayang, kamu sudah sadar? Maafkan aku ya sayang, sudah sekian kalinya aku menyakitimu! Kamu pasti tertekan dengan ucapanku," ucap Riza sambil mengusap kening Lisa yang sudah mengalirkan keringat dinginnya.

Namun Lisa masih lemas dan belum menjawab ucapannya. Hatinya masih terasa perih mendengar perkataan suami dan mertuanya itu. Hanya air matanya yang mengalir deras lah jawaban dari ucapan Riza.

"Sayang, kamu masih marah kepadaku ya? Aku mohon, maafkanlah aku, kita pergi ke Dokter saja ya kita!" ajak Riza dengan sedikit memaksa Lisa.

Mendengar ucapan Riza, membuat Lisa merasa sedikit luluh. Sampai akhirnya dia mengeluarkan suaranya yang lirih.

"Tidak usah Mas, aku bisa berobat sendiri jika nanti badanku masih kurang sehat, sekarang aku ingin menenangkan diri dulu ya, beri aku waktu untuk tidur," ucap Lisa yang masih menampakkan wajah lesunya.

Seketika Riza pun langsung terdiam namun ekspresinya tersenyum ke arah istrinya. Dia pun hanya membelai rambut Lisa dengan lembut yang akhirnya dia berpamitan dengan istrinya untuk keluar dari kamar dan membiarkannya tidur sendirian.

Sementara itu Lisa langsung segera memejamkan matanya meski tidak mengantuk. Setelah dia pastikan suaminya sudab tidak ada di kamarnya, barulah dia bangun namun kali ini dia sambil menekan perut bagian bawahnya.

"Astaga, perutku kenapa jadi sesakit ini, aku rasanya tidak kuat lagi! Aku harus pergi ke Dokter, tapi aku masih ada rasa kecewa dengan Mas Riza, lebih baik aku pergi sendiri sajalah! Lagian jarak tempat Dokternya tidak terlalu jauh," gumamnya sambil meraih jilbab yang ada di sebelahnya.

Ketika dia sudah siap dan hendak membuka pintu kamar, tiba- tiba rasa sakit itu semakin melilit rasa di perutnya, bahkan keringat dingin mulai bercucuran pada wajahnya sampai- sampai tubuhnya terkulai lemas kembali.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status